Yuka menoleh. Sangat terlihat kah? Ketika ia memperhatikan Toru.

"Kita akan mulai syuting besok." Yokoyama menjelaskan rincian jadwal mereka. "Yoshi-san akan bertugas menjemput Yuka-san besok."

Yositaka mengangguk. Dia adalah salah satu dari staf OOR. Biasa menangani para tamu atau orang-orang yang bekerjasama dengan OOR.

"Ano... untuk Yuka, aku rasa tidak apa kalau Toru-san yang menjemputnya." Ucap Miya.

Semua diam. Kenapa Toru?

"Miya... apa yang kau rencanakan?!" Yuka berbisik pada Miya.

"Akan berbahaya jika mereka tahu kalau kau tinggal bersama Toru-san." balas Miya, masih sambil berbisik.

"Tidak apa. Biar aku saja yang menjemput Yuka-san. Rumahku satu arah dengan dia." Ucap Toru dengan tenang.

Yokoyama mengangguk. "Baiklah. Semua persiapan sudah selesai." Mereka mengira bahwa Toru tinggal di tempat orang tuanya. Tidak curiga dengan keanehan diantara Yuka dan Toru.

"Ahh... kau membuat kita iri, Toru-san." celetuk Tomoya.

---

Lagi-lagi Yuka terbangun dalam pelukan Toru. Ia sudah mulai terbiasa. Yuka berbalik menghadap Toru. Memperhatikan wajah Toru. Pahatan wajah yang sempurna. Tapi bukan itu yang membuat Toru menarik. Kebaikan Toru dan perlakuan lembutnya membuat Yuka penasaran. Sebaik apakah Toru ini?

"Mau sampai kapan kau memperhatikan wajahku?" Toru tiba-tiba bicara membuat Yuka terkejut.

Yuka segera bangun. "Aku akan mandi lebih dulu." Seru Yuka lalu ia masuk ke dalam kamar mandi.

Toru terkekeh. Di mata Toru sekarang, Yuka sangat menggemaskan.

---

"Kau tidak makan?" Toru bertanya, ketika ia sendiri makan dengan sepiring nasi goreng. Ia hanya melihat Yuka menggigit apel.

"Aku sarapan dengan segelas susu dan sebuah apel."

"Itu cukup?"

"Hm." Yuka mengangguk.

Setelah sarapan, mereka berangkat bersama ke lokasi syuting.

---

Syuting hari pertama mengambil dari tiga tempat. Mereka harus bergerak cepat untuk berpindah dari tempat satu ke tempat lain.

Melelahkan, tapi Yuka masih bisa berperan dengan sangat baik.

Toru memperhatikan Yuka diam-diam. Yuka terus saja sibuk dengan naskahnya. Tidak banyak waktu luang yang bisa Yuka dapatkan. Disela breaknya, Yuka pasti akan membaca naskah atau mendengarkan arahan dari sutradara.

---

"Ada apa Toru-san?" Miya menatap Toru dengan heran. Karena tiba-tiba Toru menghampirinya.

"Berikan ini pada Yuka." Toru menjulurkan sekotak sandwich. "Aku tahu kalau dia model. Tapi dia juga tidak boleh lupa bahwa dia juga seorang manusia. Manusia butuh makan."

"Iya. Aku tahu." Ucap Yuka sedikit kesal. Seolah Toru mengatakan bahwa Miya harus memberi makan Yuka.

---

"Sandwich? Tumben sekali kau mau membelikanku Sandwich. Biasanya kau hanya akan memberiku salad."

Miya memberikan sekotak sandwich pada Yuka.

"Itu dari Toru-san."

"Benarkah?" Yuka senyum-senyum sendiri menatap Sandwich itu.

"Kau terlihat sangat bahagia, Yuka."

"Hm." Yuka mengangguk. Ia mengambil potongan sandwich lalu menggigitnya.

"Kau menyukai Toru-san?" Miya menebaknya.

"Hm." Yuka mengangguk lagi. Ia sedang sibuk makan.

Miya ternganga tak percaya. Selama ini banyak yang mencoba mendekati Yuka. Tapi tidak ada satu pun yang Yuka suka. "Aku pikir kau terpaksa menikah dengan Toru-san. Tapi kau menerimanya dengan begitu saja, karena kau menyukai Toru-san?"

"Jangan membicarakan hal itu. Kalau ada yang mendengarnya bagaimana?!"

"Iya. Aku akan hati-hati."

---

Toru kembali setelah mengantarkan makanan untuk Yuka. Toru tidak bisa mengabaikan Yuka begitu saja. Entah mengapa, Toru tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Seolah Yuka mampu membuat perhatian Toru untuk selalu tertuju padanya. Sekeras apa pun Toru mencoba mengabaikan keberadaan Yuka. Ia tidak bisa.

"Toru!!... awas!!!..." Taka berseru keras.

Toru menoleh, saat itulah sebuah bola melayang ke arahnya. Toru menghalau dengan tangannya. Lalu ia menatap Taka dan Tomoya yang berlari mendekatinya.

"Maaf, Toru-san... Mori-chan yang menendang bola sembarangan." Jelas Tomoya.

"Itu karena kau memberi operan yang jelek." Mereka berdua malah saling tuduh.

Disela-sela menunggu atau ketika mereka sedang bosan. Mereka sering bermain, sepak bola misalnya.

Toru menghela nafas, "Aku tidak apa-apa."

"Toru... kau kemana tadi? Aku melihatmu keluar." Tomoya bertanya.

"Beli makan." Jawab Toru singkat.

"Ehh... tunggu..." Taka mencegah Toru.

Toru menatap Taka, sebalah alisnya terangkat menyiratkan tanya.

"Bagaimana pendapatmu tentang Yuka?"

Toru mengerutkan keningnya, "Dia profesional?"

Taka mengerang kesal, "Bukan itu yang aku maksud. Kau tidak tertarik dengan dia?"

Tomoya mengangguk setuju dengan pertanyaan Taka. "Dan sepertinya Yuka-san malah tertarik padamu. Kenapa tidak kau coba dekati dia?"

Toru menjitak kepala Taka dan Tomoya. "Kalian ngaco." Toru berjalan meninggalkan Taka dan Tomoya.

"Wooii... Toru!! Sakit gila!" Taka dan Tomoya meneriaki Toru.

"Hahaha...." Ryota mendekat dan menertawai mereka berdua.

Taka dan Tomoya menatap Ryota kesal.

Toru (OOR)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