❝Public Relations is the person responsible for maintaining the image of a company❞
M/M | GENFIC | POLYSHIP | NC-17
Jung Jaehyun, seorang Public Relations Lee's Group yang tidak hanya bekerja untuk membuat Press Release dan Event Company. Tapi juga...
Ten yang berdiri disamping Taeyong menghela nafas lega. Tersenyum dan mengangguk pada Jaehyun.
"Minta maaflah padanya." kode Ten dengan gerakan bibir pada Jaehyun yang juga menatapnya.
Jaehyun merapatkan bibir. Berdiri lalu membungkuk hormat pada Taeyong yang masih diam dan menatapnya datar. "Aku minta maaf karena terlambat di pindahkan ke kantor in hingga tak bisa mengamati wajah indahmu dari dulu Wakil Presdir."
Ten menjatuhkan rahangnya. Membolakan mata tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
"..tapi setelah ini aku berjanji akan selalu disampingmu." sambung Jaehyun lalu mengedipkan satu matanya.
Taeyong menarik nafas dalam. Memejamkan matanya. Berusaha sekuat tenaga agar tak melempari pria didepannya dengan vas bunga.
Wakil Presdir itu mendongak. Menatap Ten yang tersenyum kikuk padanya. "Kembalikan orang ini ke kantor cabang." katanya datar lalu berdiri dan menatap Jaehyun.
"Apa kau tak mengerti tata krama Jaehyun-ssi? aku pimpinanmu disini dan kau bawahanku," Taeyong menunjuk kearah pintu "Keluar dari ruanganku dan pergi dari kantor ini." tegasnya lalu kembali duduk di kursinya.
Ten menggertakkan gigi. Menghentakkan kakinya pelan lalu menarik Jaehyun yang masih mematung dan membawanya keluar dari ruangan Wakil Presdir itu.
"Jaehyun apa kau gila? Taeyong pimpinan kita disini. Astaga kau membuatku pusing!" gerutu Ten.
Jaehyun hanya diam. Mengingat wajah Taeyong yang menatapnya datar membuatnya tersenyum sendiri. Saat marah pun pria itu masih tetap cantik dimatanya.
Namun, saat pria itu mengatakan jika ia harus dipindahkan kembali ke kantor cabang dunianya seolah runtuh. Jaehyun tak ingin pergi dari tempat ini. Impiannya sejak menjadi bagian dari Grup Lee adalah menjadi Public Relations kantor pusat. Lalu ditempat ini pula ia menemukan seseorang yang membuat jantungnya berdetak hebat, Lee Taeyong.
Ten berdecak "Yak! apa kau mendengarku?"
Jaehyun tersentak "Ah, maaf sunbae," ia mengulum bibir "Em... izinkan aku kembali masuk kedalam dan meminta maaf." sambungnya.
"Tidak, jika kau hanya ingin menggoda Taeyong." balas Ten lalu memejamkan mata dan memiringkan kepalanya yang terasa berat.
Ten menghela nafas "Masuklah ke ruanganmu. Aku yang akan mengurus Taeyong." katanya lalu berjalan masuk ke ruangan Wakil Presdir itu.
"Taeyong hyung." panggil Ten pelan
Taeyong mendongak. Membuka kacamatanya dan menatap Ten yang duduk dihadapannya. "Hm, ada apa Ten?" tanyanya pelan.
Ten berdehem "Hyung kau benar benar serius memecat Jung Jaehyun?" yang ditanyai mengangguk.
"Tentu, dia pria kurang ajar. Aku tak ingin perusahaanku hancur karena PR tak bermutu sepertinya." jawab Taeyong lalu membuka berkas dihadapannya.
Taeyong menatap Ten. Menghela nafas pelan melihat sahabatnya itu menggenggam tangannya. Mengeluarkan puppy eyes miliknya. "Ada apa lagi? berhentilah melakukan aegyeo didepanku." katanya lalu menghela nafas pelan.
"Hyung, kita tak boleh melepas Jaehyun. PR yang menangani kasus Irene adalah anak itu. Bahkan Paman Lee sendiri yang menyuruhku untuk mendampingi Jaehyun di tim kami." kata Ten lalu menatap Taeyong dalam.
Wakil Presdir itu menyandarkan punggungnya di kursi. "Apa? ayahku yang merekomendasikan dia?" tanyanya. Ten mengangguk.
"Benar hyung. Aku juga tak percaya melihatnya berbicara konyol didepanmu," Ten menahan tawa. "Tapi setahuku Jaehyun sangat kompeten. Ide idenya selalu membuat perusahaan cabang mendapat citra positif dari Masyarakat." jelasnya.
Taeyong memejamkan mata. Memijat pangkal hidungnya dan menghela nafas pelan. "Baiklah, tapi aku tak akan membiarkannya bebas begitu saja."
Ten tersenyum puas. "Aku tahu hyung. Hukuman apa yang akan kau berikan pada anak itu?" tanyanya.
"Beritahukan padanya agar menulis 18 konsep Advertising berbeda, lalu berikan padaku besok." tegas Taeyong.
Ten menelan ludah kasar. "H-hyung, bukankah itu sangat keterlaluan? membuat satu konsep saja sudah membuat otakku mendidih apalagi 18 hyung."
"Kau menyukainya?"
Ten mengibaskan tangan panik. "Tidak, bukan begitu hyung. Hanya saja kurasa itu tidak mungkin untuk menyelesaikan 18 konsep dalam satu hari." ia menunduk.
Taeyong mengedikkan bahu. "Aku tak peduli. Bukankah kau bilang dia kompeten?" ia tersenyum remeh. "Kembalilah ke ruanganmu, atau kau ingin kuberi tugas juga?"
"Tidak hyung, terima kasih. Sampai jumpa Taeyong hyung" ujar Ten cepat lalu berjalan tergesa dan keluar dari ruangan Wakil Presdir mengerikan itu.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ten duduk diatas meja. Menatap Jaehyun datar. "Itu hukuman bagimu. Makanya jangan macam macam dengan Wakil Presdir" katanya lalu berjalan dan duduk di kursinya.
"Terima kasih Ten sunbae" balas Jaehyun lalu tersenyum tulus pada rekan se-timnya.
Pria yang lebih mungil mengibaskan tangan. "Berhenti memanggilku sunbae. Ten hyung saja". Jaehyun mengangguk.
Ten menopang dagunya. Memerhatikan Jaehyun yang mengetik hukuman dari Taeyong dengan wajah serius. "Jaehyun, kenapa kau tadi berbicara hal konyol kepada Taeyong hyung?" tanyanya penasaran.
Jaehyun menoleh. Terkekeh pelan dan kembali menampilkan senyum bodohnya. "Seorang PR harus pandai berbicara kan hyung?" tanyanya. Ten mengangguk. "Lalu?"
"Jika aku hanya pandai berbicara dengan klien dan masyarakat luar, tapi tak bisa melakukan hal itu pada orang yang kusuka. Maka aku akan merasa gagal menjadi seorang Public Relations" ujar Jaehyun lalu menaik turunkan alis dan kembali mengetik di komputernya.
Ten memutar bola mata. "Kau menyukai Wakil Presdir yang dingin itu?" pancingnya.
"Ya, aku bahkan sudah mencintainya sejak beberapa menit yang lalu hyung" Jaehyun menatap Ten dan memicingkan mata "..dingin? Wakil Presdir tidak dingin. Buktinya ia membuat hati dan seluruh tubuhku memanas hyung" sambungnya lalu terkekeh pelan.
Ten menepuk jidatnya. "Kurasa kau butuh ke psikolog Jaehyun-ah"
"Hm, kau benar hyung" gumam Jaehyun tanpa mengalihkan padangannya dari komputer.
Ten mengernyit. "Kenapa kau setuju dengan ucapanku?"
Jaehyun mengedikkan bahu. "Kurasa aku harus berkonsuktasi agar batinku tak tertekan saat Wakil Presdir menatapku. Sungguh rasanya aku ingin membawanya pulang kerumahku hyung, kenapa ada pria sesempurna Taeyong"
Ten menjatuhkan kepalanya diatas meja. Ia lelah mendengar ocehan Jaehyun yang membuat kepalanya panas dan mengeluarkan asap.
"Jaehyun hentikan atau monitor dihadapanku ini menancap di kepalamu"
T B C
Haluuu^^
Ngebosenin gak sih? wkwk ini masih awal ya :') Aku mau bikin story ini ringan ringan aja dulu. Semoga tertarik untuk terus baca. See You~