Hujan dan Dia

13 1 0
                                    

10 januari,18

Lagi, kali ini aku termenung sendiri di antara lalu lalang pengunjung perpus. Jemariku tak hentinya mengutak-atik mesin tik modern ini, yang mereka bilang laptop. Awalnya ingin melanjutkan menulis proposal penelitian, namun sepertinya gagal lantaran terpaku pada milyaran titik air yang jatuh dari balik kaca jendela di depanku. Baru sadar jika mereka sudah jatuh dari tadi, semenjak kapan aku kurang tahu, mungkin ketika khusyuk mencari jurnal yang bagus untuk penelitianku nantinya.

Mataku beberapa kali menengok kaca jendela di sela-sela pencarian jurnal. Sesekali menengok ke depan, sesekali menengok ke laptop. Hingga akhirnya aku tak tahan tak melihat hujan di balik kaca jendela di depanku. Kali ini hujan cukup deras, sepertinya awan sudah tak kuat lagi menahan banyaknya air yang ada.

Tiap kali melihat setiap titiknya, seperti membuka satu persatu ingatan yang tlah lalu. Terdengar berlebihan, namun memang ini perumpamaan dari perasaan yang kualami. Hingga akhirnya membuka satu di antara banyaknya kisah lama. Entah kali berapa hal lini terjadi, hujan mengingatkanku tentang dia. Klise sekali.

Dengan gaya khasnya seperti biasa tenang dan dengan santai mengantongi kedua tangan di saku celana seragamnya. Yang sesekali entah tangan kiri atau tangan kanan akan ia keluarkan untuk sekedar membenarkan poninya yang sudah memanjang yang kerap kali tertutupi topi, atau sekedar berayun di sebelah tubuhnya yang berjalan. Hal ini tak pernah kulewatkan tiap kali bel istirahat berbunyi seolah menandakan kedatangannya. Mengamatinya dari pintu kelas yang terbuka.

Waktu itu, aku bisa mendengar suara bedentum dari genderang yang dipukul. Tak sampai beberapa kali, namun dengan pukulan yang seirama marching band yang pernah terdengar. Sekiranya itulah suara jantungku tiap kali melewati kegiatan itu. Kegiatan yang hampir kulakukan setiap harinya di sekolah. Kembali mengingatnya membuat bibirku berkedut menahan senyum kecil yang muncul.

Oh, hujan membuat udara menjadi lembab, membuatku berulang kali mengusap lenganku yang hanya tertutupi katun tipis. Udara menjadi dingin tapi tidak membuatku menggigil atau sampai membuat bulu-bulu halus berdiri. Cukup dengan beberapa usapan kasar, lenganku akan merasakan hangatnya dan menghantarkan kenyamanan pada tubuhku. Aku menghirup napas dalam-dalam mencoba menikmati petrichor yang menguar tiap kali datang hujan. Seketika bau yang menguar mengingatkanku akan kejadian itu.

Sudah berapa tahun berlalu dari hanya melihatnya dari pintu kelas, sampai sekarang aku bisa melihatnya dari depan kelas. Di kelasnya, yang tak pernah terduga olehku, aku melihatnya. Terlihat masih sama, sama saja tidak ada yang berubah. Sekilas kulihat, tubuhnya lebih tinggi dari biasanya, rambutnya yang panjang agak berbeda, sepertinya baru digunting, matanya tetap sipit ketika aku tertangkap basah melihatnya. Memalukan. Kulitnya yang coklat agak sedikit gelap, tapi aku suka membuat dia terlihat manly?. Dari ke semuanya, aku melihat hanya seragamnya yang berbeda, sama sepertiku tapi berbeda dari yang dulu.Aku? Aku masih sama, tidak terlihat. Kasihan.

Tidak banyak yang mengetahui jika sudah selama ini aku terus memperhatikannya. Selama itu pula, aku menganggap dirikulah yang paling mengetahuinya, padahal aku sangat jauh darinya. Jauh dari kata mengetahui. Aku yakin dia mengenalku juga, karena tiap tahunnya aku selalu maju ke depan yang pertama kali setiap pengumuman juara umum. Saat-saat yang membanggakan. Dengan kesombongan dan sedikit kepercayaan diri, aku yakin dia mengenalku. Hei, aku pernah ada di hidupnya selama kami berada di tempat yang sama. Sungguh pemaksaan.

Hanya terus memperhatikannya dari pintu kelas, mencuri dengar berita tentang dia dari orang-orang yang mengenalnya atau pernah berinteraksi dengannya. Bertanya diam-diam, menyembunyikan diri tiap kali berpapasan dengannya karena sibuk menyelamatkan diri dari dentuman jantung ini. Sungguh menakutkan sekaligus membahagiakan melihat wajahnya. Mengetahui kabar darinya setiap hari, salah satu motivasi terkuat untuk bangun pagi pergi ke sekolah. Terdengar konyol.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 07, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cerita PendekWhere stories live. Discover now