Raut Seohyun terperangah sesaat menimang buku berat apa yang berhasil dikupas oleh Yoona. Apalagi buku itu berada di kantor Yuri. Pasti bukan buku biasa. Tapi dia lebih tertarik bertanya, "Kenapa hanya membeli dua?"

"Karena 1 untuk Seohyunnie dan 1 untuk Yoongie, tidak boleh lebih."

Seohyun tiba-tiba terperingis. Di pikirannya justru muncul kalimat, 'tidak boleh selingkuh' mengartikan kata 'tidak boleh lebih'. Dia juga tak mengerti mengapa bisa timbul pikiran semacam itu.

-flashback-

"Sudah dua bulan berselang. Aku terus mencoba menghubungi kalian tapi tak satupun jawaban kudapat." Batin Seohyun mengelus-elus lengan sembari menatap petak-petak keramik lantai.

Seraut wajah gelisah memikirkan sewujud wanita choding yang sering merengek manja. Tak jarang pula menghabiskan isi kulkas. Dan pada akhirnya membuat dia jatuh hati lalu terperosok dalam ruang bernama rindu.

"Noona?" sapa seorang pria menghentikan renungan Seohyun. "Jadi benar kau, Noona. Hahahah. Aigoo! Bogoshippeo." ujar pria bermata tak kalah sipit menunjukkan raut senang lalu memberi pelukan sesaat.

"Ch-Chen?"

Pria berwajah putih nan sipit khas Asia Timur mengangguk sumringah seraya menyanggah pundak Seohyun. "Noona, sudah sewindu kita tak bertemu. Lihat! Aku sekarang lebih tinggi darimu. Hahahaha."

Seohyun masih terkesima menjelajahi tubuh pria dewasa berjas hitam. Sekerangka tubuh pria yang bertahun-tahun lalu suka mengusiknya. Jari-jari pendek dan gemuk kini lebih bertumbuh lebih berotot. Dan memang benar jika tubuh di depan mata ini sekarang lebih tinggi.

"Ka-kau sudah seperti appa? Bukankah itu impianmu dulu? Atau malah berubah seiring waktu? Hm?" lontarnya berkaca-kaca menyubit pipi seakan sang adik masih bocah tengil berpipi tembam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ka-kau sudah seperti appa? Bukankah itu impianmu dulu? Atau malah berubah seiring waktu? Hm?" lontarnya berkaca-kaca menyubit pipi seakan sang adik masih bocah tengil berpipi tembam.

"Berjalannya waktu merubah impianku. Hanya sesekali membantu hyung mengurus bisnis. Selebihnya mewujudkan impian baruku. Sebuah tujuan yang bener-benar kuinginkan." Jawab Chen bernada purau.

"Jinja? Apa? Apa impianmu?"

"Seniman. Aku pemahat. Walau..."

Suara Chen terdengar mengambang. Raut rupawan berpaling seakan sedang menangkis sesuatu yang siap menerjang. Seohyun pun ikut tersengat ingin tahu.

"Ahkk, kenapa kita tidak jalan-jalan sambil bercerita? Noona, bagaimana bisa ada di sini dan kenapa aku tidak mendengar kepulanganmu?" ujar Chen bersama Seohyun melangkah pelan, tapi tiba-tiba terhenti. "Ada apa?"

Seohyun menunjuk dua lukisan berjajar di dinding. "Kau lihat dua pajangan di sana? Itu milikku. Aku pelukis, Chen. Impian sejak kecil dan tak ada yang tahu."

Chen menghela nafas pelan kemudian meraih lengan Seohyun meneruskan langkah lunglai. "Noona tahu? Appa memukulku ketika menyampaikan cita-cita. Dia juga mengusirku karena memilih menjadi pemahat daripada pebisnis. Eomma menangis memintaku pulang, tapi aku menolak dan bersumpah akan membalas keegoisan appa dengan kesuksesan."

My Life, My Heart, My ChodingWhere stories live. Discover now