A A A A

2.9K 495 84
                                    

Tok tok! Suara ketukan terdengar dari pintu besar berwarna putih. Sesosok pria dengan seragam rapinya menunggu di depan pintu. "Oh, selamat pagi Minhyun. Kau terlihat tampan pagi ini," ucap perempuan setengah baya di hadapannya.

"Terima kasih, Eomma. Kau juga selalu terlihat cantik. Hm... Apakah Seongwoo sudah siap?" tanya pria itu sambil melirik ke dalam rumah. Perempuan tadi menghela nafas dan memberikan tatapan penuh arti. Gubrak! Terdengar suara gaduh di belakang perempuan itu.

"EOMMA! AKU TIDAK BISA MENEMUKAN SEPATUKU!" sebuah teriakan familiar disertai dengan bunyi langkah buru-buru menyita perhatian kedua orang tersebut. Seongwoo mengobrak-abrik rak sepatu hingga menemukan sepasang sepatu kulit hitam yang dicarinya sedari tadi.

"KETEMU, woah woah.. AW!" ucapnya sebelum memakai sepatu dan terpeleset karenanya. Ibu Seongwoo menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan anak bungsunya, sedangkan Minhyun tertawa geli dan menghampiri sahabatnya tersebut.

"Selamat pagi Seongwoo, kau terlihat ceroboh seperti biasanya." Minhyun menjulurkan kedua tangannya dan membantu pria itu berdiri.

"Terima kasih, Minhyun." Pria itu merapikan seragamnya, memakai sepatu dengan benar, dan tersenyum. "Aku sudah siap! Ayo berangkat," ucapnya sambil menarik lengan Minhyun.

"Tunggu sebentar! Kau melupakan bekal makan siang," ucap ibunya sambil memberikan kantong berwarna cokelat kepada Seongwoo serta dua kantong lainnya kepada Minhyun.

"Ini muffin untukmu dan Daniel," ucapnya sambil mengedipkan mata. Keduanya berjalan ke arah sepeda Minhyun. Tanpa dikomando, Pria itu langsung duduk di kursi belakang sepeda dan memeluk pinggang sahabatnya erat.

"Kau sudah siap?" tanya Minhyun yang dibalas dengan senyum oleh Seongwoo. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Seongwoo tidak pernah berhenti berbicara, entah tentang acara televisi semalam sampai dengan mimpi anehnya saat tidur. Kau tidak akan kesepian jika berteman dengan seorang Ong Seongwoo.

Menjelang bel berbunyi, kedua orang itu memasuki koridor sekolah. "Temani aku ke loker sebentar, ada barang yang ingin kuambil," ucap Seongwoo sambil menggandeng lengan Minhyun. Sesaat sebelum mencapai lokernya, secara tiba-tiba ransel yang berada di punggung pria itu terangkat tinggi dan membuat keseimbangan badannya hilang. Untung saja ada Minhyun yang memegangi tangannya, kalau tidak ia pasti sudah terpelanting ke belakang.

"Daniel, lepaskan aku!" teriaknya tanpa perlu menoleh ke belakang. Dia tahu betul siapa manusia yang berani menganggunya di pagi hari yang indah ini. Seongwoo meronta dan berusaha menarik ranselnya. Dengan cepat, Seongwoo melancarkan serangan ke arah pria usil di belakangnya. Kakinya berhasil menendang tulang kering pria tersebut.

Daniel mengangkat kaki kirinya yang kini berdenyut. "Aw! Kenapa kau menendangku? Kasar sekali. Dasar monster," ucap pria itu. Seongwoo memandang Daniel dengan tatapan tidak percaya.

"Apa kau bilang? Aku monster? Kau benar-benar sudah bosan hidup," ujarnya sambil bersiap untuk menjambak rambut cokelat pria di hadapannya. Dengan sigap, Minhyun melangkah di antara kedua sahabatnya. Tangannya menahan bahu Seongwoo dan Daniel, lebih baik menghentikan mereka daripada pecah Perang Dunia ketiga.

Minhyun menggelengkan kepalanya heran, "Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua? Aku benar-benar bingung. Bisakah dalam sehari saja aku tidak menjadi wasit dalam pertengkaran kalian." Kedua orang tersebut saling melemparkan tatapan membunuh.

"Jangan salahkan aku! Daniel duluan yang menarik ranselku," teriak Seongwoo.

"Siapa suruh kalian meninggalkanku lagi pagi ini?" balas Daniel.

[✔]  Can I Have This Dance? [ONGNIEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang