1

13.4K 149 4
                                    

Hari ini adalah hari pertama gue masuk SMA. Sumpah secapek ini kah rasanya ikut MBS?

"Coba kamu contohin gerakan yel-yel kita." tunjuk salah satu senior yang mengarah ke gue. Shit.

"Iya kak," kata gue sambil memberi kan papan tanda tangan gue ke senior tersebut.

Jadi setiap murid yang ikut MBS wajib bikin papan tanda tangan yang isinya nama-nama senior OSIS dan MPK. Setiap murid yang mau minta tanda tangan harus menyelesaikan tantangan atau games dari sang senior.

Gue pun nyanyi-nyanyi sambil menari sesuai sama yel-yel yang pernah di buat sama senior. Malu? pasti. Kalo kata orang-orang ini salah satu yang ngebuat masa-masa SMA susah buat di lupain.

"Oke, kamu saya kasih tanda tangan," katanya sambil tersenyum ke arah gue. Senior itu namanya kak Dewa, dia salah satu dari sekian banyak senior yang bisa dibilang cogan-cowok ganteng-.

Selama MBS ini kita di pisah jadi 4 kelas, kebetulan gue masuk ke kelas yang namanya 'Drama Korea' atau DramKor dengan simbol warna merah. Kelas gue di bimbing 4 orang, 2 guru dan 2 lagi anak OSIS; Kak Wiki dan Kak Yesa.

"Anak DramKor yang belum saya kasih tanda tangan siapa?" teriak salah satu anak MPK di ujung pintu dengan blazer broken white. Lalu dia mengecek papan tanda tangan setiap peserta dan memberi tanda tangannya ke beberapa peserta yang belum di tanda tangani.

"Di sini yang bawaan barang MBS nya nggak lengkap siapa?" tanya salah satu senior yang berada persis di samping gue.

Hanya terdengar bisikan-bisikan "Nggak ada kak." disertai gelengan dari anak-anak.

"Kalo kakak nya tanya di jawab dong. Punya mulutkan?" teriak Kak Farhan yang kebetulan berada di kelas gue.

"Nggak ada kak." kata semua peserta termasuk gue yang terdengar seperti teriakan.

"Oh gitu. Bener nih? yaudah saya kekelas sebelah dulu," katanya berjalan pergi mengarah ke pintu.

"Gua cuma mau...," kalimat Kak Wiki terpotong ketika salah dari entah anak OSIS atau MPK ber- sst ria, "... Eh, saya cuma mau ngingetin kalo hari terakhir MBS jangan lupa bawa surat sama bunganya ya," lanjutnya.

Selama MBS berlangsung mereka nggak boleh panggil atau berkomunikasi sama peserta MBS dengan 'gue-lo' an. Bahkan nggak jarang dari mereka yang salah.

"Iya Kak," sahut anak-anak kompak.

"Ja, dapet salam," kata Kak Wiki ke Raja yang duduk nya sebelah gue.

"Halah, emang dari siapa?"

"Eh, serius. Cantik Ja," katanya lagi meyakinkan Raja.

Kak Yesa yang mendengar percakapan Kak Wiki dan Raja pun ikut nimbrung di meja gue dan Raja.

Demen banget main di tempat gue deh ini senior. Nggak papa deh, lumayan bisa deket sama Kak Wiki. Batin gue.

Intinya gue suka sama kepribadian Kak Wiki yang care sama peserta MBS, baik dan membaur sama yang lain, ya walaupun Kak Yesa sama kayak gitu tapi ada yang beda.

"Nih dari dia nih," tunjuk Kak Yesa ke gue.

"Iiih, apaan," kata gue sewot dan di barengin ketawa dari Kak Yesa dan Kak Wiki.

"Bukan kok, ada deh Ja. Anak kelas sebelah, seriusaaaan."

****

Hari pertama MBS selesai. Masih ada 2 hari lagi. Baru sehari aja badan gue udah pegel-pegel gini, nggak kebayang 2 hari kedepan bakalan gimana.

"Assalamualaikum. Bun, Nami pulang."

"Walaikumsalam. Gimana Mi hari pertama MBS seru kan?" tanya Bunda sambil menarik gue ke ruang keluarga dan menyodorkan se-cup pudding cokelat.

Sambil menyendok pudding gue menjawab, "Ya begitu Bun. Capek dan yang paling penting itu lho Bun panasnya nggak nahan."

