Vission

35 12 0
                                    

Gelegar suara petir seolah menyentakku dari tidur, mataku mengarah pada jendela yang masih terbuka, membuat air hujan masuk ke dalam kamar dan membasahi karpet dan beberapa buku yang berada di atas meja di dekatnya.

"Shit," umpatku sembari berlari dan segera menguncinya. Aku menatap sedih pada buku-buku malang tersebut tapi terlalu malas untuk membereskannya, kuputuskan untuk meninggalkan kekacauan itu.

"Ma?" Mengintip ke kamar orang tuaku, kulihat keadaannya kosong, kuputuskan untuk turun ke bawah dan mengambil air minum.

"Mama sama papa kemana sih?" gumamku, mengambil remot TV yang tergeletak di atas meja, aku menyalakan tv untuk mengalihkan perhatianku dari suara geledek di luar sana.

"Pemirsa, kembali kita bertemu dalam progran CNN Indonesia, hari ini Senin, 17 Juli 2018. Saya Maria --"

Aku tidak terlalu mendengarkan kata-kata pembawa acara tersebut, chanel berita tidak pernah menjadi favoritku. Tanganku baru saja hendak menekan tombol remot saat sebuah berita menarik perhatianku.

"Warga desa Oakwood 13 menemukan sesosok mayat seorang wanita dalam keadaan menggenaskan. Diduga korban telah meninggal sejak dua hari yang lalu. Dari keadaannya polisi menyimpulkan kalau ini merupakan kasus pembunuhan."

Layar TV beralih dari dalam studio menuju ke tempat kejadian. Kerumunan warga seolah berebut hendak menyaksikan mayat gadis malang yang berdasarkan rekaman yang kulihat sedang berusaha dikeluarkan dari sebuah sungai kecil, diantara tumpukan sampah.

"Warga dikejutkan oleh ditemukannya sesosok mayat perempuan dalam keadaan membusuk dini hari tadi di sebua--"

Aku mencari program acara lain dan menggerang saat melihat berita yang sama di chanel yang kupilih, tapi tanganku tertahan saat akan memindahkan ke chanel lain. Terlihat di layar televisi, seorang reporter sedang mewawancarai seorang petugas kepolisian.

"--- belum bisa dipastikan, kami menemukan beberapa luka tusukan di tubuh korban dan sayatan yang cukup dalam pada leher," jelas sang petugas, "kemungkinan luka di leher menjadi penyebab kematian korban."

"Jadi menurut bapak ini kasus pembunuhan?" Aku memutar bola mataku atas pertanyaan bodoh sang reporter, tentu saja ini pembunuhan.

"Dari olah lokasi, diduga ini memang kasus pembunuhan."

Gadis malang, pikirku.

Aku mematikan televisi karena mood untuk menonton sudah lenyap. Mengambil handphon ku, aku mulai browsing internet, melihat sebuah ads, ternyata sebuah berita tentang identitas mayat yang sudah ditemukan. Penasaran, jariku spontan meng-klik link url tersebut yang langsung mengarahkanku pada websitenya.

Napasku terhenyak saat mataku menatap layar handphon, aku bisa merasakan tanganku mulai gemetar dan jantung ku berdebar hebat. Aku ingat betul foto ini, Ara yang mengambilnya saat acara ulangtahun ku yang ke enam belas. Bagaimana mungkin orang menggunakan fotoku pada file korban, membaca artikel tersebut aku benar-benar merasa dingin di sekujur badanku saat membaca nama korban.

'Korban diidentifikasi sebagai Arini Hermansyah, seorang pelajar SMU 6, diketahui korban merayakan hari ulangtahunnya yang ke 17 di tem--' aku tidak sempat membaca lanjutannya saat handphon itu tiba-tiba terlepas dari tanganku dan terhempas ke lantai menyebabkan layarnya pecah.

Aku terlempar ke depan hanya untuk tertahan oleh sabuk pengaman ku. Mataku menatap horror pada jalanan di depanku, suara bising decitan roda yang disusul oleh klakson yang bersahutan memekakkan telinga.

"Sial ... sial." Aku menoleh ke arah suara Hilmi yang terus melontarkan kata umpatan.

Mataku terbelalak lebar, tanganku mengusap dadaku yang merasa panas akibat cubitan sabuk pengaman barusan.

"A--apa-" aku bahkan tidak bisa melanjutkan kalimatku, apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah aku ada di rumah? Lalu bagaimana mungkin aku tiba-tiba ada di dalam mobil bersama Hilmi?

"Sorry, Rin. Lo ga kenapa-kenapa kan?" tanya Hilmi khawatir. Aku hanya menggeleng, tidak mampu mengutarakan satu katapun, masih shock atas apa yang terjadi. Aku menyandarkan tubuhku dan mencoba untuk relaks, semua cuma mimpi, berita itu hanya merupakan bagiab dari ilusi alam bawah sadar ku.

Aku membuka kunci layar handphonku dan melihat kalau sekarang baru pukul 11, tapi bukan itu yang membuat rasa takutku bertambah, tapi angka diatasnya, yang menunjukkan sekarang tanggal 14 Juli.

Menatap ke luar jendela, aku disambut oleh papan bertuliskan 'Welcome to Oakwood'.

Short Story CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang