hitam bertampang angkuh mendengus dingin.
"Manusia tolol!" teriaknya. "Mengapa kau kembali dalam keadaan terlambat!
Melanggar pantang!"
"Pangeran....Aduh....tubuhku! Tubuhku seperti dibakar!"
"Bangsat! Jawab pertanyaanku!" hardik si baju hitam yang jelas-jelas adalah
Pangeran Matahari, pemuda berkepandaian tinggi dan memiliki kesaktian dari puncak
Merapi. Yang sejak beberapa waktu lalu mengacau dan menimbulkan malapetaka
3
bukan saja dalam rimba persilatan tetapi juga dalam kalangan Kerajaan bahkan
menembus sampai ke dalam istana! "Katakan mengapa kau datang terlambat!"
"Mo....mohon ampunmu Pangeran. Aku tergoda nafsu....Aku bermain-main
dengan seorang janda muda dan kesiangan!"
"Keparat! Kau memang tidak pantas jadi Bajingan Dari Susukan!" Pangeran
Matahari ulurkan kaki kanannya. Dengan jari-jari kaki dibetotnya kantong kain yang
masih berada di tangan kanan lelaki di hadapannya. Kantong kain ini melayang ke
udara dan cepat ditangkapnya dengan tangan kiri.
"Pangeran......tolong......"
Pangeran Matahari tidak perdulikan erangan orang. Dia membuka kantong
kain dan memeriksa isinya. Tampak beberapa potong perhiasan, beberapa bongkah
perak lalu kepingan uang logam.
"Setan! Hasilmu tidak seberapa!"
"Pangeran! Tolong.... Tubuhku seperti dipanggang...."
Pangeran Matahari menyeringai. "Nafsu sama dekatnya dengan darah dalam
tubuh manusia! Nafsu menjadi sahabat manusia sejak langit dan bumi diciptakan!
Tetapi dalam hal yang bersifat pantangan bila manusia sampai lupa diri, dia akan
musnah!"
"Aku mohon ampunmu Pangeran. Tolong..... Selamatkan selembar
nyawaku....."
"Tak ada yang bisa menyelamatkanmu manusia tolol! Tidak setan tidak juga
malaikat!"
Pangeran Matahari melangkah menuju pintu pondok. Di balakangnya
terdengar lolong lelaki yang tubuhnya tampak mengepulkan asap dan mulai berubah
kehitaman seperti kayu gosong. Dia berguling-guling di tanah.
"Pangeran. Tolong.... Hanya kau yang bisa menolongku! Tolong.....!"
"Tubuhmu telah tersiram sinar matahari! Mati adalah lebih baik bagimu!" ujar
Pangeran Matahari. Di depan pintu pondok dia berhenti lalu berseru.
"Gajah Rimbun! Kemari kau!"
Dari dalam pondok melompat keluar seorang pemuda bermuka bulat, berkulit
hitam legam, berkumis dan berjengot tipis. Sikapnya tangkas, gerakannya gesit. Dia
memberi hormat pada Pangeran Matahari seraya berkata. "Saya sudah di hadapanmu
Pangeran!"
"Kau lihat manusia tolol itu?!"
33. Bajingan Dari Susukan
Start from the beginning