"Kan kelas kamu pakai AC, masa masih kepanasan sih Mi?"

"Tadi kan aku pulang jalan Bun, tadi tuh puanaaase Bun."

"Lebay nya kumat deh. Maksud Bunda kegiatan MBS nya atuh Mi," katanya sambil berjalan ke kulkas untuk mengambil teh kotak kemasan.

"Tadi cuma materi sama minta tanda tangan Bun."

"Wah enak banget ya kamu. Dulu kalo Bunda ya, disuruh bawa pete terus di gantungin di leher, eh pas mau pulang di suruh makan itu petenya," cerita Bunda panjang lebar tentang masa-masa SMA nya dulu.

"Beda zaman dong Bun hehehe. Lagi pula kan SMA aku swasta, ya posisi nya mereka nggak mau ngerepotin kita-kita."

"Yaudah kamu sekarang sholat dulu terus mandi abis itu makan."

"Sip deh. Tadi aku udah sholat disekolah, jadi sekarang aku mau mandi. Masakan hari ini enak kan Bun?"

"Tenang, Bunda udah masakin udang sama kentang balado. Udah sana kamu mandi aja."

Gue berjalan ke kamar gue yang berwarna putih hitam dan sedikit sentuhan polkadot di beberapa furniture. Surga banget habis capek gini nemu kasur berasa mau tidur.

Ting!

Gue merasakan getaran yang nggak jauh dari tempat tidur. Notif line dari Ara.

Ara Maulidina : Lo liat di daftar perlengkapan MBS ke 6, itu tali sepatu kita harus dari tali rafia?

Nami Halim : Iya. Oh, jadi ini yang di maksud sama Kak Wiki.

Ara Maulidina : Emang tadi Ka Wiki bilang apa?? gw sibuk ngeliatin Ka Dewa nih.

Nami Halim : Ada cogan dikit nengok. Katanya tali sepatu yang kanan sama yang kiri 2 warna tapi harus beda.

Ara Maulidina : Lo juga gitu nyet. Tapi harus ada warna merah nya kan??

Nami Halim : Galak amat tante. Iya, misal yang kanan warna merah sama putih yang kiri warna merah sama hijau.

Ara Maulidina : Okay neng geulis maaciw infonya #lebayamatgue

Nami Halim : #barunyadarlo

Chat-an gue dan Ara berakhir begitu saja. Ara nggak bisa di bilang teman baru, gue kenal Ara sekitar setahun yang lalu. Berawal dari ajang openfollow di twitter sampai ke Line. Takdir memaksa kita buat ketemu secara 'real' dan Ara pun pindah dari yang semula di Surabaya ke Jakarta dan kebetulan satu sekolah sama gue sekarang.

Selesai chat sama Ara akhirnya gue beranjak ke kamar mandi setelah melawan semua sel-sel mager di diri gue. Jurus mandi capung gue emang nggak bisa di tandingi, dalam waktu 15menit gue udah rapih dan wangi.

Gue ke ruang makan dan mendekati Bunda yang lagi sibuk balesin bbm dari Ibu-ibu arisan.

"Widih, asik nih kalau tiap hari di masakin yang pedes-pedes gini," kata gue sambil menarik kursi dan menduduki nya.

"Kamu mandi atau cuci kaki sih Mi?" protes Bunda yang sadar setelah bunyi sendok dan piring bersahutan karena gue terlalu bersemangat.

"Mandi dong. Bunda ada tali rafia nggak?"

"Ada, buat apa?"

"Itu lho Bun, tali sepatu nya harus di ganti sama tali rafia."

"Walah, senior itu emang tahu ya apa aja yang bisa bikin junior nya malu," kata Bunda yang tertawa setelah ngeliat gue pura-pura ngambek.

"Nah nah! Itu Bun, persis banget."

"Yaudah lanjutin makannya, terus siapin apa aja yang mau di bawa besok."

"Siap!"

Selesai makan gue mempersiapkan apa saja yang harus gue bawa besok. Dari papan tanda tangan, sepatu bertali rafia, nametag dan segudang barabere yang harus di bawa.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Hai hai!~

Gimana ceritanya?
iya gue tau ini cerita emang nggak jelas *tapi tetep aja di tulis*

Terima Kasih buat yang udah baca :)

To Be Continued...

Cerita Cinta Klasik Anak SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang