Part 20 - Memilih

Mulai dari awal
                                    

"ya kok gak mau, masa nanti pas dedeknya lahir kita masih manggil kamu2an sih atau dav atau renata aja"

"ya gak lah, tapi ya aneh aja manggil kakak davin, geli rasanya"

"lalu manggil apa"

"ayah bunda aja deh, biar romance gitu"

"ya sudah terserah bunda aja deh, ayah ngikut aja"

"oh ya bun, nanti di hotel jangan pake heel, ntar duduk aja terima salam orang2 ya, ayah gak mau bunda capek" katanya menultimatumku supaya tidak kelelahan.

"ya ayah, mana ada resepsi kawinan pake flat, dan mana ada juga yang salaman duduk kan gak enak ama tamu yah" kataku membantah.

"kamu ikuti atau aku batalin acara itu?, aku gak mau dedek dan kamu kenapa2"

astaga ancamannya, ya gak mungkin di batalin acara itu, undangan udah disebar, apa kata orang jika batal.

"iya iya, bawel amat" kataku ngedumel dengan pelan.

"ngedumel ama suami dosa lo bun"

"eh dengar ya yah, hehehehhe maaf deh" kataku dengan malu

siangnya aku dan davin berangkat menuju hotel untuk mengadakan resepsi pernikahan kami. aku mengenakan gaun putih yang dipilih davin, sedangkan davin menggunakan tuxedo hitam yang sangat pas dibadannya.

selama diperjalanan aku mengelus punggung tangan davin saking gugupnya.

"hahahahah gugup ya bun?, tenang aja ayah selalu disamping bun kok" katanya menenangkanku.

"ayah taukan, ini yang bun tunggu selama ini, bisa menikah dengan pria yang bunda cintai dan bisa memiliki keluarga yang harmonis dan sehat"

"apalagi sekarang sudah ada dedek yang sekarang ada dirahim bun, jadi bun sangat bahagiaaaaa banget" lalu aku menciun pipi davin untuk mengucapkan terima kasih atas kebahagiaan dan cinta dari dirinya.

sesampainya di hotel kami disambut ribuan tamu yang memadati hall hotel itu, aku tersenyum bahagia dan memegang erat tangan suamiku.

baru 1 jam berdiri di pelaminan, aku merasakan kaki dan perutku mulai bertingkah, kakiku pegal dan perutku kram.

"jangan sekarang sakitnya, tamunya masih banyak, aku harus kuat davin gak boleh nyuruh aku istirahat dulu" kataku dalam hati.

aku pun melanjutkan menerima ucapan selamat dari tamu2 yang merupakan kolega perusahaan sagara dan perusahaan pribadi davin.

setengah jam kemudian aku merasakan keringat dingin disekujur tubuhku. davin melihatku dan menyuruh untuk duduk dulu.

"bun, keringatnya banyak banget, sudah duduk dulu dan istirahat, kasian dedek mungkin capek" katanya dengan cemas.

"gpp yah, bunda masih kuat"

"gak ada ngebantah renata!!!" katanya dengan tegas dengan mata menyala.

"jangan natap bun kayak gitu yah, takut..."

"makanya dengerin suami kalo ngomong"

"punya suami ya kok kadang kejam, kadang imut, kadang nyebelin, suka merintah pula" kataku dalam hati sambil menghela nafas.

dengan terpaksa akupun meminta izin mommy dan papi untuk ke kamar untuk istirahat.

davin melihatku agak susah berjalan dan dengan sigap dia menggendongku menuju kamar

"ayah, apaan sih malu dilihat orang, banyak orang yah yang liatin kita, lepasin bun bisa jalan sendiri kok" kataku sambil berusaha melepaskan gendongannya.

3. Davin Story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang