Chapter 5

343 21 9
                                    

hey hoo...

ini sedikit panjang. dan chapter ini langsung 2 author yang tulis.

Cekidot~

******

"Ada urusan apa lo sama dia?"

"Kenapa emangnya ? Bukan urusan lo kayaknya" wow. Sepertinya memang ada yang iya-iya diantara mereka.

"Jelas urusan gue. Dia cewek gue!" ka jack udah gila. Apa maksudnya ? Dan kenapa gue harus takut ngeliat dia marah gini sama harry ?

"Apasih ka. Ini urusan gue sama ha--"

"DIEM !" dasar kembar idiot. Hobinya motong ucapan orang. Pake bentak-bentak segala lagi. Emang difikir aku budeg apa harus teriak-teriak begitu.

Diem. Aku diem.iyalah Takut choy..

"Jack. Lo apasih!" ujar ka Finn dengan nada dingin sedingin air es di kutub utara. "Balik sana ke kelas lo" tambah ka Finn. Sikap dinginnya kalo kambuh bisa bikin semua orang beku. Liat aja ka Jack langsung ngacak rambutnya frustasi gitu.

Ka Jack emang lebih dulu lahir dari ka Finn, tapi sikap dewasa kayaknya lebih ke  kak Finn. Yang kutangkap selama ini, kakak kembar ku itu sangat akur. Dan ka Jack nurut banget sama ka Finn.

"Kita. Belom. Selesai. gue tunggu lo pulang sekolah" tukas ka Jack dengan penekanan dan kenaikan oktaf di tiap kata nya. Apa-apaan sih ini mereka.

Ka Jack melirik ku sebentar yang masih cemberut karna bentakannya tadi, matanya berubah sendu. Ka Jack-Finn nggak pernah bentak aku sama sekali. Jelas aku kaget banget pas dia bentak aku cuma gara-gara aku belain Harry.

-Nggak belain juga sih sebenernya-

Setelah ka Jack pergi, hanya ada keheningan diantara kami ber3. Akhirnya kuputuskan tuk membuka suara "dimana tas gue ?" seruku langsung tanpa ba-bi-bu.

"Ada, tapi ada syaratnya..." lagi. Harry menaikan sebelah alisnya. Kini dengan tampang menggoda yang.. Uhm, sedikit tampan.

"Apa ?"

"Dek." ka Finn memperingat kan ku lewat matanya. Seperti mengisyaratkan aku 'harus hati-hati' , atau 'jangan mau' , atau 'yang benar saja' atau arghh aku tak tau.

"Syaratnya..........."

-----

"Astaga Elle. Lo darimana aja ?" ucap logan seketika saat aku masuk kedalam kelas dan duduk dengan gaya orang mabuk disampingnya.

"Gue telat, jadi gamasuk jam pertama. Eehh kok baju lo kotor, basah, dan hm sedikit bau" bukan bermaksud lancang, tapi sungguh. Penampilan Logan jauh dari kata baik-baik saja.

"Eh.. Ini gapapa, ehh cuma tadi, itu kena ciprat pas berangkat sekolah. Iyaa, pas lagi nunggu angkutan umum" aku ragu dengan jawabannya. Menurut ilmu psikolog ketika lawan bicara mu menggaruk tengkuk, mengusap belakang telinga, atau tidak fokus (matanya) saat di tanya sesuatu. Kemungkinan dia berbohong.

Apa mungkin Logan berbohong. Tapi kenapa ? Ah. Kenapa aku suka sekali bertanya pada diri sendiri.. Apa aku sudah gila ?

Oh tidak. Bahkan Barusan aku bertanya lagi.

"Lo serius ? Gak bohong?" aku mencoba mengintimidasinya. Siapa tau aku berbakat jadi psikolog. Siapa tau.

"Ehh, iya gue gak papa" loh.. Siapa yang nanya dia kenapa-napa atau enggak. Mencurigakan.

"Ell, gue ke toilet ya" 100% dijamin. Dia berbohong. Aku kasihan liat Logan, yang sepertinya tidak punya banyak teman. Aku khawatir kalau dia di bully. Tapi, memangnya masih ada bully membully ? Bukan kah itu cuma disinetron aja ?

The Lost MemoriesWhere stories live. Discover now