"Apaan sih? Gue udah siap, Bel."

"Hello, kita ini mau ke pameran foto. Banyak anak teknik, jurnalistik, hukum, ekonomi, kalau beruntung ada anak kedokteran juga. Rapih dikit kenapa sih? Pake kaos sama jeans doang berasa mau nongkrong." cecar Bella.

Mereka bertiga memang sudah berencana pergi ke kampus sore ini untuk melihat pameran foto yang dibuat oleh UKM fotografi.

Asa memutar kedua bola matanya, "Gue kesana bukan mau cari jodoh loh."

"Berisik banget dah lu berdua. Mau jalan aja ribet lo pada." Sissy menatap mereka berdua sambil menggaruk hidungnya yang tidak gatal lalu jalan terlebih dahulu.

Tentu saja Asa dan Bella mengikuti Sissy dari belakang. Sissy memang seringkali menjadi penengah keduanya.

Terlebih lagi, Sissy adalah seorang anak karate bersabuk hitam.  Sehingga siapa pun yang berani membantah omongannya, maka minimal tulang kakinya akan patah.

----

Asa berjalan lambat sambil memperhatikan setiap foto yang dipamerkan di tempat ini. Pameran foto ini cukup unik, karena memakai konsep alam.

Semua foto dibuat seperti polaroid dan digantungkan ke pohon dengan fairy light yang juga mengelilingi pohon itu sehingga memberikan kesan romantis.

Merasa ingin mengabadikan moment ini, dengan cepat Asa mengambil ponselnya dan mencoba mencari angle yang tepat supaya foto hasilnya bisa dia posting di instagram. Seandainya ada Sissy atau Bella, pasti akan lebih mudah. Sayangnya, mereka berdua sudah menghilang secara tiba-tiba semenjak menginjakkan kakinya di pameran ini.

Setelah merasa puas dengan hasil bidikannya, tak sengaja matanya melihat sebuah foto polaroid yang terjatuh di dekat pohon. Tanpa berpikir panjang, Asa langsung mengambil foto yang terjatuh itu.

Fotonya sederhana. Hanya menampilkan indahnya pemandangan kota Jogja saat malam hari di sebuah lampu merah. Ada sebuah becak dengan penumpang perempuan yang membawa tas besar, tiga buah motor, dan satu angkot yang penuh dengan penumpang.

Tempat terbaik di Bumi untuk memahami manusia, seperti hal nya dibawah lampu merah. Wajah-wajah lelah dan gerutuan mereka seperti cerita menarik yang dapat saya baca sampai puas.

- Pluto

Dahinya berkerut setelah membaca tulisan itu. Tapi kerutannya bertambah ketika ia menemukan nama Pluto tertera dibawahnya. Aneh, batinnya berkata. Gadis itu langsung teringat bahwa sebelum ia berangkat kesini, dia sempat bertanya perihal Pluto. Kebetulan macam apa ini?

Asa tertawa dalam hati.

Dari beratus-ratus foto yang digantung disini pun, hanyasatu foto yang memiliki tulisan di belakangnya. Dan kenapa juga foto ini ditaruh di dekat pohon yang memungkinkan juga tidak terlihat oleh orang banyak. Atau memang foto ini sengaja disembunyikan? Tapi kenapa? Dan banyak lagi pertanyaan yang terlintas di otak gadis itu, tapi tidak ada yang terjaga satu pun, sampai ada satu suara yang mengejutkannya.

"Hallo."

Mendengar suara itu, Asa segera menaruh polaroid itu di balik ponselnya, lalu menengakkan kepalanya. "Iya, kenapa?" ucapnya sesantai mungkin.

"Sorry ganggu, kalau pengunjung harus isi formulir identitas diri dulu." ucap laki-laki di hadapannya itu sambil menyerahkan selembar kertas pada Asa.

"Oh oke."

Gadis itu mengangguk sambil mengambil kertas itu lalu mengisinya dengan cepat. Ternyata Asa hanya diminta mengisi nama dan paraf. Setelah mengisi semuanya, Asa langsung mengembalikannya. Tapi alih-alih pergi, pemuda itu malah memilih diam di tempatnya."

"Kenapa ya?" Asa menaikkan sebelah alisnya, merasa rishi karena diperhatikan seperti itu."

"Oh iya," laki-laki itu terlihat mengambil sesuatu di dalam map cokelat yang dibawanya sejak tadi. "Berminat ikut eskul fotografi? Kebetulan kita lagi buka pendaftaran anggota baru. Kalau mau, lo bisa isi formulirnya dan langsung kasih ke ruangan B212 gedung A ya."

"Ta-"

"Pegang aja dulu." Pemuda itu langsung memotong ucaoan Asa. "Ngomong-ngomong kita belum kenalan, nama lo siapa?"

"Venus Thalassa Anindita. Panggil aja Asa."

"Sip. Gue Bima. Galaksi Bimasakti. Nice to meet you and see you again."

Pemuda itu tersenyum lalu pergi meninggalkan Asa.

Galaksi Bimasakti? Kebetulan macam apa lagi ini?

"Oh iya," tiba-tiba Bima membalikkan badannya. "Fotonya yang itu, boleh lo bawa pulang kok. Special."

Dan detik itu juga Asa merasa mukanya memerah karena menahan malu.

PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang