◈1

1.4K 155 3
                                    

5 Tahun kemudian....

"Kau boleh kembali setelah jam istirahat," ucap seorang pria dengan jas hitam yang duduk di kursi kebesarannya pada salah satu karyawannya. Sudah lima tahun berlalu dan semuanya memang banyak yang berubah. Kecuali isi hati dari direktur utama Kim Group, Kim Mingyu.

Usia 26 tahun dan menjadi seorang direktur memang cukup berat bagi Mingyu. Tapi memang untuk inilah usahanya selama sekolah.

Waktu menunjukkan pukul 12 siang, itu tandanya jam istirahat untuk para pekerja. Mingyu merogoh sakunya, mengambil foto di selipan dompetnya

"Hey, aku sangat lelah melihat tumpukan kertas setiap hari," bahkan ia berbicara pada foto itu. Mungkin, kalau Mingyu bukanlah seorang direktur utama, orang-orang sudah mengatainya gila karena bicara dengan foto.

Mingyu menghela napas, "Apa aku terlalu banyak mengeluh?" tak ada jawaban. Mingyu tersenyum, "Kuanggap itu iya."

"Seokmin-ah, aku akan pergi membeli makan siang sekarang. Kau juga jangan tinggalkan makanmu di sana ya!" dan bibirnya mencium foto usang bergambar wajah orang yang mengisi hatinya hingga kini.

Lembar foto tadi ia kembali masukkan ke dompetnya. Jarinya menekan salah satu tombol pada telepon yang ada di mejanya, "Vernon, siapkan mobilku. Aku akan beli makanan di luar." Dan kaki panjangnya melangkah keluar ruangan.

Keluar dari gedung menjulang tempat perusahaannya berdiri, mobil hitam miliknya sudah ada di depan pintu keluar. Vernon yang berada di kursi kemudi, Mingyu hampiri, "Aku akan pergi sendirian. Kau, istirahatlah juga."

Pemuda 25 tahun berdarah campuran itu mengangguk dan keluar dari mobil. "Hati-hatilah di jalan, hyung." Ya, Vernon adalah sekertaris Mingyu. Semasa kuliah, Vernon sebenarnya juga adalah adik tingkatnya. Jadilah mereka cukup akrab.

Mingyu melesatkan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hingga tujuan pertamanya; lapangan streetball. Mingyu tersenyum, lapangan basket yang tak begitu luas dengan kawat pembatas yang mengelilinginya. Ia ingat, dirinya dan Seokmin sering bertanding basket disini walaupun ia selalu kalah karena penyakitnya kala itu.

Astaga, Mingyu sungguh rindu pemuda itu. Sayang, serindu apapun, tak akan pernah terbebaskan. Mingyu memegang dadanya, "Apa kau juga bermain basket disana?" ucapnya pelan. Hanya angin yang menjawab.

Dirinya masih setia memandangi tempat itu hingga matanya menangkap seseorang dengan sweater abu-abu sedang memejamkan mata dengan earphone yang menyumpal telinganya. Mingyu memincingkan matanya.

Garis wajah yang sangat ia kenal. "Seokmin?" lirihnya. Jantungnya– tidak, jantung ini sudah berdetak tak karuan. Apa mungkin?

Mingyu segera keluar dari mobilnya dan mengejar pemuda itu. Tangannya segera meraih lengan lain yang ada di lapangan itu hingga kini mereka berhadap-hadapan.

"Lee Seokmin?"

"Sorry sir, i think you got the wrong person. I'm not the one that you mean," ucapnya sambil menarik lengannya yang masih dicekal Mingyu.

Tidak. Orang dihadapannya ini bukan sekedar mirip dengan Seokmin. Wajah mereka sama, sangat sama bahkan.

Mingyu tak berkutik. Dadanya berdetak tak karuan. Kepalanya berpikir keras akan apa yang terjadi sekarang.

"Sir, are you okay?" pemuda lain di hadapan Mingyu melambaikan tangannya di depan Mingyu yang kini melamun.

Mingyu tak melamun. Matanya berkedip sekali, memberi sinyal kalau dirinya tak sedang melamun melainkan masih memandangi wajah pria du hadapannya ini. "Kau...kenapa mirip dengannya?" Mingyu berucap pelan.

Pemuda itu mengernyitkan kening, tak paham dengan apa yang dikatakan orang di hadapannya. "Uh? Mirip dengan...siapa?" tanyanya hati-hati.

"Dokyeom-ah!!" suara lain dari balik punggung Mingyu.

Pemuda itu mengintip sedikit, "Ah, Seungkwan."

Mingyu berbalik mengikuti arah pandangan pemuda yang ia pikir bernama Dokyeom itu. 'Seungkwan?' Hei, itu salah satu karyawannya.

Seungkwan yang melihat Mingyu tergagap. Itu bos besarnya kenapa bisa bersama dengan kawannya? 'Astaga, masalah apa lagi yang ia buat?'

"Tuan Kim, a-aku minta maaf kalau temanku ini membuat masalah denganmu," Seungkwan membungkuk dalam.

"Ah, tidak. Tidak terjadi apa-apa. Aku hanya kebetulan lewat sini dan melihat dia sendirian," Jawab Mingyu supaya karyawannya itu tak membungkuk begitu. Kenyataannya memang tak ada masalah bukan.

"A-ah, kalau begitu. Aku akan mengajaknya kembali ke hotelnya. Sepertinya dia tersesat lagi," Seungkwan kembali membungkuk guna berpamitan. Mingyu mengangguk.

Langkah Seungkwan melewati Mingyu. Tangannya sudah menarik tangan Dokyeom.

"Sudah kubilang, 'kan untuk menunggu di kafe hotelmu. Aku mencarimu kemana-mana tahu!"

"Kalau kau diculik orang jahat bagaimana? Ayahmu bisa membunuhku di tempat!"

Itu yang Mingyu dengar dari omelan yang Seungkwan layangkan. Matanya tak henti mengikuti dua orang itu hingga menghilang dari pandangannya.

Mingyu menghela napas kasar. Kakinya sudah jatuh bertumpu pada beton lapangan. Tangannya meremat rambutnya kasar. "Apa lagi yang terjadi sekarang? Aku sudah lelah!" teriaknya frustasi.

Tangannya merogoh saku guna mengambil ponsel. Satu nama yang kini ada di layar ponselnya.

"Hyung, aku bertemu Seokmin." 

HeartHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin