14. Pada Akhirnya

13.3K 2.8K 511
                                    

Polisi dan ambulan mulai berdatangan sekiranya satu jam setelah terjadi ledakan. Sebagian petugas segera membereskan mayat-mayat yang ada, sebagian yang lain memeriksa keadaan tujuh remaja yang ada di lokasi kejadian.

Jisung dan Seungmin langsung mendapatkan perawatan intensif untuk luka mereka yang cukup serius. Sisanya sedang ditanyai macam-macam oleh polisi.

"Kami akan berusaha sekeras kami untuk menemukan teman kalian," ujar seorang polisi setelah selesai dengan proses interogasi. Beliau menyempatkan untuk menepuk bahu Jisung pelan.

●●●

"Saat ini polisi berhasil menemukan dua mayat terduga pelaku pembunuhan dan penculikan di Kampoeng Kopi Banaran yang selama ini meresahkan. Mereka berdua tewas karena ikut meledak bersama markas mereka dua hari lalu. Namun sampai saat ini polisi masih belum bisa menemukan jasad dari saudara Athallah Jeno Al-Farih yang masih belum bisa dipastikan hidup atau tidak."

Taeyong mengacak rambutnya frustasi setelah melihat berita terbaru tentang adiknya. Dua malam lalu saat ia mendapat kabar bahwa adiknya menjadi korban ledakan di sebuah kebun kopi, Taeyong hampir kehilangan kesadaran. Untung saja saat itu Jisoo ada di sebelahnya untuk menenangkan.

"Taeyong, mau kemana?" tanya Jisoo ketika melihat kekasihnya mengambil kunci mobil di nakas sebelah televisi.

"Ke kantor polisi. Kerja mereka ngga becus!"

Jisoo menghela nafas. Dengan segera ia menghampiri Taeyong dan mengambil kuncil mobil itu perlahan-lahan. Setelahnya, ia memaksa Taeyong untuk menatap matanya.

"Hey, listen," Jisoo menangkup wajah Taeyong dengan jemari lentiknya. "Polisi pasti lagi berusaha nyari Jeno. Kalau kamu kesana dan marah-marah, itu pasti menghambat kerja mereka. Jadi sekarang kamu di sini aja, bantu doa. Pasti polisi ngabarin kok kalau ada perkembangan."

Taeyong mengambil tangan kanan Jisoo, lalu dikecupnya sekilas. Setitik air mata jatuh ketika pria itu memejamkan mata. "Aku durhaka banget sama ayah bunda. Aku ngelanggar janji aku buat jagain Jeno." bisiknya lirih.

"Duduk dulu, yuk. Tenangin dulu diri kamu, habis itu baru kita ngobrol."

Jisoo menuntun Taeyong untuk duduk di sofa dekat mereka. Taeyong langsung mengambil tempat di bahu kekasihnya untuk menumpahkan semua beban yang dua hari ini memenuhi kepalanya sekaligus mengistirahatkan hati dan pikirannya.

"Ini bukan salah kamu ataupun Jeno dan temen-temennya. Ini bukan salah siapapun kecuali dua penjahat itu. Kamu sekarang bantu doa sebanyak mungkin. Kamu juga harus percaya kalau Jeno pasti baik-baik aja."

Taeyong tidak menjawab perkataan Jisoo. Yang ia lakukan hanyalah memeluk Jisoo erat dan bersyukur dalam hati memiliki kekasih sesempurna Jisoo.

●●●

"Gimana lukanya?"

Itu adalah hal yang pertama kali diucapkan oleh Renjun ketika memasuki kamar rawat Seungmin. Hal itu membuat Jisung gemas dan memukul belakang kepala Renjun dengan gulungan brosur yang ia dapatkan di pintu masuk tadi. "Salam dulu, bego!"

"Iya iya. Assalamu'alaikum, Keanu. Bagaimana kabar luka anda?"

Jisung memutar mata malas sedangkan Seungmin sedang tertawa sekaligus meringis menahan sakit yang masih terasa.

"Kok berempat aja? Echan mana?" tanya Seungmin ketika tidak menemukan sepercik cahaya matahari di antara mereka.

"Bundanya masih shock berat, jadi dia ngga dibolehin kemana-mana dulu." Jawab Jaemin. Seungmin hanya mengangguk singkat.

Kebun Kopi | 00liner [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang