Prolog

2.2K 180 32
                                    

Hai. maaf buat kalian yang selalu menunggu (?) iya kalau nunggu, cerita sebelah yang dah lama gak kelar-kelar. jujur author kena WB di cerita itu. =_=" belum lagi banyaknya tuntutan di dunia real, buat entah kenapa rasa menulisnya menghilang. tapi tiba-tiba dapat ide ini, ya sudah, dari pada ilang, mending ditulis saja

jadi selamat menikmati cerita baru saya dan mohon bantuan buat kalian. ^^

+.+.+.+.+.+.+.+

"Evan! Bangun! Mau sampai kapan kau akan tidur terus? Sebentar lagi jam 7, kau tidak berangkat ke sekolah?" pria mungil yang tengah menyelam pada dunia mimpinya itu terperanjat bangun dengan membelalakkan matanya menatap wanita separuh baya di hadapannya dengan tatapan horor. Tentu saja wanita tersebut memukul anak lelakinya dengan gemas. "Jangan melototkan matamu itu. Alarmmu sudah berbunyi hampir 10 kali. Tapi kau tak kunjung bangun."

"Kenapa, ibu tak membangunkankuu?!" dengan gerakan kilat dia berlari keluar kamar menuju kamar mandi.

"Jangan lupa mandi!" teriak wanita tadi pada anak laki-lakinya. Tapi Evan tak peduli. 15 menit lagi gerbang sekolahnya akan tertutup. Itu artinya tidak akan ada kata boleh untuk memasuki sekolahnya. Dengan gerakan cepat Evan mencuci wajahnya ala kadarnya. Tak lupa dia menggosok giginya, agar bau mulut khas orang baru bangun tidur tersamarkan. Setelah ritual mandi bebeknya selesai dia dengan sigap menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

"Astaga! Kau tak mandi lagi pagi ini?" Mita-Ibu dari Evan menggeleng heran menatap anak laki-lakinya yang begitu jorok. Ini sudah kali ketiga anak laki-lakinya itu tidak mandi pagi di saat dia akan berangkat bekerja.

"Tidak ada waktu, bu. Aku akan telat bila tidak berbegas. OH MY GOD!! JAM 7!! TELAT! AKU TELAATT!!" teriaknya panik saat jam yang bertengger manis di atas dinding sudah menunjukkan pukul 7. Tidak. Tidak. Tidaakk. Aku akan kena sial hari ini! Dengan cepat Evan menyambar tangan kanan Mira dan mencium punggung tangannya. "Evan berangkat dulu!"

"Hey! Hati-hati. Jangan ceroboh!" tak terdengar sahutan dari anaknya itu. Mira yang melihat tingkah laku Evan hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Dasar. Itu anak selalu saja." Mira mulai menyiapkan bekal makan siang untuk dirinya sendiri dan di bawa ke kantornya.

Sedangkan Evan, dengan kecepatan penuh dia memancal pedal sepedanya dengan kencang, agar waktu yang dia tempuh tepat pada waktunya.

Evan kian panik saat melihat Pak Ku-panggilan satpam sekolahnya-mulai menutup pintu gerbang sekolahnya. "TIIIDDAAAKK!! Tungguuu!!" Evan mencoba memacu sepedanya lebih kencang tanpa mempedulikan sekelilingnya, hingga...

BRAK! Duk!

Evan memerjapkan matanya dengan sedikit ringisan yang keluar dari mulut kecilnya. Dengan gerakkan pelan dia mengusap pantatnya yang terasa nyeri. Dia menatap kearah depan dengan tatapan horor. Bahkan lebih horor lagi saat pemilik mobil itu keluar dengan wajah layaknya preman yang siap membegal mangsanya. Ya Tuhan. Nasib sial apa lagi yang Hamba dapat sekarang. Evan meringis saat seorang lelaki lagi keluar dari samping pintu penumpang. Dia menaikkan sebelah alisnya menatap lelaki yang terduduk di aspal dengan body mobil yang dia tumpangi.

"Rex, lo kayaknya musti ke bengkel deh. Mobil lo penyok." Begitulah kata lelaki yang baru saja menatap Evan dengan tatapan menghina.

Sedangkan lelaki yang di panggil dengan nama 'Rex' itu tentu saja menatap Evan dengan tajam. Setajam pisau yang baru saja di asah. "Apa maksud lo, nabrak mobil gue?"

Evan bergidik ngeri saat dirinya berhadapan dengan King di sekolahnya itu.

"Ma-maaf." Tentu tanpa mengucapkan kata mengganti perbaikan. Bayangkan saja, mobil semewah itu ketika penyok, maka berapa duit yang harus dia keluarkan untuk mempermulus bagian penyoknya itu? Evan yakin itu akan menjadi uang belanja bulanannya selama 3 bulan, atau bahkan lebih? Tentu saja dia tak berani membalas tatapan tajam dari Ardirex Brahmaputra Firnhan. Yang merupakan seorang king di sekolahnya. Evan terlalu sadar diri bahwa dia hanyalah orang biasa di banding Ardirex.

"Kata maaf lo gak bakal ngembalikin body mobil gue seperti semula. Lo musti tanggung jawab. Camkan itu baik-baik! Gak bakal gue biarkan lo kabur."

"Reex~ gue telat nih, Demi tuhan! Gue gak mau bermasalah dengan Guru bau ikan asin itu!" Jems yang sedari tadi melihat pertengkaran konyol itu membuatnya jengah. Dia tak ingin berurusan dengan seorang guru yang dari bau badannya itu tercium aroma ikan asin yang menyebalkan. Dan ini adalah peringatan terakhir untuknya. Tentu jelas dia tak ingin bertemu dengan guru menyebalkan itu. Walau semenarnya James sama sekali tak pernah takut akan hukuman yang selalu menyertainya di saat dia melakukan 'kebiasaan jahilnya'.

Rex hanya mendengus sebal, sebelum dirinya pergi dia menatap lelaki yang telah membuat mobil kesayangannya itu penyok. Akan dia ingat-ingat wajahnya itu. Setelah itu dengan cepat dia memasuki mobil dan menjalankan mobilnya dengan kekesalan yang luar biasa. "Akan gue pastikan dia membayar apa yang dia lakukan!"

"Lo kayak orang gak punya duit, anjir." Protes James saat mendengar gumaman jelas Rex. Walau dia sangat tau, mobil ini adalah mobil kesayangan Rex.

"Diem mulut bau lo!" James lebih memilih diam dan turun dari mobil kesayangan Rex dan berjalan mendahului teman-teman segengnya. Karena pagi ini kelasnya mendapat pelajaran Fisika, yang artinya kelas dari Pak Tono, guru si bau ikan asin itu.

Di lain tempat Evan memegang dadanya yang berdetak sangat kencang saat mengetahui dia lolos dari maut untuk saat ini. Di pertegas, Evan lolos dari maut untuk saat ini. Dia segera bangun dari posisinya dan menghampiri sepedanya yang tampak sedikit penyok pada bagian stang spedanya. Evan hanya bisa menghela nafas berat mengingat nasib sial yang baru saja menimpanya pagi ini.

*&*&*&*

T 7 B 7 C

kalau menurut kalian bagus dan tertarik nanti akan author lanjutkan. kalau enggak, bakal author hapus. ^^ mohon saran kalian. untuk para reader .

Number 7 (Yaoi) (BxB)Where stories live. Discover now