3

1K 34 0
                                    

DISERANG!

BESOK PAGINYA, segera setelah sarapan, Pete dan Bob bergegas ke pangkalan. Jupiter sudah menunggu di sana bersama Worthington dan Rolls-Royce bersepuh emas yang dimenangkan hak penggunaannya oleh anak-anak dalam sebuah kontes yang diselesaikan oleh Jupiter.

“Kita ke studio Mr. Hitchcock, Worthington,” kata Jupiter saat mereka memasuki mobil besar itu.

“Baik, Master Jones,” Worthington menanggapi. Meskipun sekarang mereka berteman akrab, supir elegan itu bersikeras untuk tetap bersikap sopan setiap saat.

Tidak mudah bagi mereka untuk bisa masuk ke studio sutradara kenamaan itu, jadi untuk menemui Mr. Hitchcock mereka selalu menggunakan Rolls-Royce. Sekarang mobil itu bisa tetap digunakan, berkat bantuan dari seorang klien yang mendapatkan warisannya karena dibantu oleh Trio Detektif. Karena mobil mereka yang mengesankan, gerbang World Studio mereka lewati dengan cepat.

“Nah, teman-temanku, kali ini kejadian apa yang membawa kalian kemari?” tanya sutradara kenamaan itu dari balik meja kerja di kantor pribadinya.

Dengan bersemangat anak-anak menceritakan kejadian malam sebelumnya dan menggambarkan penemuan pesan di dalam patung kecil itu. Mr. Hitchcock mendengarkan tanpa ekspresi sampai Jupiter menceritakan tentang patung emas dan meletakkannya di meja sutradara itu.

Mata Mr. Hitchcock bersinar saat ia mengamati pria kecil yang menyeringai seperti permata itu.

“Usia patung ini memang sangat tua seperti dugaan Jupiter, anak-anak. Dan tidak salah lagi ini adalah jimat suku Indian Amerika. Sewaktu membuat salah satu film menegangkan untuk televisi, aku pernah mempelajari cukup banyak tentang kerajinan suku Indian. Aku yakin jimat ini benar-benar karya suku Indian Chumash kita. Kami punya satu yang cukup mirip yang digunakan untuk film kami.”

“Apa itu jimat, Sir?” Pete bertanya.

“Sebuah jimat sakti, nak, biasanya dikenakan di sekeliling leher untuk mengusir roh jahat atau untuk membawa keberuntungan,” jelas Mr. Hitchcock. “itulah sebabnya ada lingkaran metal di kepala patung ini. Suku Chumash punya banyak macam jimat seperti ini.”

“Wah,” kata Pete, “Aku tidak tahu kalau ada suku Indian di sekitar Rocky Beach.”

“Tentu saja ada, Pete,” kata Bob. “Aku sudah membaca semua tentang suku Chumash. Mereka suku kecil yang damai. Mereka tinggal di pantai sini dan bekerja pada pendatang dari Spanyol.”

“Itu memang benar,” Mr. Hitchcock membenarkan, “tapi saat ini aku lebih tertarik dengan bayangan tertawa itu. Kalian mengatakan bayangan itu tinggi, membungkuk dan mempunyai kepala aneh yang tampaknya menyentak dengan cara yang aneh, juga suara tawa yang mengerikan?”

“Ya, Sir,” Bob membenarkan.

“Kalian berada dekat dengan bayangan itu, tapi kalian menggambarkan suara tawanya agak berbeda. Apa yang kau tahu mengenainya, Jones muda?”

“Saya tidak tahu, Sir,” kata Jupiter bingung.

“Begitupun aku, saat ini,” kata Mr. Hitchcock. “Sekarang pesan apa yang kalian temukan terjatuh dari patung itu?”

Jupiter menyerahkan selembar kertas pada sutradara kenamaan itu. Mr. Hitchcock mempelajarinya dengan seksama.

“Ditulis dengan darah, astaga! Juga terlihat belum lama, aku dapat menyimpulkan dari keterbacaan, artinya pesan ini belum lama berada di dalam jimat.”

