3

11.3K 1.3K 112
                                    

Order pdf di wa +62 822-1377-8824 atau ‪+62 895‑2600‑4971‬

Bisa dibaca di kbm app atau Karyakarsa

Ebook playstore buku https://play.google.com/store/books/details?id=2QuEDwAAQBAJ

Sangat pagi sekali Fajar sudah berada di kantor Nata, menunggu di ruangan pria itu bercorak hitam abu abu duduk di atas sofa empuk membuat Fajar hampir tertidur tapi dengan sigap ia langsung terjaga, ia tidak mau Nata datang memerogokinya terlelap itu suatu tidak lucu.

Kalau Fajar tidak takut dengan ancaman Nata tentu ia enggan ke kantor Nata, karena pekerjaannya pun menumpuk di kantornya, tapi seorang Nata yang sejak berkuliah dulu sangat ia kenal, tidak suka main main dengan ucapannya dari pada memancing emosi pria itu baik Fajar menuruti permintaan Nata yang di tinggal pesankan pada Yana.

Nata memang gila kerja penuh displin melebihi Fajar, bahkan pria itu juga merangkap memimpin perusahaan cabang milik keluarga Elmer yang di serah tanggung jawabkan setelah Nash menetap di Jerman.

Andai saja Navya memilih Nash untuk di jadikan calon suami dan memaafkan perbuatan pria itu tentu pundi pundi kekayaan keluarga mereka semakin menumpuk dan keluarga Javera semakin terpandang di kalangan pembisnis hebat.

Sayang Navya malah memilih Dimas pria miskin tidak punya apa apa tapi boleh di akui Dimas berhasil membuat Navya bahagia, bisnis butik Navya maju pesan dan juga Dimas cafenya pun berkembang tentunya dengan modal di berikan kakeknya Javera yang menyayangi cucu nya terlahir dari rahim Navya.

Pintu terdengar di buka, fajar menoleh ke arah seseorang yang sudah memasuki ruangan, Nata melirik malas padanya melangkah angkuh membuka kancing jasnya, lalu duduk di kursi kerjanya.

Fajar berdiri menghampiri Nata duduk bersebrangan dengan pria itu.

"Maaf bro aku malam tadi sibuk dengan pekerjaan ku dan harus lembur hingga melupakan janji padamu, aku menyesal kamu sudah menunggu di rumah sangat lama." Kata Fajar memasang wajah memelas.

"Benarkah?" Kata Nata mencemooh.

"Percayalah padaku, dan kerja sama masih jalan kan, aku sudah membawa dokumen yang harus kamu priksa kelengkapan dan isinya." Kata Fajar menyodorkan dokumen yang ia bawa di atas meja.

Nata melirik dokumen itu lalu kembali ke wajah Fajar yang memaksa tersenyum.

"Kamu ingin aku memeriksa dokumen itu dan melanjutkan proyek kerja sama kita?" Tanya Nata di balas anggukan Fajar.

"Baiklah, tapi aku tidak ingin di bohongi oleh lidah tidak bertulang mu, memang kerjaan apa yang membuat mu ingkar janji tadi malam." Kata Nata menyipitkan matanya mencurigai Fajar.

Fajar meneguk salivanya, haruskah ia mengatakan kebenaran, tapi mengingat Nata adalah sahabat lamanya tidak mugkin Nata bermulut lemes.

Nata sangat bijak menjaga rahasianya selama ini yang sedikit bejat walau tidak terlalu parah.

"Sedikit sibuk kerja dengan wanita." Sahut Fajar lugas tapi penuh makna.

Nata mengangkat alisnya malas.

"Tidak bisa kah kamu mengurangi kebiasaan bodohmu." Sahut Nata membuka dokumen itu.

"Bodoh seperti apa maksud mu, kita ini pria wajar wanita datang dan pergi setelah memuaskan kita, semua sebatas kesenangan biar otak tidak terlalu stress." Kekeh Fajar enteng.

"Tapi kamu sudah memiliki Yana dan seorang putri." Tekan Nata mengingatkan Fajar kali aja otak sahabatnya itu geser perlu di benarkan.

Fajar tertawa seakan apa di ucapkan Nata sesuatu leluconan.

