"Dari kapan dia kecanduan game, ma?" Tanya taehyung, menahan gemas saat anak tata menghampirinya. Warnanya memang seperti sang ayah, hitam legam namun di ujung hidung terdapat lingkaran putih layaknya warna dari ibunya. Berukuran tujuh kali lebih kecil, membuat taehyung ingin menangkapnya dan membawa ke kamar jeongguk.

Seenggaknya mereka mempunyai nama yang terpasang pada pundak masing-masing dengan warna yang berbeda. Jadinya taehyung mudah menghafal nama-nama unik mereka. "Mama, kelinci ini milik jeongguk sendiri?" Seolah ia melupakan pertanyaan yang baru saja di ajukan.

Si mama mengangguk membenarkan, "Waktu pulang lomba Olimpiade kelas 1 akhir semester, dia ketemu cooky. Katanya ada sayatan di pahanya, jadi dia beli langsung tanpa nawar dari uang hadiah lombanya. Mama sempet mau marah karena nggak ada ruang buat cooky, tapi mama liat kegigihannya buat sembuhin paha kelinci ini, jadi mama bolehin aja. Itung-itung buat temen kalo semuanya sibuk keluar rumah."

Taehyung kagum, benar-benar di luar dugaannya. Jeongguk adalah orang yang baik tapi selalu di bully tanpa sebab oleh teman seangkatan mereka, terlebih ia mempunyai hati yang tulus. Kecuali nada bicaranya yang terkesan dingin dan cuek serta penampilan culunnya. "Kok bisa ada tata?"

"Kelinci betina itu di kasih sama temennya. Ya, katanya, dia kebanyakan hewan, daripada tata di makan sama ular peliharaannya." Ucap si mama, mengusak bulu panjang cooky yang menjuntai sampai ke bebatuan. "Untungnya dua kelinci ini cocok, jadinya mereka punya anak lima."

Astaga, pembicaraan kayak begini. Secara nggak langsung ia merasa tersindir dengan kata-kata yang keluar dari mulut mama, selain jeongguk nggak bisa punya anak darinya —karena menurutnya jeongguk mudah untuk di dominasi, mereka juga nggak ada hubungan apapun. "Namanya unik, ya, ma?"

Mama jeongguk tertawa, "kalo yang jantan ini, cooky. Soalnya dia suka makan cookiesnya jeongguk. Kalo si tata di ambil dari nama taehyun, adik keponakannya jeongguk yang baru tiga tahunan." Kekehan terdengar dari bibir taehyung, ternyata terdapat memori yang berkenang di dalam nama kelinci-kelinci ini.

Taehyung sendiri sibuk mengusak bulu tata, seenggaknya mirip dengan rambut jeongguk malam itu. Hanya saja warnanya berbeda. Memandangi hidung tata yang bergerak konstan, membuatnya jahil untuk menekan hidung kelinci tersebut.

"Kasihan tata, nggak bisa napas nanti." Ucap seseorang dari arah dapur, berjalan mendekat ke taman dengan sandal kamar hitam. Sedikit meregangkan otot beberapa detik karena terlalu lama meringkuk di sofa. Duduk di antara kedua orang yang bermain kelinci dengan acara tanya-jawab yang sempat tertunda tadi. Jeongguk menyentuh pundak taehyung, mengundang tatapan kesal dari sang empu. "Katanya mau pinjem hape? Nih." Menyerahkan ponsel emas miliknya, menatap wajah taehyung dengan teliti sembari terus memajukan ponselnya.

Elusan di bulu tata berhenti, melirik jeongguk yang berusaha menyerahkan ponselnya. Menggeleng keras dengan bibirnya yang sedikit maju, "Nggak. Mau!" Kata taehyung, memilih untuk menjauh dari anak kelebihan kalsium dengan membawa tata. Duduk di samping si mama yang mencoba menahan ketawa karena tingkah laku dari anak dan pacarnya.

"Lain kali kalo lagi berduaan, tinggalin dulu hape nya. Mau ngabarin siapa, sih? Pacar kamu juga udah di deket kamu, nak." Jeongguk menganggukkan kepalanya mendengar nasihat dari mamanya, beda banget sama taehyung. Dia masih mempunyai urat malu, membuat suhu pipinya memanas seiring dengan kekehan seorang ibu. Ya ampun, di hati taehyung cuman merapalkan kata maaf yang nggak ada hentinya karena membohongi orang, terlebih beliau baik hati menerima dirinya di rumah ini.

Dering telepon dari ponsel emas jeongguk membuat suasana yang hening menjadi terpecah, segera melihat nama yang tertera di layar dengan cepat. "Ma, dari papa." Menekan bulatan yang berwarna hijau dan menaruh ponsel tersebut ke telinga, siap mendengarkan kalimat yang akan papanya berikan.

Yakin, Cupu?! ; KookvWhere stories live. Discover now