Part 2

934 127 5
                                    

Aku tahu sekolah SMA di Ye Ran selesai di sore hari, tapi entah bagaimana ceritanya aku masih berada di supermarket sampai malam. Ini kedua kalinya aku belanja di sini, aku belanja di supermarket seminggu sekali untuk belanja kebutuhan selama seminggu. Sudah kebiasaanku dari Indonesia untuk belanja mingguan setelah pulang sekolah

Mungkin karena aku baru kesini minggu lalu dan hari ini jadi aku kebingungan dengan posisi bahan-bahan makan malam yang sedang kucari. Aku bisa membaca Bahasa korea tapi posisi barang di supermarket Indonesia dan korea agak berbeda

Ketika aku sampai di area Ramyeon, aku bertemu dengan ketujuh muridku, "Bu (Name)!" seru Shinwoo padaku, "Anda sedang belanja makan malam?" Tanya Yuna sopan, "Iya begitulah. Apa kalian tahu dimana tempat sayuran?" jawabku pada mereka

"Tempat sayuran ada di daerah sana bu" jawab Ikhan menunjuk jarinya ke arah tempat yang dipenuhi makanan segar, "Eh kalau tidak salah kepala sekolah kan sedang membeli sayuran" kata Suyi tiba-tiba, "Loh kok kalian tahu?" Tanyaku bingung

"Soalnya kan Rai, Regis, Seira, kakak-kakak satpam dan kepala sekolah tinggal bersama. Kebetulan hari ini bahan makanan habis jadi kepala sekolah membelinya bersama kami sementara kakak-kakak satpam pulang ke rumah" jelas Shinwoo yang aku pahami. Di Indonesia ada beberapa murid sekolah swasta yang tinggal bersama gurunya atau kepala sekolahnya karena murid-murid itu berasal dari luar daerah. Jadi menurutku hal seperti ini tak aneh

Apalagi yang kutahu kepala sekolah itu orang luar negeri, di luar negeri khususnya eropa dan Amerika kalau kalian akrab sekali maka kalian bisa tinggal bersama sebagai roommate. Orang Indonesia lumayan baik kan walaupun tidak berasal dari Negara-negara di benua lain?

Tapi yang aneh itu kalau satpam tinggal di rumah kepala sekolah, "Kenapa satpam-satpam tinggal bersama kepala sekolah?" tanyaku pada mereka, "Karena mereka saudara jauh" jawab Ikhan

Jawaban yang aneh karena menurutku kepala sekolah dan satpam-satpam memiliki ciri-ciri fisik dan sikap yang berbeda satu sama lain, tapi sepertinya kenyataannya memang seperti itu, "Sepertinya bu (name) tidak tahu jalan menuju tempat sayur ya?" Tanya Yuna, "Iya" jawabku jujur sambil malu-malu, "Biar kuantar" kata Seira tiba-tiba dan langsung berjalan begitu saja tanpa aku jawab iya dulu

"Ikuti saja si Seira" kata Regis padaku dan aku langsung mengikuti Seira

Sampai di tempat sayuran, kulihat kepala sekolah Lee sedang memilih sayuran, "Oh Seira akhirnya kau datang dan... bu (name) sedang apa di sini?" Tanya kepala sekolah Lee dengan senyuman khasnya

"Aku ke sini untuk belanja mingguan" jawabku langsung, "Oh begitu" balas kepala sekolah Lee masih tersenyum seperti biasa. Aku langsung memilih sayuran mana yang mau kubeli, aku bisa membandingkan sayuran mana yang segar kecuali brokoli, menurutku segar atau tidaknya brokoli tetap terlihat sama saja

Sayur-sayuran yang kupilih sudah kumasukan ke keranjang. Sekarang tinggal brokoli. Aku terus mengangkat semuanya, memperhatikannya, dan gagal membedakannya lagi. Pasrah, aku pilih saja brokoli di tangan kiriku dan kumasukan ke keranjang

Tapi sebelum tanganku menaruhnya ke keranjang, mendadak ada yang memegang tangan kiriku, "Jangan, brokoli yang ini sudah tidak segar lagi" kata kepala sekolah Lee yang ternyata dialah yang memegang tangan kiriku

Tentu saja aku bingung, "Bagaimana anda bisa tahu?' tanyaku padanya, "Biar aku beritahu cara membedakannya" katanya, "Tapi bisakah kau turunkan dulu keranjang belanjamu? Keranjang itu akan mengangguku untuk mengajarimu" ujarnya dan aku menurut saja walaupun tak paham kenapa sebuah keranjang bisa mengganggu untuk membedakan brokoli

Kemudian kepala sekolah berdiri di belakangku, dia mendekatkan tubuhnya dengan punggungku, keduan tangannya memegang pergelangan tanganku. Dari sini baru kusadari jika dia lebih tinggi dariku, tangannya lebih panjang, dari punggungku bisa kurasakan dadanya lumayan bidang

Posisi ini seakan-akan dia memelukku dari belakang, kenapa aku mendadak malu??

"Coba sekarang kau ambil dua brokoli dengan kedua tanganmu" ujarnya di dekat telingaku dan langsung kuturuti, "Sekarang kau lihat semua sisinya" ujarnya lagi, kedua tangannya mengangkat kedua tanganku hingga sekarang dua brokoli ini ada di depan dadaku, "Nah, jadi cara membedakannya..." ujarnya setelah menaruh dagunya di pundakku supaya bisa menjelaskan lebih baik. Hei!!! Jangan lakukan itu!!! Karena aku semakin malu!!!

"Sekarang coba kau ambil brokoli yang lain" ujarnya yang kemudian kedua tangannya yang tadi memegang pergelangan tanganku berpindah ke punggung telapak tanganku. Kemudian menggerakannya untuk mengambil brokoli yang lain

Suaranya indah, tubuhnya tinggi dan kekar, tangannya yang menyentuh tanganku lumayan besar tapi halus, DEG! DEG! DEG! Kurasakan detak jantungku berdetak lebih kencang daripada sebelumnya dan aku bisa rasakan wajahku memanas, ada apa denganku?

Tapi dari dadanya yang menempel di punggungku bisa kurasakan juga kalau jantungnya berdetak sangat kencang, bahkan semakin kencang semakin lama kami dalam posisi seperti ini, "Jadi brokoli ini yang masih segar" ucapnya yang mengangkat brokoli di tangan kananku

"Kau sudah paham?" tanyanya bicara pelan dekat telingaku, "Pa... Paham!" jawabku panik. Dia akhirnya melepaskan dirinya dariku, entah kenapa aku kecewa, "Baguslah" ujarnya dengan senyumnya seperti biasa

Lalu kulihat dia memilih sayuran yang lain dan memasukannya di troli yang dibawanya, "Kalau begitu sekarang aku pergi dulu menemui murid-muridku" ucapnya padaku sambil menunjukkan senyumnya, "Sampai bertemu besok di sekolah" ucapnya padaku dan langsung kujawab, "Iya"

Setelah dia pergi bersama Seira, mendadak tubuhku lemas. Kuperhatikan brokoli di tangan kananku yang membuatku teringat dengan kejadian barusan. Langsung cepat-cepat kumasukan brokoli itu ke keranjangku dan membayar semua barang belanjaanku

Rasanya aku ingin segera berlari ke apartemenku untuk mengguyurkan wajahku dengan air yang sangat dingin, karena wajahku terasa sangat panas!!!

(to be continue in part 3)

Terlalu singkat ya? semoga yang selanjutnya lebih panjang

Frankenstein x Reader: Guru baru di Ye RanWhere stories live. Discover now