Hari ini, sampai jumpa samsak.

"Kamu mau pergi dan malah berkencan seharian dengan samsak, huh." Yoongi mondar mandir menaruh masakannya di meja, aroma sup sederhana berkomposisi tahu saja. Bukan salah satu favorit tapi bila si manis sudah membuatnya makanan, ia akan tetap keroncongan. Yoongi mulai menuangkannya di mangkuk dan menyodorkan sesendok pada Taehyung untuk dicicipi dengan pandangan apa ada yang kurang dan dibalas pandang rasanya sudah cukup lezat. Tanpa basa-basi Taehyung bawa lalu duduk dimeja makan, mengangkat sumpit dan lahapan nasi panas ia telan, Yoongi tertawa ketika Taehyung gagal meminimalisirkan panasnya, kibasan panik menyambut mulut yang penuh.

"Itu karena tidak mendegarku."

"Ya 'kan sama kamu kemarin udah, mau nambah lagi? Masih ada waktu kok, kita main sebentar saja." Satu kedipan mata itu membuatnya terkejut bukan main.

Di sekon berikut, Yoongi menggeleng keras.

Disalah satu piring kecil teronggok apik telur mata sapi, Taehyung menyunggingkan senyuman tipis ketika Yoongi yang baru duduk mendengar jengah estimasinya, "Kamu tau, aku suka telur goreng yang gosong. Tapi jika seperti ini terus, maka aku akan berhenti memasok telur." Sarkasnya.

Yoongi itu jago dalam memasak, tapi tidak dengan satu ceplok telur goreng dan hidangan terakhir Taehyung dapatkan dari rumahnya adalah kelemahan Yoongi ini.

Sang istri menunduk sebal, dia kan kepepet. "Makan dan jangan banyak bicara, telur gosong akan jadi yang pertama kamu rindukan di sana. Lihat saja."

.

Yoongi memberi apitan erat pada lengan Namjoon, sang ayah. Seperti penjelasan Taehyung kemarin sore, Namjoon akan ikut untuk operasional perusahaannya yang terakhir sebelum melakukan konsolidasi dan menyerahkan segala kedudukkan pada Kim Taehyung. Namjoon bukan ayah yang buruk, dan dia tidak akan pernah mau jadi seperti itu. Jadi ini adalah satu-satunya jalur agar kedua anak terakhirnya dapat meraih mimpi dijalan impian mereka masing-masing.

Karna hidup mereka bukan campur tangannya, Namjoon hanya ingin jadi kompas; memberi petunjuk agar mereka tak tersesat.

Bunda terkekeh, "Yoongi, aturan sama Taehyung nih. Ayah kan jatah Bunda."

"Gak mau~" Ini sudah biasa begitupula dengan Taehyung. Jadi ia hanya tertawa ringan dengan tingkah keluarga baru nya. "Yasudah, Taehyung buat Bunda."

Yoongi yang jelas berjalan didepan mereka langsung menoleh cepat, tercipta lekukan tak suka ketika sang Bunda--Seokjin, melakukan hal yang serupa pada Taehyung. Dan sama sekali tak diprotes empunya, ambekkan Yoongi adalah favorit mereka. Kemudian tertawa karna Yoongi menyeret sang Ayah cepat kedepan.

Boarding sebentar lagi, dan Yoongi masih saja bermanja-manjaan dengan Ayah Namjoon, "Bawa oleh-oleh yang banyak Ayah."

"Kamu pikir Ayah kesana tuh jalan-jalan, hm?" Setelah mencubit hidung anak sulungnya, departure announcement mengumandangkan keberangkatan mereka terjadi sebentar lagi, para penumpang dipersilahkan untuk boarding melewati pintu yang sudah diumumkan. Taehyung menggenggam erat lengan Yoongi, hunusan tatapan dalam itu membuat Yoongi kelu seketika.

"Ayah, sini sebentar." Menerima kedipan dari Seokjin, Namjoon langsung berdiri patuh. Meninggalkan kedua pasangan muda itu berdua.

Belakangan, Yoongi seperti magnet bagi Taehyung. Terlalu menariknya rekat hingga sulit sekali barang dilepas. Seperti ada suatu aura kuat dimana Taehyung bahagia sekali dan sangat ingin melindungi, apa karna Yoongi belakangan terlihat gembul sampai Taehyung gemas sendiri?

Yoongi jadi empuk sekali ketika dipeluk. "Aku satu minggu pergi."

"Asik, kasur lega gak ada kamu."

Yoongi mengangkat dagunya yang tenggelam didada Taehyung, agak sensi kenapa suaminya ini besar sekali ketika mereka berpelukan, tapi juga ada rasa nyaman dimana dirinya merasa aman, dilindungi, dimiliki. Yoongi tak pernah menyangkal.

"Kamu takut naik pesawat ya? Itu hati udah dugeman." Saking erat mungkin, jadi debuman yang bertabuh kencang dirongga dada Taehyung dapat Yoongi rasakan hingga jantungnya pula. "Enggak, udah biasa."

"Terus kenapa?"

"Pria mana yang meluk orang cantik gak deg-degan."

Astaga, dia baru saja mendengar Kim Taehyung menggombal? "Ulang coba, belum aku rekam!" Pelukan pada pinggang Yoongi makin tak punya jarak antara keduanya. "Berisik kamu, kecil."

Kelitikkan kencang Taehyung rasakan disekitar perutnya, dan dia mengeluh ampun bersama tawa. Tak ada niatan melepaskan Yoongi sedikitpun. Setelah lima menit lamanya mereka seperti itu, Yoongi mulai gerah belum pula entitas lain memandangi mereka gemas dan iri. Namjoon kembali, memberi dehaman halus ketika Taehyung hampir terlelap dibahu istrinya. "Taetae ngantuk ya? Lanjutin di pesawat aja gih. Sini cium dulu."

Yoongi berjinjit, menarik bahu Taehyung untuk menunduk sedikit, imut sekali. Lantas menurut, dua kecupan singkat Yoongi beri dibibirnya. "Kamu mau aku bawain apa?"

Setelah berpikir sejenak Yoongi menjabarkan kelima jari kirinya, lalu ditutup satu persatu dengan telunjuk jari kanan. Gestur menghitung,

"Gucci, Channel, Moschino..."

"Call. Jangan lupa makan." Pria itu buru-buru mencium dahi si manis, menguca salam pada ibunda mertua dan langsung masuk kedalam gate bersama ayahanda yang memandang jenaka.

Sebelum terlambat atau kantungnya akan terkuras banyak.

.

.

.

.

.

📍

Saturday, 24 February

.

To Be Continue

Ice Cream➖TaeGi [Discontinued]Where stories live. Discover now