chapter 2

17.1K 1.1K 12
                                    

Mobil berhenti berada tempat parkiran depan restauran. Alexis mengajak Adara makan siang dan sekalian bertemu dengan klien.

Adara hendak melepaskan sabuk pengaman namun lengannya di tahan Alexis.

"Biar aku yang melepaskan". Wajah Alexis mendekat. Jantung Adara berdetak tidak karuan.

Setelah berhasil melepaskan sabuk pengaman. Alexis menatap wajah Adara dan berkata. "Kenapa wajahmu memerah?". Tanya Alexis terkekeh.

Adara mendorong Alexis dengan perasaan kesal. Ia menetralkan detakan jantungnya.

"Kamuu...!!!". Sungguh perasaannya sedang kesal. Ia selalu dijahili oleh sahabatnya.

Alexis tertawa kencang. "Oke. Maafkan aku. Tadi hanya bercanda. Jangan marah oke".

Adara tidak mengubris perkataan Alexis. Ia langsung turun dari mobil lalu berjalan ikuti Alexis dari belakang sambil membawa tab.

Saat sampai di tempat. Tubuh Adara menegang melihat suaminya bersama Mira.

Alexis berdehem membuat para klien menatapnya.

"Selamat siang. Maaf saya datang terlambat karena ada kendala di luar". Kata Alexis didepan para klien.

"Tidak apa apa tuan Alexis. Kami baru saja mulai. Silakan duduk"

Alexis dan Adara mulai duduk. Matanya tidak sengaja melihat tangan suaminya mengelus perut Mira.

Adara hanya meremas tab nya untuk melampiaskan rasa sakit.

Aexis menyadari suasana yang tidak enak. Ia langsung menggenggam tangan Adara.

"Ada berita mengejutkan. Tuan Daren minggu depan akan menikah dengan nyonya Mira". Ucap salah satu klien.

Adara tersenyum miris. Pernikahannya dengan Daren tidak diketahui semua orang termasuk keluarganya.

"Selamat ya tuan Daren. Semoga pernikahan kalian lancar". Daren hanya mengangguk dan menampilkan senyum bahagia.

Adara merasa sesak didalam posisi ini. Ia segera pergi dan menjauhkan situasi ini.

"Aku harus pergi". Bisik Adara.

"Aku akan mengantarmu"

"Tidak perlu aku bisa sendiri". Tolak Adara.

Adara berdiri dan pamit dengan para klien. Adara langsung pergi tanpa melihat tatapan bingung orang lain.

Alexis menghela nafasnya dengan kasar. Melihat wanita itu sangat rapuh.

Setelah sampai di apartemen. Adara merebahkan tubuh di ranjang.

Tanpa sadari air matanya menetes dipipinya. Ia tidak menyangka suaminya melakukan hal itu.

Adara mengambil foto hasil usg janinnya yang ada di dompetnya.

"Maafin mama nak. Kamu bahagia kan disana?. Kuharap kamu bahagia disana ya. Mama ikhlas". Lirih Adara

Tiba-tiba terdengar bunyi bell pintu. Adara langsung mengusap air mata dengan kasar.

Adara melangkah dan membuka pintu.

"Kenapa lama sekali?". Keluh Daren sambil melewati Adara.

"Maaf.."

Daren duduk di sofa. Ia melepaskan jas dan melonggarkan dasinya.

Daren menatap Adara dengan tajam saat Adara meletakkan teh hangat di meja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Daren menatap Adara dengan tajam saat Adara meletakkan teh hangat di meja.

Adara merasa gugup. "A-da apa?". Ucap Adara terbata-bata.

Sial!! Dia merasa ketakutan saat ditatap suaminya.

"Kuharap kamu mengerti situasi ini"

"Seharusnya kamu mengerti perasaanku. Tidak sabar kah kamu menunggu. Kita memang sudah 3 tahun belum memiliki keturunan"

Rahang Daren mengeras menahan emosi. "KAMUU!!!!". Bentak Daren.

"Apa karena mama memaksamu menikah lagi. Apa kamu tidak mencintaiku lagi hah". Balas Adara tidak kalah meninggi.

"Aaakkhhhhh....."

Daren menarik rambut Adara dengan kasar. "Diam!!jangan membuatku marah". Geram Daren.

Adara hanya menangis dan menahan rasa sakit. "Le-pas-kan...". Isak Adara.

Daren melepaskan dengan kasar. Ia tidak merasa kasihan melihat istrinya tersiksa.

Dia berjongkok dan mencengkram leher Adara.

PLAKK!!

Daren menampar pipi Adara dengan keras. Sehingga membuat Adara tersungkur dilantai dengan keras.

Bibir Adara terluka akibat Daren menamparnya dengan keras. Pipinya terasa panas dan perih.

Wajah Daren mendekat. "Jadilah istri yang penurut sayang". Bisik Daren.

Adara tidak menanggapi. Ia masih menahan rasa sakit.

Daren menciumi Bibir Adara dengan lembut. Daren menarik tengkuk Adara agar ciuman lebih dalam. Adara tidak membalas ciuman dari suaminya.

Daren melepaskan dan mengusap bibir Adara. "Tidurlah. Aku akan pulang".

Setelah mengucapkan itu. Daren langsung pergi tanpa ada perlakukan manis dengan istrinya.

Adara hanya diam melihat punggung suaminya sampai menghilang. Ia memeluk lututnya dan menangis.

Sungguh hancur hatinya. Sejak dokter mengatakan ia belum bisa hamil namun rahimnya baik-baik saja.

Suaminya berubah kasar dan dingin. Tidak ada perlakukan lembut dan manis dari suaminya.

"Tolong aku Tuhan..kuatkan aku Tuhan". Guman Adara sedang terisak.

Tak lama kemudian. Tubuh Adara langsung limbung tersungkur dilantai dan terasa gelap.

Adara pingsan..

.

.

.

.
To be continued

SECOND LOVE [COMPLETED] Where stories live. Discover now