1. SPO1

20 4 4
                                    

Sudut pandang orang pertama memakai 'Aku' dan/atau 'Saya' sebagai kata ganti orang pertama atau pencerita dalam cerita.

Sudut pandang ini memiliki dua jenis.
1. Penulis bercerita sebagai orang pertama/karakter utama.
2. Penulis bercerita sebagai karakter sampingan.

Sudut pandang orang pertama sendiri memiliki dua jenis cerita. Pertama, seperti yang sudah kita ketahui di atas. Atau lebih jelasnya, sudut pandang orang pertama satu tokoh.

Kedua; Sudut Pandang Orang Pertama dengan banyak tokoh.

Dalam cerita yang menggunakan sudut pandang tokoh pertama yang biasa. Dari awal hingga akhir cerita pembaca hanya akan disuguhkan pandangan si tokoh ini. Hanya satu tokoh yang bercerita. Dari awal hingga akhir cerita. Otomatis dia akan menjadi karakter utama.

Sementara dalam cerita yang memakai sudut orang pertama dengan banyak tokoh, kita akan menemukan paragraf atau separator narasi per tokoh. Lebih sering dipakai per halaman. Supaya pembaca tidak bingung.

* * *

Mari kita lihat contoh kedua sudut pandang orang pertama/tokoh utama, di bawah ini;

Pertama:

Sudut dari orang pertama/karakter utama.
Mudah dan sangat banyak digunakan. Cenderung menyerupai buku harian dengan kreasi lebih komplit.

Contoh singkat;
"Setelah sekian lama tidak memikirkannya. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi. Dia, orang yang selama ini kuhindari. Orang yang tak akan kutemui bahkan bila dia adalah manusia terakhir di bumi. Setelah aku tentunya. Aku tidak sudi bahkan hanya melihat bayangannya."

Jadi, penulis merupakan si 'aku'. Penulis mengetahui perasaan, pikiran, dan segala sesuatu yang diketahui si 'aku'.

Catatan: Tidak boleh ada tokoh lain dalam narasi yang menggunakan 'aku'. Narasi, ya! Bukan dialog.

Kedua:

Sudut pandang orang pertama dengan banyak tokoh.
Kita akan diarahkan oleh nama karakter yang sedang bercerita, biasanya tertera di bagian atas halaman buku.

Jika di Wattpadsaya beberapa kali menemukan penulis memakai POV si anu, POV si anu 1, POV si anu 2, dst.

Contoh;

*AA* (Anggap AA ini nama tokoh, ya.)

"Setelah sekian lama tidak memikirkannya. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi. Dia, orang yang selama ini kuhindari. Orang yang tak akan kutemui bahkan bila dia adalah manusia terakhir di bumi. Setelah aku tentunya. Aku tidak sudi bahkan hanya melihat bayangannya.

"A, kamu sedang apa? Ayo, makan." C menyadarkanku dari lamunan. Dia datang membawa makan siang kami."

____

Kemudian setelah narasi dan kisah oleh Si AA, maka kita akan berganti lembaran buku. Penulis akan memakai nama karakter yang bernarasi.

*BB* (Ini nama tokoh juga.)

"Sejak terakhir bertemu dengannya. Dia sama sekali tak berubah. Masih saja menatapku dengan tatapan benci yang terang-terangan. Seolah tatapannya bisa membunuhku. Membuang wajah dengan kemarahan tertahan. Aku pun tidak mengerti, mengapa ia begitu yakin bila akulah yang menjadi penyebab setiap masalahnya. Baiklah, aku akui, aku memang pernah meninggalkannya di saat dia membutuhkanku. Tetapi itu bukanlah inginku.
Mengapa ia sama sekali tak mau memberiku kesempatan?

Langit kelam siang ini seolah mencerminkan gelapnya hatiku. Angin dingin seolah menamparku ketika aku melihat gadis yang kucintai ternyata bisa bahagia tanpaku.

___

Nah, bila cerita ini ingin diberi sudut pandang tokoh lain agar lebih lengkap, bisa ditambahkan dengan separator yang jelas.

Saran saya, tetapkan narasi setiap karakter berakhir di  akhir lembaran buku.

Tidak harus satu lembar, bisa berlembar-lembar tetapi harus diakhiri dengan pembatas lembaran baru untuk tokoh lain.

Tujuannya, agar pembaca mudah menemukan dimulai dari mana tokoh yang mana bernarasi.

Sekian.


* * *

Kita lanjut ke Sudut Pandang Orang Pertama/ Tokoh Sampingan.

Bila kamu pernah membaca buku Petualangan Sherlock Holmes, karya Sir Arthur Conan Doyle, ini sangat bagus untuk contohnya.

Kisah ini diceritakan oleh Dr.Watson. Sahabat tokoh utama.

Sherlock Holmes adalah fokus cerita, tetapi Dr. Watson, ialah yang menjadi pencerita.

Ingat, cerita ini harus fokus ke tokoh utama. Pencerita tidak boleh ambil bagian untuk dirinya sendiri tanpa kehadiran tokoh utama. Setiap hal yang dijabarkan merupakan hal-hal yang berhubungan dengan tokoh utama.

Contoh singkat;
"Aku mendatangi rumah B pagi ini. Seperti biasa, ia kudapati sedang duduk di tepi danau, menghisap benda terkutuk yang tak pernah lepas dari jemarinya.
B menoleh ke arahku setelah setengah jam aku menunggunya. Dia tidak suka diganggu, apalagi dinasihati.

"Aku tahu yang kulakukan ini salah, tapi aku akan lebih menderita bila tak memakainya. Abaikan aku. Pergi saja sana. Yang jauh sekalian." Demikianlah B menjelaskan keadaannya, dan mengusir bila aku mencoba menasihatinya untuk berhenti.

"Sudah lama kau di situ, C?" tanya B bangkit dari duduknya dan menyambutku.

"Tidak. Baru saja." Balasku membalas jabatannya. Bau minuman keras dan asap nikotin bercampur bau zat bius yang berlebihan menguap dari jaketnya.

"Apa kabar, Bro?" tanyanya sedikit oleng. Sepertinya ia habis mabuk-mabukan.

"Baik. Sepertinya kau harus mandi. Kau tampak seperti gelandangan."

B terkekeh dan menepuk pundakku.
"Aku baik-baik saja, Sob. Aku hanya pakai sedikit hari ini."

B adalah temanku sejak kecil. Dia banyak membantuku dan orang lain. Hanya saja dia tidak bisa membantu dirinya sendiri. Dia memilih melarikan diri dari masalahnya dengan memakai obat-obatan terlarang."

Sekian.

Saya sengaja buat sedikit panjang. Supaya kamu, atau kalian paham, bahwa sudut pandang orang pertama sebagai tokoh sampingan haruslah fokus pada sosok tokoh utama/tokoh lain. Bukan fokus ke si 'aku'. Melainkan, fokus ke tokoh utama, dengan narasi memakai 'aku'. Jadi, si 'aku' haruslah ada di lokasi kejadian bersama dengan si tokoh utama. Agar dapat narasi dengan alur yang lengkap.

Semoga cukup membantu, ya.

Jangan lupa, komen dan dukung. Boleh bertanya dan nanti akan saya jawab sebisa mungkin.
Salam, Anasta-G.
7 Juni 2018

Tentang Menulis By: AGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang