Bagian 7

98 1 1
                                    


Lagu Greenday masih setia menemani perjalanan mereka, masih dengan candaan konyol Keenan dan tawa Rea yang sesekali lebih mirip dengan hantu kuntilanak. "Gue seneng banget lho Nan, bisa deket sama mereka" "Tapi Re, gue kayak nya ngga bisa ikut lagi, mulai minggu depan gue mulai dikantor bokap gue" "Serius lho? Yah kita ngga bisa nongkrong-nongkrong lagi dong" "Kalau ada waktu gue pasti ke lu kok" "Lho jadi ngambil S.2 di Luar Negeri Nan?" "Rencana nya sih gitu Re, lu tahu sendiri kan gue udah janji kalau udah lulus disini gue bakal ngambil master bisnis di kampus bokap gue dulu" "Iya, gue bakal kangen banget sama lu Nan, dari dulu kita ngga pernah pisah, dan tiba-tiba nanti kita harus jauh untuk waktu yang lama" "Dasar, lebay" Semprot Keenan, setelah Rea menunjukan ke mellow an nya. "Oh iya, Nan, Dira ngajakin gue jalan malem minggu ini" "Lu mau?" "Yah sekali-kali lah, ini yang pertama kali nya gue keluar sama cowo selain lu kan?" Kata Rea, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Keenan, Keenan hanya tersenyum dan mengangguk. Namun ada sesuatu yang salah dengan hati nya ketika Rea memutuskan untuk keluar dengan orang lain. "Good luck ya Re" katanya membuat Rea, menyipitkan mata nya dan memandangi nya tajam. "Kita cuma temenan doang Nan" "Yah siapa tahu minggu besok naik step" "Ngga banget mulut lho kalau ngomong" gerutu Rea, lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Rea menutup buku menyudahi menulisnya ketika seorang cowo berbadan atletis tiba-tiba duduk didepannya. "Sorry telat, macet banget soalnya" "Ngga apa-apa, gue juga baru nyampe kok" "Lu lagi nulis apa?" "Ngga, ada. Iseng aja" kata Rea lalu memasukan buku kecil itu kedalam tasnya. "Kenapa nih kok mau ketemu gue?" "Pingin ngobrol aja sama lu, gue jarang punya temen" "Jarang punya temen apa emang ngga mau temenan sama orang?" Tanya Rea, dengan senyum meledeknya. " Yah emang jarang punya temen di Jakarta, gue dari SD sekolah di Jawa Timur, terus kuliah di...." "Oxford University" Potong Rea, lalu tersenyum. "Kok lu tahu?" "Dokter Hendra sering cerita soal anak nya, dan gue ngga tahu kalau itu lu" "Lu kenal sama Papa gue?" "Ya, gue kan emang sering rumah sakit, jadi sering ketemu. Yah gue percaya sih kalau lu emang ngga punya temen" "Tapi temen social media gue banyak" "Temen social media? Menurut gue itu ngga real" "Kenapa? Toh mereka juga ada kan?" "Gini, ketika lu nulis status, mereka bakalan nanya, Kenapa? Menurut lu itu karena apa?" "Karena mereka peduli lah sama gue" "Ngga..ngga, mereka cuma pingin tahu, terus setelah tahu ya udah. Oh ternyata gitu doang" "Gue yakin lu juga banyak temen di social media" Kata Dira. "Banyak, tapi bukan berarti mereka temen gue semua. Dengan kita menulis status di sosmed kita membiarkan orang lain tahu semua tentang kita, sementara temen-temen real kita aja belum tentu tahu banyak tentang kita. Jadi gue bukan kategori sosmed holic" "Terus lu ngapain kalau lagi ngga ada temen real?" "Nulis, gue lebih suka nulis" "Nulis apa?" "Apa aja, nulis ngga harus ada niat mau nulis apa kan? tinggal nulis aja apa yang lu mau" "Gue baru inget, kalau lu jago nulis" "Inget kan gue juga mahasiswa sastra. Yah mungkin jurusan yang ngga banget dimata orang-orang jenius kaya lu" "Ngga kok, sastra juga menarik, gue juga suka sebenernya, cuma kadang kalah sama aktivitas aja. Okay, gue kasih kata senyum, coba lu buatin kata itu menjadi lebih indah" "Okay, senyum. Setelah senja, bulan, dan langit gelap, sesuatu yang ingin aku lihat pertama kali sebelum mentari adalah senyum mu" kata Rea, lalu tertawa. "Tawa" "Setelah tangis dan luka tawa akan menjadi alasan kenapa kita harus berhenti terluka" "Wow, semua itu dateng gitu aja?" "Gue pikir iya" Jawab Rea, lalu tertawa, Dira hanya menggelangkan kepalanya. "Besok pulang kuliah jam berapa? Gue mau ngajak lu ke pertunjukan teater" "Tunggu, teater Java?" "Iya, lu udah tahu?" "Gue udah beli tiket nya sama Keenan, dosen gue main disana" "Telat dong ngajak nya?" "Ya ngga juga, besok bareng-bareng aja langsung ketemu disana" "Keenan? Dia..?" "Oh Keenan, dia temen gue dari SD, satu kelas dari pertama kali masuk SD sampai kuliah, hebat kan?" Kata Rea, tertawa. "Gue kira kalian..." "Udah banyak juga yang ngira gitu, tapi yah kita memang sahabatan dari dulu. Sama-sama suka seni dan sastra jadi kayanya lebih nyambung aja dari dulu" "Jadi sama gue ngga nyambung ni ceritanya?" "Gue ngga bilang gitu, tapi yah ada bedanya aja sama Keenan" "Suka music?" "Banget. Greenday" "Suka sama musiknya atau vocalisnya?" "Billie Joe sih biasa, suara sama musiknya yang luar biasa. Lu suka?" "Suka, James Blunt" Jawab Dira, Rea mengerutkan keningnya. "Kenapa? Tua banget ya?" "Ngga kok, music itu tentang kebebasan dan kenikmatan, jadi kalau itu buat lu nyaman itu artinya rumah lu kan?" "Ngomongin music atau rumah sih?" "Ini bedanya, ngga bisa pakai kata kiasan" Kata Rea, sambil tertawa. 

aku kamu dan diaWhere stories live. Discover now