My Cold Senior - 8

69.3K 3.9K 202
                                    

Aku sengaja menunggu William. Dia masih di ruang kerjanya. Entah apa yang dikerjakannya. Kata Adelle, Will tidak keluar dari ruangannya sejak siang tadi.

Gara-gara Alvaro yang akhirnya mengantarku kembali ke kantor sangat terlambat karena terjebak macet selama hampir dua jam, membuatku blingsatan dan mengomel panjang lebar.

Ini sudah jam tujuh malam dan Will masih betah bertapa di guanya.
Perlahan kuketuk pintunya.

"Masuk!" aku menarik nafas, menata detak jantungku, lalu kubuka pintunya, menyembulkan kepalaku terlebih dulu sebelum menyelinap masuk.

William tampak menunduk menekuri sebuah berkas. Kemeja dan dasinya berantakan, juga rambutnya sedikit acak-acakan.

"Will, butuh bantuanku?" tanyaku pelan dan mendekat.

Tubuh Will tampak menegang. Ia mengangkat kepalanya cepat. Memandangku tajam dan brrr.... dingin!

"Kenapa belum pulang?" tanyanya ketus.

"Aku menunggumu. Aku ingin minta maaf soal tadi siang," ucapku pelan.

William menghela nafas.

"Aku bisa menjelaskan semuanya, Will. Seperti yang pernah kubilang, aku kalah taruhan dan Al menjebakku untuk mengatakan kalimat konyol itu. Dan Mama merekam kejadian itu tanpa aku tau. Please Will, ini bukan seperti yang ada dalam pikiranmu," aku berusaha menjelaskan agar ia tidak salah paham.

"Sudah selesai ceritamu? Kau boleh pulang," kata-kata Will membuatku menggigil. Tapi aku tidak boleh menyerah!

"Aku tidak akan pulang jika tidak bersamamu!"

"Untuk apa?"

"Apa maksudmu untuk apa? Kau pacarku!"

"Pacar? Oh, aku lupa! Bagaimana dengan makan siangmu? Menyenangkan?" sinis Will berdiri, membereskan mejanya dan meletakkan berkasnya dalam tas yang biasa ia bawa.

"Kau marah? Cemburu? Apa kau mencintaiku, Will?" kuabaikan pertanyaannya. Aku sedang mengajuk perasaannya padaku.

William menghentikan gerakannya dan memandangku. Wajahnya kaku.

"Aku bahkan belum makan sejak siang tadi, Will," laporku memelas.

"Jangan membual, Jen! Kau keluar makan siang tadi!"

"Benar. Tapi aku tidak makan. Aku hanya ingin makan siang bersamamu," bujukku berusaha agar Will melupakan amarahnya.

"Kau serius?" wajah dinginnya berbaur dengan kekhawatiran.

"Tentu saja serius! Kau pikir aku bohong?" rajukku cemberut.

"KAU INGIN MEMBUKTIKAN APA SEBENARNYA HAH? BAGAIMANA KALAU KAU SAKIT?"

Aku melonjak, terkejut dengan bentakan kerasnya.

Will meremas rambutnya. Wajahnya tampak keruh.
Tubuhnya meluruh terduduk di kursinya kembali.

"Kenapa kau selalu bertindak semaumu?" keluh Will mengusap wajahnya dengan frustrasi.

Aku bingung melihatnya. William kenapa?

Ia berdiri, membereskan pekerjaannya dan meraih kunci mobilnya.

"Aku antar kau pulang," katanya tegas.

Aku mengangguk dan keluar dari ruangannya. Ia mendahuluiku menuju lift, menungguku dan mengantarkanku pulang.

.

..

...

💟💟💟

...

My Cold Senior (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang