Chapter 2 - Peristiwa Mistis Yang Dialami Oleh Mang Iwan Dan Bi Nani

2.8K 120 7
                                    


Dua hari setelah prosesi pemakaman selesai dilaksanakan, rumah gue yang berukuran cukup besar ini kini hanya ditinggali oleh gue, mamah dan seorang pembantu rumah tangga. Mamah yang pada kesehariannya sebelum kematian bapak selalu memberi warna keceriaan pada rumah ini, kini terlihat lebih banyak berdiam diri dalam lamuanannya

" mah...."

Diantara suara teguran yang terlontar dari mulut gue ini, saat ini gue masih melihat adanya genangan air mata yang membasahi kedua kelopak mata mamah, dan kini begitu menyadari kehadiran gue yang tengah terpaku dalam memandangnya, mamah berusaha untuk memperlihatkan ketegarannya di hadapan gue, dan hal tersebut ditunjukannya dengan terlihatnya pergerakan tangan mamah yang mencoba untuk menghilangkan genangan air di kedua kelopak matanya

" mah...mamah kenapa....?" tanya gue dan berbalas dengan senyuman yang mengembang di wajah mamah

" mamah enggak kenapa napa za...sini za...duduk, temani mamah...." jawab mamah seraya mengajak gue untuk duduk disampingnya, nampak terlihat keberadaan layar televisi yang tengah menyiarkan sebuah acara komedi keluarga

" sabar ya mah....mamah harus ikhlas dengan kepergian bapak...." ujar gue sambil merangkul bahu mamah, gue berharap rangkulan gue ini bisa memberikan sebuah gambaran kepada mamah, bahwa masih ada gue yang akan selalu menemani dirinya

" kini cuma ada kamu za yang menjadi harapan mamah, mamah berharap kamu bisa menjaga mamah dan melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh bapak kamu...."

" iya mah...insha allah reza enggak akan mengecewakan mamah...tapi mah...."

" tapi apa za....?"

" ada sesuatu yang ingin reza ceritakan kepada mamah...."

Lama gue kini terdiam dalam keraguan, keinginan gue untuk menceritakan atas apa yang telah gue alami dan telah gue lakukan selama masa perantauan gue dalam bekerja, kini seperti terbentur oleh rasa ketakutan gue akan keterpurukan jiwa mamah jika mendengar pengakuan yang akan terucap dari mulut gue ini

" memangnya kamu ingin menceritakan apa za....?" tanya mamah diantara rasa keingintahuannya yang mendalam

" sebenarnya reza enggak ingin menceritakan apa apa mah...reza hanya ingin mengatakan, kapanpun mamah memerlukan reza..reza akan selalu ada untuk mamah..." ucap gue yang akhirnya urung untuk membicarakan semuanya itu kepada mamah, sungguh...rasanya saat ini gue merasa sangat tidak sangup untuk membicarakan semuanya itu dihadapan wajah yang sudah menampakan kerutan usianya

" mamah percaya kamu akan selalu ada untuk mamah za....."

" ahhh....andai saja mamah mengetahui akan apa yang telah gue lakukan selama ini......." gumam gue dalam keterdiaman mamah, hingga akhirnya selang beberapa saat setelah keterdiaman kami ini, terdengar suara ketukan yang berasal dari arah pintu rumah, nampak mamah menolehkan pandangannya ke arah pintu rumah

" sepertinya ada yang datang za...coba kamu lihat..."

Mendengar perintah mamah tersebut, gue segera berjalan menuju ke arah pintu rumah lalu membukanya, nampak kini dihadapan gue sosok mang iwan yang sepertinya telah menunjukan tanda tanda kesehatannya

" lohhh bukannya mang iwan baru akan mulai kerja besok..memangnya mang iwan sudah sehat....?"

" Alhamdulillah sudah kang...memang iya kang seharusnya saya baru mulai bekerja besok, tapi rasanya saya sudah enggak sanggup lagi menahan diri untuk menceritakan atas apa yang sebenarnya telah terjadi disaat kecelakaan itu terjadi...." jawab mang iwan dengan nada yang cukup keras, mendapati hal tersebut, gue memberikan isyarat kepada mang iwan agar memelankan suaranya

Jeritan Malam 2 - TumbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang