Prolog

14 1 0
                                    

          Hitam pekat. Sepasang bola mata itu terus saja memberikan tatapan bagaikan singa yang tengah kehilangan santapannya.

           Hari ini benar benar hari yang sial. Bagaimana bisa keberuntungan tidak pernah berpihak padaku.

          Sepertinya tanpa di sadari leher dan tangannya mulai berkeringat dingin. Sehyun hanya menatap kosong ke jalanan dari teras apartemennya.

           Tanpa sadar pengemudi itu langsung menghentikan laju mobilnya secara mendadak hingga mengeluarkan suara berdecit yang bisa terdengar dari apartemen lantai 3. Sepertinya kejadian tadi benar benar membuat pengemudi itu menjadi emosi. Empat, lima, bahkan enam detik sudah berlalu, tetapi Sehyun tidak memberikan reaksi apapun. Sehyun tersadar tak lama setelah di teriaki oleh pengemudi itu, dan ia pun bergegas menghampiri pengemudi itu dengan setengah berlari.

           Pria itu terdiam ketika dihampiri, ditambah dengan katupan rahangnya memberikan efek yang menakutkan. Tentu saja hal itu membuat Sehyun bingung harus bagaimana. Satu-satunya yang dirasakan saat ini adalah tubuhnya yang siap jatuh karena kakinya sudah seperti agar agar. Tapi dia memberanikan diri untuk menghampirinya.

           "Apa kau hanya akan diam?" bentak si pengemudi.

          "Um, aku ingin minta maaf. Aku benar benar tidak bermaksud untuk menghancurkan mobilmu. Tolong maafkan aku." Suara Sehyun terdengar gemetar.

          "Apa? Apa kau baru saja meminta maaf?"

          "Tentu saja. Aku akan tampak seperti wanita yang tidak tahu malu jika aku tidak meminta maaf di saat seperti ini." Aku memainkan jari jariku agar ia tidak melihat kegugupanku.

          "Di saat seperti ini, masih saja memperdulikan dirimu sendiri. Hey! Kau harus mengganti rugi semua biaya perbaikan mobilnya!" ketusnya.

          "Eh? Apa itu harus? Aku bahkan tidak sengaja melempar ponselku! Siapa yang menyuruhmu lewat jalan ini pagi pagi buta?! Huh."

          "Apa kau merasa bahwa jalan ini hanya milikmu seorang? Bagaimana bisa kau berteriak kepada orang yang sudah kau rusak mobilnya?! Dasar gila!"

          "Hey! Aku ini masih normal seandainya CEO itu tidak menambah anggota Winner! Aku bahkan tidak sadar saat melempar ponsel ku keluar!"

          "HUH?!"

From That TimeWhere stories live. Discover now