Surup

6 0 0
                                    

Perbukitan dengan dahan-dahan menjulur tampak asri dan sejuk, dengan unsur dingin yang dibawa angin utara menunjukkan bahwa saat ini musim penghujan, nuansa lembab dan dingin sudah menjadi kodrat alam.

Tampak dari kejauan sekumpulan pendaki menuruni perbukitan

"sudah sampai mana kita mar?" ucap dian

Sosok yang disebut ialah amar, ketua tim pendakian yang berada diposisi paling depan. Sekejap itu juga mulai membuka kompas kembali, dengan kondisi sore hari dimana matahari mulai memancarkan cahaya setengah meredup menunjukkan bila sebentar lagi akan berganti gelap

"iya mar, kenapa sih kamu dari tadi diam mulu? Menurutku se harus e kita uda sampai di pos pipa air" imbuh sari sambil memandang sosok amar

Sosok amar pun tersenyum dan memandang dua pendaki lain

"bentar lagi surup, ayo lanjutkan lurus kedepan"

"iya juga bentar lagi surup, ayo cepet, biar gak kemalaman dan bisa minum air dipos pipa" imbuh anjar

"wah bentar lagi mandi enak nih, hahahaha" ucap sandi

"wuh enak aja mandi, entar lu yang dimandiin lintah"ejek sari

Perjalanan pun dilanjutkan, disaksikan oleh rerimbunan pohon-pohon dan suara jangkrik pun mulai terdengar, dan matahari pun masih enggan tenggelam walau sebagian sudah tak tampak, sinarnya masi menyebar dimayapada. Tampak pula wajah-wajah lelah sudah pada puncaknya

"amar, elu nipu kita ya? Tau gak lu gua tu capek elu tipu" bentak dian dan semula perjalanan berlanjut kemudian mendadak memandang sang ketua di belakang

"eh mar elu naksir dian ya? Napa gak bilang dari kemaren" sahut sari dari depan

"sar, elu kalau ngomong mikir dulu dah, jangan asal, ngerti gak lu dari tadi kita muter-muter aja, dan si amar nih yang pegang kompas nipu kita, gua bilangin ke elo semua ya, nih liat tandanya gua udah bikin tanda didahan ini dan udah tiga kali kita lewat jalan ini"

Sari pun langsung melihat dahan, dan benar ada tiga tanda potongan daun dan ketiganya ditangan ditelapak tangan dian semua. Tak ayal sari pun langsung mengambil kompas dan peta dari amar

"anjing emang lo mar, gak ngerti kalau kita udah capek"

Sosok amar hanya diam diikuti oleh sandi dan anjar. Saat dian mencoba menentukan posisi dengan kompas tiba-tiba saja wajahnya memucat dan mulai memandangi langit. Seakan dirinya benar-benar berada dihutan belantara tanpa arah dan tujuan, kembali sari memandangi amar, sandi dan anjar

"napa lo gak bilang mar?"ucap sari getir

"gua udah kode tadi, waktu si anjar bales gua pikir semua uda ngerti" balas amar

"yan, sebaiknya kita lanjutkan perjalanan, biar cepet sampai"

"eh elu yakin sar, ya udah elu aja yang jadi pemandu didepan biar cepet sampai. Gua dibelakang lu dah" balas dia

Dan susunan perjalanan pun berubah, sari didepan diikuti dian, anjar, sandi dan amar. Perlalunya waktu seakan menunjukkan kelebatan dari pergunungan, derit suara hewan pun seakan senyap dan hilang, hanya hembusan angin dan warna langit orange menemani

"ANJING SEMUA EMANG" bentaknya

"sari napa sih elu dari tadi diem, gak bilang apapun dan liat noh kita kembali kesini lagi, liat kan elu dahan tadi yg gue sobek dikit daunnya, kita itu udah 4x diposisi yang sama. Sebener e kita dimana si ini" imbuh dian

"biar gue aja yang cerita sar, kita istirahat dulu disini sebentar" ujar anjar

Semua pendaki pun diam tanpa suara sambil mendekati dia

"baik sebelum gue cerita, mending kita buka semua bekal dan periksa barang-barang kita, apa yang kita bawa harus sama waktu kita berangkat, amar dan sandi coba periksa tanya sari dan dian, dan sebaliknya"

Semua barang pun digelar, anjar selaku pemerhati mulai melihat dan meneliti setiap bawaan keempat rekannya. Amar pun langsung berdiri dan mendekati dian

"kamu bawa lonceng sebelum berangkat?" ucap amar serius

"gak tuh, emang napa?" balas dian

"ak nemuin ini diranselmu" sambil menunjukkan lonceng kecil ke dian dan semuanya pun terdiam

"ow itu, pas kita lagi menterjemahkan prasasti di pura, ak lihat lonceng itu tak pikir itu punya kalian ya udah tak bawa aja"

"elo ngerti gak kalau itu yang kita bikin sengasara dari tadi" ucap sandi agak emosi

"gua kan niatnya baik, napa pula elu marah, kan gua nyelametin barang elu sumua, dan gua juga gak ngerti kalau itu bukan punya elu semua"

"udah mending kita tetap tenang" ucap sari sambil memberesi barang

"udah jar, kita udah bongkar tas trus elu mau jelasin apa? Gua capek lo dari tadi"

"nih kompas, elu bisa lihat utara ada dimana?"

"gila bagaimana bisa begini, kita dimana jar?" sahut dian cepat sambil memandang langit

"iya benar utara tepat berada diposisi matahari tenggelam, kita hanya berada dibagian lain dan itu sudah disadari amar dari tadi,,"

"surup,,"balas dian cepat

"bener banget yan, surup itu kondisi dimana matahari akan lenyap dan berganti malam, atau bisa dibilang itu posisi dimana pergantian alam dari terang menuju gelap" balas sari

Dian pun mengangkat lonceng kecil dan menggoyangkannya hingga menimbulkan bunyi dan sontak saja ketika suara lonceng muncul matahari semakin tenggelam dan hanya menyisakan sedikit sekali bentuk aslinya, seakan ujung langit terlihat apik kecil, sehinggal mayapada pun semakin remang tapi tak masuk kedalam malam, nuansa niskala pun timbul. Senyap, dingin dan wingit menajalar, pepohonan pun seakan mengamini kondisi tersebut dengan meneduh dan sayu

"dian, simpan baik-baik jangan sampai berbunyi lagi, perasaanku gak enak dan baiknya kita lanjutin perjalanan"

Semua pun bersiap dan akan mulai berjalan, belum genap mereka akan melangkah suara lonceng kecil pun terdengan kembali tapi dari kejauhan, semua pun saling menapat dan memandang sumber suara

Pohon gaharu memang sangat langka dah hanya beberapa tempat saja bisa tumbuh, dan saat ini rombongan pendaki sedang menatapi pohon besar itu sambil terkesima dengan tanpa sadar sesosok mahluk bergerak dari atas batang pohon merayap kebawah, dengan empat kaki bersisik, gigi rancing, bola mata besar dan seakan – akan keluar, lidah menjulur panjang, menapaki setiap jengkal dari pohon gaharu hingga menyentuh tanah

"duh gusti allah,,,"ucap amar

"jagat pramudita,,," sari pun tak mau kalah

"apa itu yang namanya leak,,," sahut dian cepat mencengangkan semua

Durian SegaraWhere stories live. Discover now