Pertarungan tanpa kemenangan

Start from the beginning
                                    

"Saya dan yang mulia ratu memang baru pertama kali bertemu secara langsung" ucap Ela seperti mengetahui kebingungan Ryris.

Ternyata aku benar

"Kenapa aku bisa digendonganmu? Dan kemana kita akan pergi?" tanya Ryris curiga.

"Maaf atas kelancangan saya yang mulia, tapi yang pasti kita akan pulang" jawab Ela

"Pulang?"

"Kenegri kita yang mulia, rumah kita yang sebenarnya"ucap Ela secara misterius.

○●○

Ruangan yang tadinya begitu nyaman ditempati, kini sudah tak berbentuk akibat amukan Xander yang membabi buta. Meja kursi dan lemari sudah penjadi puing-puing diatas lantai. Kaca besar yang tadinya menjulang sempurna kini telah hilang, tergantikan dengan tembok yang berlubang melebihi besar kacanya.

Xander duduk tepat disampaing tembok berlubang yang ia buat, menghadap keruangannya dengan mata terpejam. Dua taring kecil muncul diatara bibirnya dan kuku-kuku jarinya tampak runcing.

"Max"

Xander membuka matanya mendengar suara lirih ibunya. Tampak raut wajah Rika yang memandangnya dengan khawatir.

"Kau baik baik saja son?"

Xander menatap keluar. Memandangi hamparan pohon-pohon pinus yang terbentang luas sepanjang wilayah pack-nya. "Mungkin"

Rika melangkah pelan menghampiri Xander dan duduk tepat disampingnya. "Kita pasti menemukannya son" ucap Rika yang enggan digapai Xander.

"Dia, pasti ada diluar sana dan baik-baik saja-" "Bagaimana bisa dia baik-baik saja Mom?"

Rika terdiam mendengar balasan Xander yang memotong perkatannya. Terdengar getar suaranya bagai meneriakan bahwa ia merasa sangat takut dan frustasi.

"Aku merindukannya" lirih Xander begitu pilu. Dadanya terasa begitu sesak, pikirannya kacau dan jiwanya sudah begitu lelah. Rex bahkan sudah tidak bersuara lagi, bersembunyi ditempat yang paling dalam hingga begitu sulit untuk ditemukan.

○●○

"

Kita sudah sampai yang mulia"

Ryris menatap sekelilingnya, terasa sangat asing dibenaknya melihat semua sudut bebatuan yang menjulang tinggi dihadapannya.

"Rumah batu?" Tanyanya yang memanggil tawa tertahan dari Lia. Sedikit berdehem untuk menetralkan suaranya "bebatuan ini seperti gerbang penghalang yang mulia, anda akan melihat rumah kita dibalik sana, mengingat ras kita yang memang dihindari banyak orang" ucap Lia menjelaskan.

"Apa kau punya palu?" Tanya Ryris lagi

Lia mengerutkan alisnya bingung "untuk apa yang mulia?"

"Bukankah kita harus menembus batu itu? Kita perlu palu untuk membuat pintu"

Lia terbelalak mendengar ucapan ratu mudanya. "Tapi, kita punya sihir yang mulia" ucapnya pelan.

"Jadi kalian bisa mengangkat batu itu hanya dengan tangan kalian? atau pengendalian pikiran? Ataukah dengan menatapnya saja? Oh apakah dengan tongkat sihir?" Tanya Ryris dengan semangat.

"Yaa seperti itulah"

"Keren" kagumnya dengan mata yang berbinar. Lia hanya bisa terdiam kaget melihat tingkah ratu mudanya yang seperti itu. Dengan cepat ia tersadar dan langsung mengangkat tangannya kearah batu besar yang ada didepannya. Seketika batu itu bergeser menampakkan jalan layaknya goa.

Lia sedikit berdehem untuk yang kedua kalinya "silahkan yang mulia"

Ryris masuk kedalam goa itu dan seketika batu itu langsung kembali ketempatnya semula. Tak butuh waktu lama mereka menyusuri jalanan didalam goa batu itu, tampak sebuah desa kecil yang dikelilingi pepohonan rindang melingkari rumah-rumah bagaikan gerbang.

Saat tiba tepat diujung goa, dapat dilihat orang-orang berbaju panjang dark grey menutupi hingga ujung kaki mereka dengan topi runcing dikepala mereka berkumpul disekitar goa.

Ryris merasa gugup akan tatapan semua orang yang memerhatikannya, ia mengedarkan pandangnnya dan berhenti saat melihat satu orang yang mengenakan pakaian yang sama namun dengan warna yang berbeda, dapat ia lihat wajah yang sudah sedikit keriput itu menatapnya dengan senyuman dimulutnya. Perlahan wanita itu mendekat kearah Ryris, mata hijaunya yang persis seperti milik Ryris menatap dengan harus dan gembira.

Ryris diam membatu, lidahnya terasa kaku untuk digerakkan dan tubuhnya terasa amat dingin. Ia mengingat wajah itu, wajah yang sangat dikenalnya, setiap inci dan detail wanita itu ia sungguh-sungguh mengenalnya.

Bagaimana mungkin

"Halo putri kecil" sapa hangat wanita itu dengan senyuman cantiknya.

Bukankah waktu itu hanya mimpi?

"Kau tidak mengenaliku sweety?"

Bagaimana
Mungkin?

"Ibu?" Ia sungguh tidak percaya, wanita yang ada didepannya adalah wanita yang telah melahirkannya, juga yang telah meninggalkannya sejak lama.

Wanita itu tertawa pelan "ada apa dengan tatapanmu itu sweety?" Wanita itu, Caley, mengangkat tangannya, mengusap pelan pipi Ryris "ibu merindukanmu putriku"

Seketika airmata langsung membasahi pipi Ryris, ia memeluk Caley dengan sangat erat. "Hey hey, tidak apa sweety, ibu disini" Caley pengusap pundak putrinya pelan, kini air mata juga membasahi pipinya.

Seluruh penduduk dan juga Lia bersorak akan kepulangan Ratu muda mereka, walaupun banyak diantara mereka yang menangis haru, tetap saja mereka merasa bahagia karna kini Ratu mereka telah datang.

Ryris dan Caley melepas pelukan mereka, senyuman bahagia begitu jelas terlukis di wajah mereka berdua.

"Ibu, bagaimana bisa?"

"Ibu akan menjelaskanny nanti sweety, dan juga, selamat datang dirumah, di negri hitam" ucap Caley yang disambut tepuk tangan dan sorak bahagia dari semua orang.

Sebenarnya apa yang terjadi?

○●○

Wah gilak sii lama banget ya updatenya.
Maaf semua, ga sempat soalnya. Sibuk kelas 3.

Pokoknya maaf yaa

Saya bener bener lupa sama nama tokoh tokoh yang uda saya buat, selain tokoh utamanya ya karna datanya itu hilang, jadi maaf kalau ada yang salah namanya, nanti saya bakalan periksa dan beneran kalo ada yang salah

Oke moga masi dukung cerita ini

Dang dang

She is Soulmate the AlphaWhere stories live. Discover now