La Mariée (epilogue)

1.4K 202 54
                                    

Tak terhitung, karena waktu bukan lagi bagian dari hidupnya. Seperti membeku di dalam ruang hampa udara, semuanya sama seperti sedia kala seperti tidak ada yang berubah.

Memahami jika kegelapan bukanlah hal yang benar-benar buruk jika akhirnya membuat rasa nyaman yang hingga tidak ingin ditinggalkan. Bagaimana kegelapan melayani dengan baik, tak lagi membuatnya takut.

Suasana sepi bukanlah masalah, kabut tipis yang menyelemuti setiap mata memandang tak lagi mengerikan. Dan karena sang waktu tidak lagi berteman dengan dirinya, maka dia tidak tahu sudah berapa lama dia berada di sana.

Tidak ada perubahan. Karena siang dan malam juga tak menguasai. Seperti tak ada kehidupan, tapi dia hidup, meski tak bernafas.

Kelopak matanya mengerjap, meski refleksi di pupil mata hitamnya yang indah hanya membias kabut tipis yang menyelimuti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kelopak matanya mengerjap, meski refleksi di pupil mata hitamnya yang indah hanya membias kabut tipis yang menyelimuti. Udara tidak dingin, tidak juga hangat, dan Tao tidak pernah memikirkan harus melakukan sesuatu untuk mengisi kegiatan.

Karena tidak ada yang bisa dilakukannya di dalam Dunia yang sepenuhnya milik Kris.

Begitu pula dirinya.

"Sudah bangun?" suara sedikit serak yang dalam menyapa lembut kedua telinganya.

Tao berdiri di dekat jendela yang terbuka, menoleh saat sosok tinggi tampan berambut keemasan berjalan mendekat tanpa suara. Mempertemukan gelap yang hangat dan merah yang membara.

Tangan besar yang pucat menyentuh helai hitam Tao yang jatuh hingga ke dahi, menyibaknya ke belakang dan mendaratkan sebuah ciuman di dahi. Tao menutup matanya, satu tangannya terbiasa berpegangan pada Kris, meremas kecil pakaian laki-laki itu saat kecupan masih berlangsung.

Wajah tampannya masih sama, seperti saat pertama kali Tao melihatnya dulu. Masih terlihat kejam, misterius, dingin dan juga mempesona. Karena dia iblis.

Bibir mungilnya tersenyum, warna kemerahan yang segar, kemudian melingkarkan kedua tangannya di pinggang Kris, saat laki-laki itu merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan erat yang mutlak.

"Ada apa? Tao yang tersenyum sangatlah jarang terjadi sejak ada di sini" berusaha melihat wajah si manis, satu tangan Kris mengusap pelan kepala Tao. Kemudian memberi kecupan-kecupan kecil bertubi-tubi di sana, selagi tangannya yang lain melingkar sempurna di pinggang kecil si manis.

"Aku hanya berpikir, jika saja kau muncul di hadapan ku tanpa membuatku takut dulu, aku tidak akan membuatnya jadi lama. Aku akan ikut denganmu lebih cepat" senyumnya berubah jadi seringai geli saat mengingatnya.

"Aku sangat menyukai wajah menangismu"

"Kau memang iblis"

Kris memang sangat jarang tersenyum, tapi sikapnya yang sangat memuliakan Tao berhasil melumerkan sifat pemuda manis itu. Keinginan Tao adalah segalanya, karena itulah dia mengubah Dunia tempat tinggalnya sesuai dengan yang diinginkan pengantinnya. Tentu Kris tak mau membuat pengantin cantiknya terus ketakutan.

BRIDE (End)Where stories live. Discover now