Berbaur

352 27 3
                                    

"Makanya berbaur biar dapat teman!"
"Jadi orang itu berbaur!"
"Kamu kurang berbaur sepertinya..."

Intinya aku dianggap kurang berbaur oleh sekelilingku. Orangtua, guru, sepupu, tante, om, teman sekolah dan masih banyak lagi yang menganggapku demikian.

Aku suka bersosialisasi. Tapi, apakah semua mau berteman denganku? Apakah semua menerimaku apa adanya? Atau malah ada apanya?

Ini bukanlah masalah kurangnya sosialisasi. Masalahnya, apakah ini lingkungan yang menerimaku atau tidak?

Sudah saya coba untuk beradaptasi. Tapi apakah aku harus menjadi orang lain demi pertemananku?

Saya anggap saya sudah cukup percaya diri. Apakah aku masih kurang percaya diri dan harus terus memercayakan diriku diluar batas manusia? Aku percaya Tuhan. Aku percaya adanya Tuhan. Percaya diri yang berlebihan menjauhkanku dari Tuhan.

Kata orang "Jangan baca buku saja! Berbaur dong. Jangan jadi kutu buku." Lalu aku harus jadi apa? Seorang sosialita yang memamerkan kekayaannya? Aku bukanlah orang kaya. Lalu aku harus menjadi selebritis? Aku lelah akan drama. Ketenaran yang berujung pada ketergantungan akan viralitas di sosial media bukanlah yang kuinginkan. Lagipula aku bukanlah orang yang biasa membaca buku tebal seperti kebanyakan orang rajin. Aku baca buku sebagai hobi ku yang lebih berfaedah.

Dengan buku sebagai jendela dunia, aku menjelajahi ilmu pengetahuan lebih dengan buku. Aku mendapat ilmu yang berguna baik dalam akademis maupun non-akademis.

Balik ke topik, apakah aku kurang berbaur? Itu kata orang. Bagiku aku sudah cukup membaur kok. Lalu, kenapa aku menulis ini? Emangnya ini penting?

Ya, cukup penting untuk diketahui bahwa apa yang kamu komentari belum tentu karakternya. Kamu melihat dari sebagian sisi. Jadi, berpikir  dulu sebelum mengkomentari. Atau lebih baik diam daripada tidak membantu sama sekali. Komentarmu belum tentu membangun dia menjadi orang yang lebih baik atau bahkan membuatnya down. STOP hate speech, spread more LOVE.

Mungkin dalam masalah berbaur, ini bukanlah komentar negatif, tapi apakah anda memberi solusi? Apakah anda membicarakannya dalam bahasa yang baik dan benar? Sopan dan santun?
Bagiku, teman sedikit namun setia dan berpengertian lebih baik daripada banyak teman palsu yang hanya berteman untuk kepentingan pribadi.

====================================================================
Sebagian dari curhat ku. Terima kasih sudah membaca. Berikan saranmu untuk memperbaiki karya tulisku dalam kolom komentar. Maaf bila ada salah kata

Am I a Ambivert?Where stories live. Discover now