33. Bajingan Dari Susukan

Start from the beginning
                                    

hitam bertampang angkuh mendengus dingin. 

"Manusia tolol!" teriaknya. "Mengapa kau kembali dalam keadaan terlambat!  

Melanggar pantang!" 

"Pangeran....Aduh....tubuhku! Tubuhku seperti dibakar!" 

"Bangsat! Jawab pertanyaanku!" hardik si baju hitam yang jelas-jelas adalah  

Pangeran Matahari, pemuda berkepandaian tinggi dan memiliki kesaktian dari puncak  

Merapi. Yang sejak beberapa waktu lalu mengacau dan menimbulkan malapetaka

bukan saja dalam rimba persilatan tetapi juga dalam kalangan Kerajaan bahkan  

menembus sampai ke dalam istana! "Katakan mengapa kau datang terlambat!" 

"Mo....mohon ampunmu Pangeran. Aku tergoda nafsu....Aku bermain-main  

dengan seorang janda muda dan kesiangan!" 

"Keparat! Kau memang tidak pantas jadi Bajingan Dari Susukan!" Pangeran  

Matahari ulurkan kaki kanannya. Dengan jari-jari kaki dibetotnya kantong kain yang  

masih berada di tangan kanan lelaki di hadapannya. Kantong kain ini melayang ke  

udara dan cepat ditangkapnya dengan tangan kiri. 

"Pangeran......tolong......" 

Pangeran Matahari tidak perdulikan erangan orang. Dia membuka kantong  

kain dan memeriksa isinya. Tampak beberapa potong perhiasan, beberapa bongkah  

perak lalu kepingan uang logam. 

"Setan! Hasilmu tidak seberapa!" 

"Pangeran! Tolong.... Tubuhku seperti dipanggang...." 

Pangeran Matahari menyeringai. "Nafsu sama dekatnya dengan darah dalam  

tubuh manusia! Nafsu menjadi sahabat manusia sejak langit dan bumi diciptakan!  

Tetapi dalam hal yang bersifat pantangan bila manusia sampai lupa diri, dia akan  

musnah!" 

"Aku mohon ampunmu Pangeran. Tolong..... Selamatkan selembar  

nyawaku....." 

"Tak ada yang bisa menyelamatkanmu manusia tolol! Tidak setan tidak juga  

malaikat!" 

Pangeran Matahari melangkah menuju pintu pondok. Di balakangnya  

terdengar lolong lelaki yang tubuhnya tampak mengepulkan asap dan mulai berubah  

kehitaman seperti kayu gosong. Dia berguling-guling di tanah. 

"Pangeran. Tolong.... Hanya kau yang bisa menolongku! Tolong.....!" 

"Tubuhmu telah tersiram sinar matahari! Mati adalah lebih baik bagimu!" ujar  

Pangeran Matahari. Di depan pintu pondok dia berhenti lalu berseru. 

"Gajah Rimbun! Kemari kau!" 

Dari dalam pondok melompat keluar seorang pemuda bermuka bulat, berkulit  

hitam legam, berkumis dan berjengot tipis. Sikapnya tangkas, gerakannya gesit. Dia  

memberi hormat pada Pangeran Matahari seraya berkata. "Saya sudah di hadapanmu  

Pangeran!" 

"Kau lihat manusia tolol itu?!" 

WIRO SABLENGWhere stories live. Discover now