#5

2.7K 249 20
                                    

Langit cerah menyambangi Seoul pagi ini. Tentu saja sekarang bulan Juni musim panas akan segera datang.

"Ahjumma ...."

Suara nyaring telah memenuhi seluruh sudut rumah besar itu.

"Ahjumma ...," teriaknya lagi.

Seorang wanita paruh baya itu berlari menghampiri arah suara itu berasal.

"Nde ahgassi," sautnya.

"Ahjumma! kenapa kau lama sekali," omelnya.

"Choseonghaminda," ucap ahjumma itu sambil membungkuk beberapa kali.

"Akh kau memang selalu lambat seperti siput, bawakan sarapan untukku."

"Nde."

Begitulah Park Soo Young melewati paginya, berteriak memaki orang, marah-marah dan hal buruk lainya.

Wajah congkaknya tiba-tiba berubah pucat pasi saat sebuah pesan video di terimanya.

***

Taeyong berangkat ke kampus pagi-pagi sekali, bahkan saat belum ada satupun orang yang datang. Diam-diam dia menyelinap ke atap gedung.

Dia mencoba mencari jejak yang mungkin saja terlewatkan. Taeyong mengamati setiap inci dari atap gedung itu.

"Aku harus menemukan sesuatu," gumamnya.

Krekkk ....

Taeyong mendengar suara seperti botol plastik yang terinjak, yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang menginjaknya.

"Nuguseyeo????" teriak Taeyong.

"Tunjukkan dirimu!!!" teriaknya lagi.

Sekilas batang hitam terlihat di sebelah kiri atap.

"Jangan lari!!!!"

Sosok berpakaian serba hitam itu berlari bahkan melompat ke atap gedung yang lebih pendek.

Taeyong tentu tidak akan melewatkan apapun, dia mengejar sosok itu. Dia memutar otak agar bisa mencegat sosok itu.

Dis berlari berlawan arah dengan orang yang di kejarnya.

"Mau kemana lagi kau???"

Yapp! Taeyong berhasil sampai lebih dulu dengan sosok berpakaian hitam itu.

"Menyerahlah, sebelum aku memaksamu menyerah," perintah Taeyong.

Tapi orang itu keras kepala. Dia langsung melayangkan tangannya ke wajah Taeyong. Bukan hak yang mudah udah menyentuh wajah tampan Lee Taeyong tak butuh waktu lama Taeyong berhasil melumpuhkannya.

"Aku menyerah," ucapnya sesaat sebelum kepalan tangan Taeyong mendarat di wajahnya yang tertutup masker.

Taeyong terpaku mendengar suara itu yang tak asing di telinganya. Dia tak ingin terlalu banyak menebak jadi langsung ditariknya masker wajah orang itu.

"Jungwoo??"

"Mianhae hyung," ucap Jungwoo.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Taeyong berusaha menahan emosinya.

"Mencari sesuatu yang mungkin tertinggal," jawabnya.

"Tapi kenapa kau lari saat aku melihatku?"

"A-a-aku ...."

"Sudahlah, kau bisa jelaskan nanti!" potong Taeyong.  "Apa kau menemukam sesuatu?"

Jungwoo terlihat ragu, tapi tatapan Taeyong yang seolah akan memakannya membuat dia tak punya banyak pilihan. Dia menyerahkan sebuah pisau cukur yang terdapat bercak darah.

"Aku menemukannya di ujung sana," ujar Jungwoo sambil menunjuk ujung atap gedung yang memang jarang di jamah orang.

"Aku akan menunggu penjelasanmu, dan jangan beri tahu ini pada yang lain."

Taeyong pergi meninggalkan Jungwoo, entah kemana dia pergi kali ini, tapi dia terlihat terburu-buru.

***

Sepanjang hari Soo Young terlihat begitu cemas, entah apa isi dari  video tadi pagi tapi itu membuatnya merasa terganggu bahkan ketakutan.

Dertttt  ... Dertt ....

Ponselnya bergetar beberapa kali, tapi dia tetap mengabaikannya. Hingga dia benar-benar frustasi dengan itu.

"Mau apa kau??? Apa yang kau inginkan dariku??" tanyanya setengah berteriak hingga mengundang perhatian dari orang-orang di sekitarnya.

Entah jawaban apa yang dia dapatkan dari orang yang menelponnya. Wajahnya gelisahnya semakin terlihat. Seolah-olah hidup dan matinya di pertaruhkan.

"Baiklah aku akan menemuimu, jangan lakukan apapun!" ujar Soo Young pada akhirnya.

Dia mencoba menghirup udara sebanyak yang dia bisa.

***

Sesuai waktu dan tempat yang di tentukan Soo Young datang menemui orang itu di atap gedung universitas SM. Suasana di sini sangat mencekam.    Terlebih kenyataan bahwa ada yang meninggal di sini beberapa hari lalu bahkan masih ada beberapa bercak darah yang memang belum di bersihkan, membuat dia merinding.

"Kau datang rupanya?" tanya seseorang berjubah hitam, wajahnya tertutup rambut panjang miliknya.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Soo Young.

"Sebut aja aku adalah karma dari perbuatannya," jawanya.

"Kau mau apa dariku?"

Soo Young mulai bergetar, terlibih sosok itu mulai mendekat. Pakaian serba hitam, lipstik merah darah dan rambut panjang benar-benar membuatnya merinding. Soo Young berjalan mundur hingga ke tepi gedung.

Dis tersenyum manis pada Soo Young namun terlihat begitu menyeramkan.

"Silahkan pilih, mau lompat sendiri, aku bantu dorong, atau kau ingin pisau berhargaku ini bermain dengan wajah cantikmu," ujarnya dengan begitu lembut namun sangat menakutkan.

"Aku mohon!! Jangan lakukan ini padaku," pinta Soo Young.

"Kau memohon padaku? Apa kau juga mengabulkan permohonan orang-orang yang memohon padamu?"

Dia terus maju, membuat Soo Young hanya berjarak beberapa centimeter dari bibir atap gedung.

"Katakan selamat tinggal!"

"Jangan, aku mohon," pinta lagi.

Dia tersenyum, " baiklah aku tidak akan membuatmu bertemu malaikat maut terlalu cepat, karena aku ingin kau lebih menderita dan akhirnya memilih menemuinya sendiri."

"Sebenarnya apa yang kau mau?" teriak Soo Young  putus asa.

"Kau lihat video ini." Dia menunjukkan video yang sama dengan yang di kirimnya ke Soo Young pagi tadi. "Aku ingin kau membagikannya."

"Menyuruhku menyebarkan ini sama dengan membunuhku!"

"Itu memang tujuanku."

"Sepertinya kau memang tidak waras."

"Bukannya kau yang lebih tidak waras, menjadi selingkuhan dosen melakukan hal-hal memalukan. Aku benar bukan?"

Soo Young sudah tak bisa berkata apa-apa. Dia bukan di posisi dapat memilih.

"Nyawamu atau harga dirimu?"

"Aku akan melakukannya tapi tolong jangan bunuh aku."

"Tentu saja, karena tidak akan menyenangkan jika kau mati," ujarnya. "Karena kau harus merasakan, hal yang lebih mengerikan dari kematian," ucapnya dengan penuh penekanan sebelum akhirnya dia menghilangkan Soo Young yang sudah tak berdaya.

***
TBC

Ngetik sambil merem melek, maaf kalau banyak typo.

Happy reading.

Find Me (19+)✓ ENDWhere stories live. Discover now