“Anda mengenali bahasanya, Sir?” tanya Bob.

“Sayangnya tidak. Ini bukan bahasa yang pernah kulihat sebelumnya. Bahkan ini tidak mirip dengan tulisan manapun yang pernah kulihat.”

“Wah,“ kata Pete, “padahal Jupiter yakin anda tahu, Sir.”

“Sekarang bagaimana?” tanya Bob kecewa.

“Untungnya, aku yakin bisa membantu meskipun ketidaktahuanku dengan bahasa ini,” Mr. Hitchcock berkata sambil tersenyum. “Kalian akan kukirim pada temanku. Ia seorang profesor di Universitas California Selatan dan seorang ahli bahasa suku Indian Amerika. Ia bertindak sebagai penasihat dalam film kami. Ia tinggal di Rocky Beach. Sekretarisku akan memberikan alamatnya pada kalian, dan aku menunggu perkembangan selanjutnya.”

Ketiga anak itu berterima kasih pada sutradara tersebut dan pada saat keluar mereka berhenti di meja sekretarisnya untuk mendapatkan alamat profesor itu. Namanya Wilton J. meeker dan tinggal hanya beberapa blok dari Pangkalan Jones.

Jupiter meminta Worthington untuk mengantar mereka ke rumah profesor dan mengembalikan Rolls-Royce ke perusahaan. Mereka nanti bisa berjalan pulang.

Rumah kecil Profesor Meeker yang putih dibangun jauh dari jalan. Pagar kayu putih menutupi rimbunnya tanaman tropis yang mengelilingi rumah. Anak-anak membuka gerbang putih yang melintang dan melewati jalan batu yang menuju ke pintu depan. Ketika di tengah jalan, seorang pria tiba-tiba muncul dari kebun yang tanamannya rimbun tepat di depan mereka.

“Teman-teman!” Bob mengingatkan.

Pria itu pendek dan bahunya sangat lebar dengan kulit gelap seperti warna kulit coklat tua. Gigi kuatnya putih berkilauan, dan matanya hitam dan liar. Ia berpakaian serba putih, kemeja putih kebesaran berbahan kasar diikatkan di pinggangnya. Sepasang celana putih tipis berbahan kasar yang sama dan topi putih bertepi lebar. Bagian bawah kakinya yang telanjang berwarna coklat dan berotot.

Ia memegang pisau panjang yang mengerikan!

Anak-anak berdiri tak berdaya di jalan saat pria itu mendekat gerakan acak, mata hitamnya garang. Ia mengayunkan pisau mengancam dan berteriak kepada mereka dengan bahasa kasar yang aneh. Sebelum mereka sempat bersuara atau lari, dia sudah ada di depan mereka.

Tangan besarnya yang gelap terulur dan merampas jimat emas kecil dari genggaman Jupiter. Kemudian dengan cepat berbalik dan kabur ke dalam semak-semak.

Tertegun, anak-anak tak dapat berteriak ataupun bergerak dalam waktu yang lama. Kemudian Pete tersadar,

“Dia mengambil jimatnya!”

Tidak memperdulikan bahaya, Pete melompat ke dalam semak-semak rimbun untuk mengejar. Bob dan Jupiter mengikuti tepat di belakangnya. Mereka sampai di ujung taman tepat ketika pria hitam itu melompat ke sebuah mobil tua yang sudah usang. Di mobil itu ada pria lain, dan meraung seketika pria yang membawa jimat itu melompat masuk.

“Ia berhasil lolos!” teriak Pete.

“Dengan patung kita!” ratap Bob.

Anak-anak saling memandang dengan perasaan kecewa. Jimat itu sudah hilang! Lalu terdengar suara marah berbicara di belakang mereka.

OoO

Alfred Hitchcock dan Trio Detektif : Misteri Bayangan Tertawa (William Arden)Onde histórias criam vida. Descubra agora