06 - Pra-Kompetisi

Mulai dari awal
                                    

Baru beberapa kali melakukan gerakan, seseorang bertepuk tangan di depan kamarnya. Jelas bukan Chenle, karena kalau dia pasti akan langsung mencemooh.

"Nari balet mulu, kenapa nggak buat klub balet aja sekalian."

atau

"Itu gerakan wanita kan? Udah sadar, diri ini berbeda ya, Kak?"

Bukan tanpa alasan juga, ia memang pernah bilang ke Chenle tidak tertarik pada perempuan. Apalagi kali ini, salah satu penyebabnya sedang berdiri dengan senyum yang menyebalkan.

"Cantik sekali, Huang Renjun."

"Kenapa tidak ketuk pintu?"

"Apa kartu kita tidak berlaku? Kukira aku bisa bebas keluar masuk kamarmu."

"Tetap saja. Kalau aku lagi ganti baju gimana?"

"Aku sudah pernah melihatmu telanjang."

"Yaaa!!!"

"Kita juga sering mandi bersama. Apa salahnya?"

Wajah Renjun memerah. Malu dan marah bercampur. Sudah ia katakan, orang ini menyebalkan.

"Terserahmulah."

"Oh? Tumben. Biasanya memakan umpan."

"Aku lelah, Hyuck."

Helaan napas dari Renjun yang kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang membuat Haechan mengerutkan dahinya. Apa yang sedang dipikirkan Renjun hingga membuatnya berkata lelah seperti itu. Tak lama, Haechan pun menyusul, membiarkan pintu terbuka sedikit, memposisikan diri di samping Renjun dan memeluknya.

"Ada apa?"

Dua kata itu cukup untuk membuat Renjun menggeser posisinya, berbaring menghadap Haechan.

"Hanya lelah."

"Apa karena aku tidak mengikutkanmu ke dalam..."

"Sstt.. aku hanya lelah."

"Hei."

Haechan menggigit hidung Renjun, membuat pemuda yang lebih tua membuka matanya yang baru saja tadi terlelap.

"Kau serius bukan karena HSD?"

"Aku sudah tahu kau tidak akan memasukkanku ke tim. Aku benar-benar hanya lelah."

Giliran Haechan yang menghela napas. Ia mengeratkan pelukannya pada Renjun sembari menempelkan dahi mereka berdua.

"Maaf, kalau bukan klub, kau pasti lelah padaku."

"Hyuck..."

"Maaf Renjun. Aku mencintaimu. Kau tahu itu kan?"

Renjun terkesiap. Tak peduli sesering apapun ia mendengarnya, jantungnya tetap berulah. Kalimat itu membuatnya sesak. Ia bisa merasakan matanya memanas dan ia kembali menyesal menatap mata Haechan ketika pria berkulit tan itu mengucapkannya. Ia kembali menunduk, melingkarkan lengannya pada punggung Haechan sambil berbisik.

"Aku tahu dan jangan meminta maaf lagi."









"Kak, sampai kapan kau menggantung harapan?"






.

Ditulis 16 September 2018, dipublish 21 September 2018

06:10

Eyaaa, nggak tahu kenapa, emang gaya tulisanku agak menye-menye gitu jadi kaya gini. Maklumin tulisanku yang terombang-ambing ya kawan-kawan. Apalagi updatenya udah gak seminggu sekali lagi.

By the way, dari kemarin NCT Dream ngasih banyak asupan ya. Sbg fans Injun, aku seneng deh. Apalagi liat banyak yang sayang sama dia, dia juga sayang banget sih sama membernya sampai bilang capek di vlive gara-gara seharian sama mereka. Tsundere detected!!! Percaya deh, orang yang savage itu menutupi kelembutan di dalam hatinya. Huweekk.

Dan, plis banget yang kemarin bilang injun pelakor. Ya Tuhan, itu fans indo yang ngetik, yang bener aja. Gak tau ya, pas banget aku scroll komen ig. Ini orang halu banget ya, gak bisa ngebedain mana bromance mana romance buatan.  Bukti kalau kita butuh pendidikan mental. Karena orang pinter akademik, gak selalu pinter secara emosional.

~~~

BABY O CHICK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang