Pertemuan

44 8 1
                                    



Tet...Tet... Tett...

"Baik, waktu sudah habis. Silahkan menginggalkan ruangan, jangan lupa soal dibawa maju kedepan!" Suara seorang wanita yang menjadi pengawas dalam Penilaian Akhir Semester I, membuat semua murid diruangan itu menghembuskan nafas kasar.

***

Dengan sebuah tas convese ditangan, terlihat seorang perempuan dengan wajah yang kusut dan berminyak, keluar dari sebuah ruangan dengan gantungan diatas pintu kelas X MIPA 3.

Terlihat dia sedang sibuk memasukkan alat tulis kedalam tas.

"Qilla!"

Perempuan itu menoleh ke asal suara. Dia tampakkan wajah kusut dan berminyak itu tanpa ekspresi.

Namun, dia melangkah dimana ada segerombol perempuan sedang duduk melipat kaki dan berbentuk melingkar. Dia mengambil salah satu celah dari apitan perempuan-perempuan itu dan duduk diantaranya.

"Gimana La? Gampang?" tanya salah satu diantara mereka.

Perempuan itu menggeleng dan membetulkan letak tasnya dipunggung. "Soalnya sih sebenernya gampang, tapi jawabannya yang susah."

Dia Aqilla, Aqilla Assyifa Mahveen.

"Susah? Kalo Jawabannya seneng gimana, La? Jungkir balik?" balas salah satu dari mereka.

Tiba-tiba seorang perempuan bertubuh gempal mendatangi mereka. "Woi! Ayo sholat!" ucapnya.

Sontak pandangan mereka beralih pada perempuan tersebut. "Ayok! Untung masih ada setan berhati malaikat yang mau ngajak sholat." Ceplos perempuan bermata sipit.

"Mana ada setan berhati malaikat? Setan ya setan! Malaikat ya malaikat!"

"Qilla, nggak sholat?" Tanya wanita bertubuh gempal tersebut.

"Enggak, hihi, masih baru aja tadi pagi, Yuk."

"Oh, yaudah. Duluan ya, setan setan!"

Akhirnya mereka meninggalkan tempat itu dan masih beberapa yang tetap tinggal.

"Syif!"

"Syifa!"

"Assyifa!"

Merasa tak ada respon dari si pemilik nama yang sedak asyik memandang handphone, Dea, perempuan yang berada bersama perempuan-perempuan duduk melingkar itu menyenggol Aqilla.

"Aqilla, dipanggil kakak lo."

"Ha?" itu repon dari seorang Aqilla Assyifa Mahveen.

Orang yang sedari tadi memanggil nama Assyifa secara terus menerus melipat tangannya didepan dada. "Jadi bareng siapa, Assyifa yang cantek?" tanyanya dengan nada acuh pada akhir kalimat.

"Mmm, bareng kak Itta aja, kak Aji" Jawab Syifa.

Orang yang disebut kak Aji mengangguk dan berlalu.

Kak Aji, yang sebenarnya dia adalah kakak kelas yang juga menjadi kakak sepupu dari Assyifa. Aqilla Assyifa Mahveen. Dalam keluarga dan orang terdekat dia sering dipanggil Assyifa, hanya teman, guru, dan orang-orang terluar yang memanggilnya Aqilla.

***

Sembari menunggu orang-orang selesai melaksanakan sholat dzuhur berjama'ah di masjid sekolah, Syifa dan kawan-kawan menunggu didepan ruang ujian yang mereka tempati.

Tak lama, segerombol kakak kelas datang dan duduk-duduk didepan sanggar tari, yang bersebelahan dengan ruang kelas X MIPA 3.

Dea, teman Assyifa yang memang suka-sukaan dengan kakak kelas, melihatnya langsung bergosip dengan teman yang lain, sedangkan Assyifa hanya mendengarkan sesekali mengecek ponselnya.

Lama-lama Assyifa acuh tak acuh pada obrolan teman-temannya memilih memainkan ponselnya.

Duar!

Assyifa dan teman-temannya menatap ke sumber suara, ternyata salah satu dari segerombolan kakak kelas itu merusakkan MMT yang bertuliskan kata mutiara di atas jendela X MIPA 4.

Assyifa mengacuhkannya.

Lama-lama Assyifa merasa bosan dan kembali ikut serta bergosip dengan teman-temannya itu.

Duang!

Tak lama suara gaduh terjadi lagi.

Suara dari tutup tong sampah yang beradu dengan tongnya sangat pekat dipendengaran mereka.

Lagi-lagi, seorang laki-laki yang tadi membuat kegaduhan dengan merusak MMT sekarang mencoba memasang tutup tongnya kembali dengan cara melemparkannya. Teman-teman kakak kelas itu tertawa melihat kegagalan temannya itu.

"Itu, kak Haical namanya, dia itu nakal, tapi lumayan pinter." Kata Dea memberi informasi.

"Ganteng. Tapi nakal," respon Vidia menatap kak Haical dengan senyuman.

"Ho oh, bener, De. Kata pacar kakakku yang sekelas sama kak Haical, dia itu nakal banget." Timpal Puput.

"Dek! Dek!" suara berat memanggil salah satu yang ada dilingkaran Assyifa dan teman-teman.

Mereka semua menatap si pemilik suara tak termasuk Aqilla. Aqilla Assyifa Mahveer.

"Dek! Yang pake tas converse!"

Deg!

'Aku yang diamaksud? Atau siapa? Yang make tas converse disini cuman aku!' batin Assyifa.

"Qilla! Dipanggil kak Haical itu," ucap Dea dengan nada sindiran.

Assyifa memuar badannya 180°.

"Saya?" tanyya Assyifa sopan.

Kak Haical mengangguk, "Ho oh. Beli tas converse dimana?" tanyanya.

'What?' satu kata yang terlontar dari batin Assyifa.

Semua mata yang ada disitu termasuk teman-teman kak Haical menatap Assyifa.

"Enggak tahu, ini tas kado dari tante yang di jakarta." Jawab Assyifa santai. Padahal jantungnya sudah berdetak berkali-kali lipat.

Setelah menjawab itu Assyifa kembali ke arah semula, dan mengacuhkan tatapan-tatapan yang secara terang-terangan mengarah kepadanya.

"Kenapa La? Salting?" sindir Dea pelan, hampir berbisik.

Dengan gerakan cepat kelapa Syiffa menghadap si pemilik suara. "Gue? Salting sama orang kek gitu? Nggak salah?" Dengan suara tertahan.

"Cie Syifa," ucap Dea lirih hingga hanya Assyifa saja yang mampu mendengar. Sedangkan Syiffa hanya mendengus sebal.

'Nggak guna banget salting sama kayak gituan!' batin Syiffa.

*****

Jangan lupa Vote dan Saran untuk membantu melanjutkan di chapter berikutnya sebagai pemberi semangat.^

Thank you~

The Journey Of LoveWhere stories live. Discover now