"Yana sangat membosankan di tempat tidur, kamu tidak lihat penampilannya yang selalu tertutup menyembunyikan tubuh kurusnya." Keluh Fajar.

"Kalau kau tidak bahagia dengan pernikahan mu kenapa kau tidak ceraikan Yana."

"Oh tidak tidak, kata siapa aku tidak bahagia? aku bahagia, Yana istri yang baik dan bakti padaku, dia tidak masalah selama ini aku banyak teman wanita."

"Istri yang baik? Lebih tepatnya wanita bodoh maksudmu."

"Entah lah, lagian kalau aku bercerai dari Yana bisa kakek ku kena serangan jantung mendadak, kakek ku sangat berteman dekat dengan kedua orang tua Yana, ku dengar perusahan ayah Yana pasang surut hingga melakukan perjodohan ini, menyerahkan Yana untuk aku nikahi."

"Aku heran kalau kamu tidak mencintai Yana seharusnya kamu menolak perjodohan itu." Kata Nata.

"Mana bisa aku tolak aku tidak ingin mengecewakan kakekku, pastinnya aku nyaman dengan pernikahan ini, Yana tidak banyak menuntut semua berjalan dengan semestinya."

Nata bersandar di kursi memperhatikan seringai nakal Fajar.

Terserah lah apa kemauan Fajar, bukan urusannya juga ia hanya sebagai sahabat menasehati semestinya, meski tidak di gubris sama sekali.

"Baik kamu segera menikah bro, aku tidak melihat sedikit pun kamu menjalin hubungan dengan seorang wanita?" Tanya Fajar heran.

"Aku tidak berminat."

"Kamu tidak homo kan?" Tanya spontan Fajar hingga Nata memberikan tatapan membunuhnya.

***

Kedua orang tua Yana berkunjung ke rumah, rencananya ibu yana ingin mengajak safira ke bandung ke tempat saudara di sana.

Yana tidak bisa keberatan melihat sambutan hangat Safira pada kedatangan kakek dan neneknya.

Hanya dua minggu berada di sana entah membuat Yana pastinya kesepian tidak ada Safira.

Tapi Yana tau kedua orang tuanya sangat menyayangi Safira, tidak hanya baru kali ini Safira di ajak ke luar kota tapi sudah sering kalau waktu liburan.

Yana sebenarnya di ajak dan ingin ikut, tapi ia meski tau kodratnya sebagai seorang istri tidak mungkin ia meninggalkan Fajar.

Kalau pun ia ingin pergi pasti tidak mendapat izin dari Fajar.

Yana bisa pasrah, sejak menikah dengan Fajar ia hampir tidak bisa liburan.

Fajar pun enggan mengajaknya dan Safira, entah kenapa selalu alasan sibuk.

Yana melambaikan tangannya ke arah mobil ayah dan ibunya yang melaju pergi keluar dari halaman rumah.

Helaan nafas nya terdengar panjang, raut wajah cantik selalu memancarkan kesedihan menatap kosong pada pagar rumah yang sudah tertutup.

Ibu nya tadi sempat bertanya apa Yana tidak sehat atau ada sesuatu masalah dengan Fajar.

Yana terpaksa berbohong, Yana hanya kurang sehat badan, tidak mungkin ia mengatakan kebenaran pada kedua orang tuanya tentang Fajar. Pasti membuat mereka kecewa.

Cukup Yana memendamnya dalam kesakitan nya tanpa ada curiga atau mengetahui isi hati terdalamnya yang sudah hampir membusuk karena menahan luka parah setiap kali Fajar berikan.

Setetes air mata mengalir di sudut mata Yana, segera di hapusnya.

Kenapa harus ia menangis, bukan kah ini pilihan, Yana harus semakin tegar memiliki suami yang hampir sempurna di kelilingi banyak wanita.

Tapi Yana inginkan bukan hanya dirinya saja mengerti Fajar tapi sebaliknya.

Andai Fajar mengerti seandainya menjadi dirinya pasti sakit ini sangat perih di rasakan.

Dan bekas lipstik dari seorang wanita tertinggal jelas di jas Fajar masih sangat di ingatannya.

Tbc

Main Hati (Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang