Bab 2

803 13 0
                                    


Fulka tidak bisa berhenti menangis selama perjalanan. Shireen menjemput Fulka dari rumah bersma suaminya, Rafa. Suasana mobil hening diselimuti isakan Fulka dan wejangan lembut dari Shireen.

"Sudah Ka... Ikhlas... Kamu pantes dapet yang lebih baik," Shireen merangkul sahabatnya yang sedang berada di titik terbawah. Tangannya terus mengelus lengan sahabatnya yang terus bergetar.

"Aku salah Ren, 3 bulan ini aku gak peduli sama dia... Ini salahku juga,"

"Jangan nyalahin diri sendiri. Disini Bisma yang ngelakuin kesalahan, dia itu kepala keluarga," Rafa yang sejak tadi terdiam kini ikut berkomentar. "Bukannya berusaha menjalin hubungan sama kamu, malah enak-enak saja menjalin kasih sama selingkuhan."

Rafa dan Fulka sudah saling kenal sejak SMP. Satu kelas selama 3 tahun lalu masuk ke dalam SMA yang sama. Mereka saling kenal ditambah mereka berdua masuk ke universitas dan jurusan yang sama. Istilahnya sudah saling kenal sampai dalam-dalamnya.

Mereka bertiga berasal dari SMP yang sama. Namun Fulka dan Shireen baru dekat saat SMA. Pertemanan mereka terus berlanjut hingga berkeluarga. Tidak lupa dengan Rina, sahabat mereka yang lain, yang tinggal di kota sebelah.

"Harusnya kamu yang nuntut Ka, jangan khawatir sama karir PNS-nya. Di sini kamu yang rugi. Kamu dapet status janda yang masih dipandang rendah sama masyarakat sekarang. Dia enak-enak saja nyari perawan lain," Rafa terus bersungut-sungut selama mengemudi. "Sana minta uang untuk operasi hymen atau apalah itu. Dia harus ngembalikan kamu dalam kondisi awal."

Fulka sontak tertawa di tengah isakannya. "Ada-ada aja kamu Raf, ya kali gitu aja operasi." Fulka memukul bahu Rafa yang berada di depan sambil terkikik.

Rafa dan Shireen kompak tersenyum mendengar kikikan Fulka.

"Kalau ada apa-apa, bilang kita aja, Ka," Rafa tersenyum sambil melirik Fulka dari spion. "Gak usah malu, kita udah kenal lama juga. Sekarang tinggal di rumah kita dulu ya."

"Iya, terima kasih banyak...." Fulka terharu mendapatkan bantuan lahir dan batin dari temannya. "Aku numpang yaaa," Suara tinggi dan ceria Fulka sudah kembali. Menandakan dirinya sudah cukup baik, setidaknya hormon endorfine di tubuhnya sudah meningkat. "Nanti aku cari kontrakan atau kost, selama proses pencarian, numpang duluuuu, bayar berapa niiiih?? Hehe."

Rafa dan Shireen kini tertawa mendengar suara Fulka yang seperti anak kecil. Jauh di dalam hati mereka, rasa syukur menyelimuti melihat sahabatnya sudah kembali baik. Coba saja mahasiswa/i Fulka melihat dosen yang dijuluki disiplin oleh mereka sedah bertingkah aneh seperti sekarang.

"Tenang, gratis..." Rafa terkekeh.

"Aku mau minta tolong lagi, hehe,"

"Silahkan," ujar Rafa tanpa pikir panjang,"

"Approve proposal mahasiswaku buat kuliah lapangan di proyekmu ya Faaaa," Fulka memohon sampai memajukan badannya mendekati Rafa. "Kasian mereka, akunya juga gak bisa mulai-mulai ngajarnya. Cuma 40 orang, hanya yang terbaik."

"Kenapa bawa-bawa pekerjaan. Namanya mencampurkan urusan pribadi itu. Lagipula, sepertinya agak berlebihan buat mereka kuliah lapangna di proyekku. Baru mahasiswa S1 loh," Rafa mulai erius dengan topik yang diangkat Fulka.

"Mereka yang terbaik, aku pingin kasih yang terbaik buat mereka," Fulka adalah dosen Teknik Sipil di salah satu PTN. Ia benar-benar total dalam menjalankan tugasnya itu. Tidak jarang meminta bantuan pada alumni-alumni lain, seperti Rafa. "Satu almamater loh...."

Rafa menghela napas, kalau sudah begitu, susah menolaknya. Proposal itu memang hanya butuh persetujuannya mengingat dia yang menjabati posisi tertinggi di proyek ini. "Aku cek indeks mereka dulu, nanti aku kabari."

"Sip! Makasiiiiih" Wajah Fulka sudah bersemu merah karena terlalu senang.

-------

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: May 14, 2018 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Destination of Our DestinyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt