Kenangan memainkan perannya sendiri. Ia menggambar dirinya sendiri pada dinding perasaan yang tak bisa benar-benar kita tebak di mana letaknya.
Satu saat kita merasa telah mampu menghapus gambar kenangan yang terlukis di dalam hati. Tapi pada masa berikutnya, kesendirian menariknya kembali dengan cara-cara yang tak pernah kita sangka. Meski hanya sekilas.
Kita tidak pernah tau kapan kenangan akan benar-benar lenyap. Atau sebenarnya memang tidak ada yang sepenuhnya tuntas dari apa yang berupaya kita tinggalkan. Barangkali serpihannya tetap tersimpan pada tempat-tempat tersembunyi yang tak bisa sembarangan di cari. Lalu pada waktu tertentu Tuhan mengadirkannya kembali untuk menunjukkan pembelajaran.
Kita selalu punya pilihan. Terus menurutinya atau menghentikannya--membiarkan kenangan itu berlalu, membiarkan kenangan itu kembali pada persembunyiannya.
Kenangan terkadang memang begitu polos, ia datang dan pergi tanpa perlu tau apa yang telah dibangkitkannya. Ia membiarkan kita memilih sendiri, menjadikannya beban atau terus belajar menjadikannya batu loncatan.
-jb
![](https://img.wattpad.com/cover/140232730-288-k940679.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vol.1.0 : Phalaenopsis [COMPLETED]
Poetry[Tentang dia yang pergi] Kepadamu, iya kamu, seorang berinisial 'A' yang pernah singgah, lalu kemudian enyah dan meninggalkan harap, seorang yang kisah kepergiannya ku tuliskan di sini, bacalah aku. Tersesatlah di dalamku. Semoga kau tahu bagaiman...