Junsu memasang raut wajah tak percaya pada Jaejoong, entah itu polos atau tidak tapi ia tahu temannya ini sungguhlah aneh mengenai sosok tipe idealnya. Bandingkan saja para dokter dirumah sakit yang pernah menyatakan cinta pada Jaejoong--yang sudah jelas tampan dan kaya, tapi ia tahu alasan mengapa Jaejoong menolak pernyataan cinta para dokter di rumah sakitnya. Karna Jaejoong memang sudah lebih dulu menetapkan dan memilih Yunho yang hanya seorang teknisi rumah sakit untuk memenangkan hatinya.

Tapi tak apalah, jika memang Yunho yang terbaik untuknya, ia sebagai teman sekaligus sahabat Jaejoong hanya bisa ikut senang dengan apa yang menjadi pilihannya.

"Bukankah aneh Hyung, jika pria seperti Yunho Hyung melihat wanita cantik tak menunjukkan ekspresi ketertarikan? Atau jangan-jangan dia memang seorang gay?" tanya Junsu asal sambil berpikir.

Jaejoong semakin melebarkan senyumannya tatkala Junsu sama berpikir seperti apa yang ia pikirkan bahwa Yunho memang seorang gay seperti dirinya.

"Baguslah jika memang Yunho Gay, bukankah akan sangat cocok jika aku yang menjadi pasangannya." jawab Jaejoong senang, seolah memang benar Yunholah takdir untuknya.

"Dari mana kau tahu dia gay? Dekat saja tidak kan! Makanya hyung segeralah menikah seperti aku yang sebentar lagi akan menikah juga." goda Changmin yang tiba-tiba datang dan langsung ikut bergabung dengan obrolannya sambil menyeringai.

Jaejoong mencebilkan bibirnya dan langsung mencubit perut Changmin dengan kencang. Kesal. Pria jangkung yang selalu menjahilinya dan Junsu ini memang kerap kali suka menguping apapun yang ia bicarakan bersama Junsu, namun walaupun begitu ia dan Junsu tidak marah karna apa yang menjadi pembicaraannya tidak akan sampai ke siapapun.

Changmin mengaduh kesakitan, tak lama Jaejoong pun melepaskan cubitannya pada perut Changmin.

Terdiam, Jaejoong hanya bisa menghentakkan kakinya dan mencebil kesal karena tidak bisa membalas pertanyaan Changmin padanya. Ia tahu, apa yang Changmin katakan memang ada benarnya. Selama ini ia hanya tahu sisi Yunho yang ada dirumah sakit, dan tidak tahu sisi lain Yunho seusai bekerja.

Junsu berdeham dan mendesah karna ulah Changmin yang menghancurkan sekaligus mood berbunga-bunga yang sedang Jaejoong rasakan saat ini. Tak ada yang bisa ia lakukan kecuali membantu Jaejoong untuk segera melepas masa lajangnya agar tidak dijahili oleh Changmin lagi seperti saat ini.

"Baiklah Hyung, aku akan membantumu untuk dekat dengannya, kebetulan suamiku satu bagian dengannya kan. Aku akan bicara padanya nanti saat makan siang, jadi kau bersiap-siaplah dengan kejutan selanjutnya Jae." ucap Junsu menyemangati Jaejoong dengan apa yang akan dilakukannya.

Tersenyum lebar, Jaejoong segera menghampiri Junsu dan memberinya sebuah pelukan karna mau membantunya.

"Gomawo Suie-ah, kau memang yang paling mengerti aku tidak seperti Changmin yang bersikap layaknya evil selalu menggangguku." Changmin hanya terkekh dan melanjutkan kembali pekerjaannya. "Aku jadi tidak sabar menunggunya Suie-ah." sahut Jaejoong tidak sabar dan membayangkan hal-hal baik baginya yang akan terjadi selama pendekatannya nanti berlangsung.

Jaejoong kembali ke tempat duduknya sambil tersenyum lebar, suasana hatinya kembali berbunga-bunga bak bunga dimusim semi yang bermekaran, bahkan tanpa ia sadari akan apa yang sedang ia lakukan, orang yang melihat dirinya hanya menggeleng heran seolah melihat pegawai yang sedang gila karna senyum-senyum sendiri ditempatnya.











Junsu berlari dengan cepat sambil tergopoh-gopoh menuju Jaejoong yang terlihat sedang merapihkan beberapa kertas untuk di fillingnya diruangannya.

"Jaejoong Hyung, ada kabar bagus untukmu." pekik Junsu yang membuat Jaejoong langsung menoleh mendengar suara khas lumba-lumba Junsu memanggil namanya.

Unsensitive Person (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang