HOT AFFAIR : Damn Love

108K 1.7K 101
                                    

Aku terpaku. Untuk sesaat waktu seolah berhenti dan aku tersesat dalam mata biru milik pria di hadapanku ini. Apa yang harus kukatakan untuk menggambarkannya? Dia adalah jelmaan adonis sesungguhnya. Rambut hitam yang ditata berantakan, yang mengingatkanku dengan tatanan rambut sehabis bercinta. Alis dan bulumata hitam yang menaungi mata biru menyesatkan. Hidung, bibir, serta rahang yang terpahat sempurna, seolah Tuhan tersenyum lebar saat tangan ajaibnya menciptakan mahluk ini. Dan otot-otot yang bahkan seolah menembus setelan jas mahalnya, membuatku membayangkan bagaimana jika aku membuang semua kain sialan itu dan jari-jari mungilku menyusuri setiap lekukan otot keras itu. Oh... dia nampak selezat ambrosia yang bisa memberi keabadian!

"Ehm!" dehemannya memutuskan tatapan memujaku. Dan aku bertingkah gugup seperti remaja kemarin sore, menyambut uluran tangannya dengan gemetar. Dan ketika tangan kekarnya melingkupi tangan kecilku, gemetar itu pindah kelututku.

"Rosaline Cormewell." Kataku serak. Beruntung masih ada suara yang keluar dari tengorokanku yang tiba-tiba saja kering--Dan basah di tempat yang lain, oh sial!

Pria itu menarik satu sudut bibirnya, membentuk satu senyuman miring memabukan. "David Gandy. Senang bertemu wanita secantik dirimu, pantas saja keponakanku tergila-gila padamu."

Apa? Keponakan? Apa maksudnya? Otakku masih mencoba mencerna kata "keponakan" dan "tergila-gila" saat sebilah tangan memisahkan tautan tanganku dan David, serta sebilah tangan lainnya melingkar di pinggangku, memelukku dengan posesif.

"Jangan terlalu lama menjabat tangannya, Sayang, aku tak mau kau meleleh karena paman sialanku ini begitu pandai melelehkan wanita."

Peringatan yang terlambat itu menghempaskan aku ke bumi. Aku berdiri di sini, menemui satu-satunya anggota keluarga Jacob Gandy, pria baik hati yang telah enam bulan menjadi pacarku namun tak pernah menyentuh hatiku, untuk membahas pertunangan kami, dan aku justru membayangkan David Gandy--pria yang ternyata tidak tua dan buncit seperti yang selama ini aku bayangkan ketika Jacob menceritakannya-- bertelanjang dada di depanku, double shit!

"Kau bilang dia pekerja keras, Jacob, tapi aku tak melihat rambutnya memutih atau botak karena terlalu banyak memikirkan pekerjaan." Apa yang aku bicarakan? Bisakah seseorang memukul kepalaku untuk mengembalikan akal sehatku?

David tertawa kecil, suara tawanya begitu merdu sampai rasanya aku bisa tertidur lelap dengan serangkaian mimpi indah karenanya.

"Apa kau tak pernah bercerita bagaimana aku terlihat, Jacob?"

"Aku tak ingin dia terpikat padamu dan meninggalkanku, Paman."

"Jangan panggil aku paman, sialan!"

Kali ini Jacob yang tertawa setelah berhasil membuat David gusar karena selorohnya.

"Dan sekarangpun tak ada jaminan wanita ini tak terpikat padaku. Bukan begitu, cantik?" David mengalihkan pandangan padaku, dan aku merasa panas seperti dia telah menelanjangiku. Aku ingin menghilang saat ini juga.

"Hey, wanita ini milikku," Jocob mengencangkan pelukannya di pinggangku, membawaku semakin merapat padanya. "Jangan menggodanya seperti itu atau akan ada pertumpahan darah antara paman dan keponakan."

Kedua pria itu tertawa, apakah ada yang lucu? Aku benar-benar terjebak malam ini. Bagaimana bisa Jacob mempunyai paman yang mungkin umurnya hanya terpaut beberapa tahun dari dirinya? Dan sialnya, pamannya begitu... dengan kata apa aku menggambarkannya? Menawan? Sexy? Yang jelas lelaki itu mempunyai pabrik afrodisiak dalam tubuhnya yang bisa membuat libido wanita naik drastis!

"Kurasa kita harus segera duduk dan mulai membicarakan ini dan itu seraya menyantap makanan kita yang mulai mendingin." Jacob menuntunku untuk duduk di sisinya, sedang David duduk sendiri tepat di seberang kursiku.

HOT AFFAIR : Damn Love (Completed)Where stories live. Discover now