cygnasian - I

167 14 0
                                    

city of stars - la la land

-


Langit biru pualam. Suara mesin gemericing memekakkan telinga. Semak belukar dengan berbagai bintik-bintik putih nyala menghiasi persemakannya.
Seorang perempuan kecil tengah duduk, namun bukan didalam ruang dan waktu itu. Ada pembatas yang tak bisa ia lewati, wujudnya berwarna biru muda cenderung transparan, berair jika disentuh. Namun perempuan itu tak bisa menembusnya, ia tak bisa masuk ke dalam tempat yang indah nampaknya jika dilihat dibalik pembatas berair itu. Seorang lelaki paruh baya berdiri dibelakangnya. Memegang kedua pundaknya dengan tatapan iba. Namun sesaat setelahnya, lelaki tua itu mengacak-acak rambut coklat tua perempuan kecil itu sambil tersenyum lebar.

Lelaki itu kemudian melangkah masuk kedalam pembatas itu. Dibalik pembatas transparan itu, lelaki tua itu melambaikan kedua tangannya dengan tatapan penuh arti, sedih bercampur seri. Perempuan kecil itu semakin tak karuan memukul-mukul pembatas itu sambil menangis kencang. Gadis itu ingin bersama lelaki paruh baya itu, sosok pelindungnya, sosok yang berharga semasa hidupnyaー ayah. Tak ada yang bisa ia lakukan, pembatas itu tetap menjadi pembatas baginya. Lelaki paruh baya itu kemudian melalang pergi, meninggalkan gadis kecil itu terjebak di ruang hampa tanpa tepi.

Perempuan kecil itu menyerah. Kedua tangannya sudah biru lebam bahkan berdarah. Ia menangis dan meratap sambil kedua indera penglihatannya menatap tempat itu. Ia bukan ingin pergi ke tempat ituー ia hanya ingin bersama ayahnya. Telapak tangannya menempel di pembatas itu. Namun sosok lain datang dari dalam tempat itu, lelaki bertubuh tegap dengan setelan putih susu disekujur tubuhnya. Lelaki ini membuka telapak tangannya dan menyentuh telapak tangan gadis kecil itu. Mereka tidak sepenuhnya bersentuhanー telapak tangan mereka terhalang pembatas itu. Karena sampai kapanpun, pembatas itu akan selalu menjadi pembatas baginya.

Tiba-tiba sebilah pisau nampak di genggaman tangan mereka berdua. Lelaki itu menusuk pembatas itu dengan pisau di genggamannyaー entah untuk menyakiti gadis kecil itu atau membiarkan gadis kecil itu masuk ke dunia dimana lelaki itu berpijak. Setelah itu semuanya gelap.

"Jeannnnn!!!"

Hattylieth Cygnasia menggoyang-goyangkan tubuh adiknya yang gemetaran dan mengerang seperti orang sakit jiwa. Hatty panik setengah mati, karena sebelumnya adiknya pernah hampir mati akibat hal serupa yang terjadi sekarang ini. Sub concious mind, alam bawah sadarnya terkadang tak mampu membedakan mana mimpi dan mana kejadian nyata sehingga berpengaruh pada daya tahan tubuhnya yang semakin hari semakin melemah. Hatty menarik sebuah botol putih dengan label 'benzodiazepin' dan mengeluarkan satu tablet dari dalamnya. Hatty memasukkan secara paksa obat itu kedalam mulut adiknya. Jean yang tadinya gemetar mulai tenang setelah zat benzo mulai bekerja pada sistem organ tubuhnya. Jean menyeka keringat di pelipisnya, menyadari bahwa gambaran mengerikan yang ia lihat tadi bukanlah kenyataanー atau mungkin itu sebenarnya nyata, entahlah. Hatty membawakan secangkir air panas dengan sekuntum chamomile didalamnya.

"Apa yang kau lihat tadi?" Hatty duduk disebelah Jean.

"Dad dan lelaki itu, lagi." Jean menjawab sambil menatap langit biru lewat kaca besar yang memperlihatkan kesibukan Washington DC.

"Mereka lagi?" Hatty menekankan ucapannya. Jean hanya menganggukan kepalanya.

"Itu semua ilusi, kau tahu itu kan?" Hatty memegang kedua tangan adiknya. Jean melepaskan genggaman tangan Hatty, sudah beribu kali Hatty melontarkan ucapan ituー sama sekali tidak membantu sedikitpun. Bayangan itu masih menjadi ketakutan sekaligus kerinduan tersendiri bagi Jeanne Cygnasia. Ayahnya, Beldravo meninggal tahun lalu akibat kecelakaan kerja didalam roket Soyuz MS-116. Tubuh ayahnya hangus akibat kebakaran didalam roket itu. Ibunya lantas pergi begitu saja setelah penghormatan terakhir Beldravo di Arlington National Cemetery berakhir.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 09, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

District NineWhere stories live. Discover now