Part 3 -New Life-

17.3K 1.3K 42
                                    

Empat bulan kemudian...

Aline tengah menyiapkan pesanan beef sandwich with whole meal saat Nando memasuki café. Pria itu tersenyum ramah saat berpapasan dengan Aline dan gadis itu melayangkan senyum tipis pada sahabat kakaknya yang nampak gagah dengan setelan kantor-nya.

Seperti biasa, ketika Nando pulang dari kantor, ia akan selalu berada di Deluxe café hingga tutup. Kadang ikut membantu di service area saat café mendadak ramai dan cukup sibuk.

Nando tengah berkonsentrasi membuat art cappucino. Ia menggambar smile emoticon di atas foam coffee-nya. Menaburkan sedikit bubuk cinnamon dan mengaduknya perlahan. Menyesapnya dengan nikmat sambil memejamkan mata.

Saat membuka mata, iris hitamnya bertemu dengan iris coklat milik Aline. Senyum manis dan binar indah di mata gadis itu memberikan kejut aneh yang berdetak di dadanya.

Dengan canggung ia tersenyum sambil melangkah ke dalam kantor kecil miliknya. Melarikan diri seperti remaja canggung meski usianya sudah mencapai dua puluh sembilan tahun.

Sejak Aline memutuskan untuk keluar dari rumahnya, setiap saat hingga kini Nando merasakan kehilangan akan keberadaan Aline. Ia merasa bahagia jika sudah lepas dari kerjaan di kantor dan menemui Aline di café.

Mencuri pandangan demi melihat gadis itu tersenyum cukup membuat sejuk di hati Nando. Itu saja cukup untuk saat ini, batinnya.

Usai breefing sejenak sebelum tutup café, seperti biasa Nando mengantarnya pulang ke kost-an. Jarak antara rumah dan kost-an Aline cukup jauh, Nando tak mau mengambil resiko jika terjadi sesuatu pada Aline jika ia tak mengantarnya pulang.

Ia tengah merapihkan beberapa invoice di meja kecil ketika Aline mengetuk pintu.

"Kita pulang sekarang Mas?"

Nando menengadahkan kepalanya, mengangguk sambil tersenyum. Setelah kantor kecilnya rapih, ia mematikan lampu dan melangkah ke pintu depan café. Aline telah membantunya mematikan lampu-lampu di sudut-sudut ruangan dan berdiri di pintu menunggu Nando mengunci pintu café.

Sepanjang perjalanan, Aline memutar radio kesukaannya. Membuat keadaan semakin tak sunyi mengingat saat ini telah pukul sepuluh malam.

Malam ini Nando tak banyak bicara, hanya saja ia sering melirik ke arah teman seperjalanannya yang manis namun ia ragu mencurahkan kegundahan hatinya.

Nando memutar kemudinya berbelok pada tikungan terakhir menuju jalanan yang nampak lengang. Aline merapihkan tas ransel-nya dan mematikan radio saat mobil Nando berhenti di depan rumah kost-annya.

"Mampir dulu Mas, nanti Aline buatkan coklat hangat kesukaan Mas."

Nando mengangguk sambil mematikan mesin mobil dan mengunci kendaraannya. Rumah kost-an yang berjejer rapih di tiap pintunya nampak nyaman, namun keadaan sekitar yang menganggu fikiran Nando. Ada sekelompok pria muda yang berkumpul di sebuah gardu kecil yang tak jauh dari kost-an Aline.

Aline mengajak Nando masuk ke teras rumah sementara ia membuatkan minum untuk Nando.

"Lingkungan sini aman Lin?" tanya Nando sambil menyesap coklat hangat buatan Aline yang sesuai dengan seleranya, tak terlalu manis.

"Sejauh ini aman sih Mas, Mas nggak usah khawatir," ucap Aline mencoba menenangkan Nando yang nampak tak nyaman.

Nando mengangguk pelan, "Kalau ada masalah disini, kamu bilang sama Mas ya!" Kali ini Aline yang mengangguk.

Usai menghabiskan coklat hangatnya, Nando pamit pulang. Aline melambai pada sahabat kakaknya itu sambil tersenyum. Belum sampai mobil Nando berbelok di tikungan, empat pria muda tadi menghampiri Aline yang melangkah memasuki rumah kost-an sambil menutup pintu gerbang.

Be MineWhere stories live. Discover now