"Tentu saja. Kenapa tidak? Kita bertemu lagi di tempat yang sama dan juga di waktu yang sama" ujar Exaudi padanya.

"Baiklah, kalau itu memang kemauanmu besok kita akan berjumpa lagi disini, diwaktu yang sama. Deal?" ucap Arman sembari menyodorkan kelingkingnya pada Exaudi.

"Deal" ucap Exaudi padanya sembari mengaitkan kelingking kami pertanda bahwa ada suatu janji yang telah dibuat.

Arman kemudian mendekatkan dirinya pada Exaudi dan langsung memeluk erat Exaudi, pelukannya terlampau kencang yang membuat dia seperti kesulitan bernafas. Panas tubuhnya kemudian terasa menyentuh kulitnya yang sudah mulai mendingin tertiup angin. Dan dengan lembut, dia menarik wajah Exaudi ke wajahnya. Dengan cepat, dia mengecup bibir Exaudi sambil berkata,"Sampai jumpa lagi besok, temanku sayang".

Perlakuan Arman membuat lutut Exaudi menjadi lemas, tak pernah rasanya dia mendapatkan hangatnya ciuman yang seperti diberikan Arman sebelumnya. Dan selama di perjalanan pulang, pikiran Exaudi masih mengulang-ulang apa yang barusan saja terjadi. "Arman mencium diriku, tepat di bibir! Ah, senangnya!" ucapnya dalam hati.

Exaudi segera pulang ke rumah dengan jalan yang agak lambat, yang mana sangkin lambatnya membuat dirinya sampai ke rumah diluar waktu pulang yang sudah ditentukan. Dan kemudian omelan dari ibu datang menghampiri kupingnya, namun kali ini perasaannya dapat menahan segala omelan yang diucapkan oleh ibu.

Entahlah mengapa, namun hari ini dia hanya ingin tidur dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Arman besok di sekolah atau di danau. Tapi mau bagaimanapun Exaudi berusaha untuk tidur lebih awal, Ayah selalu mengganggu dia dengan kecupan nakalnya yang didaratkan dan lehernya. Exaudi yang tak dapat menolak membiarkan Ayah melakukan hal itu. Alhasil, mereka melakukan hal itu lagi malam ini.

Dirinya terbangun dengan badan yang agak berat karena Ayah menimpa badan Exaudi. Badannya sungguh sangat berat dan membuat bercak merah di badan Exaudi karena tindihan badannya itu. Ia kemudian menyingkirkan badan Ayah dan mematikan alarm yang sudah menunjukkan pukul 6.30., sudah saatnya Exaudi bersiap-siap ke sekolah.

Dan seperti biasa, Exaudi diantarkan oleh Ayah. Dan seperti biasa juga, sebelum tidur dari mobil Ayah selalu mencium pipi, kening dan juga bibirnya. Biasanya ayahlah yang sangat antusias untuk mencium exaudi, namun terkhusus untuk hari ini, exaudilah yang menunjukkan antusiasnya.

Bukan tanpa alasan dia melakukan hal itu. Bertemu dengan Arman adalah sebuah alasan yang kuat untuk selalu bahagia dan senang setiap harinya. Dan hal itulah yang juga dirasakan oleh Arman. Setelah menunggui Ayahnya pergi dari gerbang sekolah ini, exaudi tidak langsung masuk ke kelasnya. Namun dia menantikan Arman, berharap dia dapat melihat lelaki itu dan memastikan keadaannya.

Dan yang ditunggu-tunggupun akhirnya tiba. Dengan motornya dan jaket serta helm yang sama, pria itu turun dari motornya dan membawa serta exaudi dibelakangnya menuju tempat parkir. Mereka tidak banyak berbicara pagi itu, hanya merencanakan apa yang akan mereka lakukan di danau nanti. Dan sebuah ide untuk piknik kecil-kecilan pun muncul entah darimana.

Sebuah ide yang akhirnya terlaksana pada siang itu, dan di depan mereka sudah tersedia makanan dan minuman yang dibawa oleh mereka berdua. Dan sebenarnya makanan itu baru mereka beli dari supermarket terdekat yang ada di kota mereka, dan kemudian mereka bawa ke danau itu.

"Bagaimana dengan kabar Ayahmu? Apakah dia masih baik-baik saja?" tanya Exaudi memecah keheningan sambil memakan bolu lembut rasa stroberi kesukaannya.

"Ayahku? Pria itu nampaknya sudah kebal dengan segala penyakit dan efek buruk dari kebiasaan jeleknya itu. Dia masih tetap merokok dan mabuk-mabukan, namun tidak separah dahulu. Namun sifat penggerutunya itu semakin bertambah, dan aku semakin pening menghadapinya" balas Arman.

Journal Of Exaudi [Finished]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن