2. FABY(AN)

11.9K 459 28
                                    


"Jadi, lo nidurin Faby lagi?"

Hito menatap horror pada Febrian. Lelaki yang dipanggil Bian itu mengangkat bahu cuek. "Jelas lah."

"Sialan! Lo memang nggak punya perasaan, Bian."

Namun Bian tidak peduli, dia menyeringai lebar. "Dia cewek paling munafik yang pernah gue temuin. Sok nolak, nangis, tapi ujung-ujungnya mau aja gue tidurin berkali-kali." Jawabnya sombong.

"Lo nggak peka, sialan. Faby cinta sama elo, makanya dia mau ditidurin sama elo, mau disakitin sama elo." Hito semakin berapi-api.

Keduanya memang bersahabat, tetapi sifat keduanya tidak pernah singkron.

Fabian dengan sifat playboy-nya dan Hito dengan sifat malaikatnya. Tetapi mereka tetap bisa bertahan hingga sekarang, persahabatan itu telah terjadi bertahun-tahun yang lalu.

"Cinta gimana? Nggak mungkin lah! Dia cuek aja kalau gue jalan sama cewek lain." Fabian mendengkus.

"Dan dia mau nerima lo setelah itu. Lo balik ke dia, marah-marah ke dia, lampiasin kekesalan lo sama dia dan terakhir lo juga nidurin dia." Fabian diam di tempatnya. "Lo seneng-seneng sama cewek lain, tapi di saat susah lo balik ke dia. Otak lo ditaro kemana sih?" Sindirnya lagi menambahkan.

"Sialan! Kenapa lo malah belain dia, hah? Lo cinta sama dia?" Fabian ikut emosi. Tidak suka pada Hito yang membela cewek itu.

"Iya. Gue cinta sama dia. Dari dulu, sebelum lo kenal dia." Fabian melebarkan mata. "Dia alasan gue nggak betah sama cewek lain, sehingga gue nggak mau pacaran."

"Lo? Cinta sama Faby?" Fabian masih tidak percaya. Rasanya begitu tiba-tiba jika Hito mengatakannya. Tetapi melihat Hito selama ini, membuat Fabian meragu.

"Gue nggak akan biarin Faby kesakitan lagi gara-gara elo. Gue akan berjuang kali ini buat dapatin dia." Kata Hito serius. "Walaupun gue tau, dia nggak bakalan nerima gue, tapi gue tetap akan bikin dia menjauh dari lo!" Hito meninggalkan Fabian yang masih mencerna perkataan sahabatnya.

"Sial!" Fabian mengumpat.

***

Fabian memasuki apartemennya. Dia menutup pintu pelan dan melangkah ke dapur. Di sana dia melihat seorang gadis yang selama ini menemaninya, sedang berkutat dengan kompor dan peralatan masak lainnya.

Lelaki itu terus menatapnya. Memperhatikan tubuhnya dari atas hingga bawah, tak sepatah kata pun yang terucap dari bibirnya. Hingga gadis itu berbalik dan tersenyum manis padanya.

"Kamu sudah pulang?" Gadis itu tersenyum lembut. Meletakkan peralatan masaknya serta mematikan kompir lalu menghampiri Fabian. Dia memeluk lelaki itu erat, "Dari mana? Aku kira kamu nggak pulang."

"Dari kafe, ketemu sama Hito." Fabian sengaja menyebut sahabatnya untuk melihat reaksi Faby. Namun dia harus menelan kecewa, Faby sungguh tak tergoda, dia hanya tersenyum seperti biasa.

"Oh, Hito, sahabat kamu." Kekehnya. "Aku kira kamu ada kencan atau semacamnya." Seolah tidak ada masalah saat gadis itu mengatakannya. "Gimana kabar dia? Udah lumayan lama nggak main ke sini. Biasanya kan dia selalu ada bareng kamu." Lanjutnya.

"Hem."

Faby mengerutkan dahi. Biasanya Fabian tidak pernah selusuh ini. Lelaki itu biasanya marah atau senang. Langsung mengamuk, memecahkan barang-barang dan memakinya. Tetapi dia juga menggoda Faby jika senang, menggendongnya berputar-putar hingga gadis itu merasa mual karena ulahnya.

"Kamu lagi nggak enak badan ya?" Faby mengecek suhu tubuh Fabian. "Aku bikinin kamu makanan ya, habis itu istirahat biar nggak sakit."

"Faby..." Fabian memanggil namanya, sehingga Faby menghentikan pergerakannya. "Kamu pernah nggak jatuh cinta?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang