Reizen VI - Ravenos City : Part 1

Start bij het begin
                                    

Téchoun memberitahu kami lebih baik tidak mengganggunya kalau moodnya sedang turun. Saat malam tiba, Zurgré memutuskan untuk meneruskan perjalanan berhubung kami sedang mengejar waktu dan terlalu berbahaya bermalam ditengah hutan. Aku sependapat dengannya, lagipula kami sudah cukup istirahat saat di kota Torontof tadi.

Kami sudah melihat dinding tebal pertahanan ibu kota saat matahari sudah tepat diatas kepala kami. Para petani terlihat sudah terlihat sibuk mengawasi sawahnya dari burung - burung. Tak lama dari bertemu para petani itu, akhirnya kami sampai di gerbang kota. Entah karena sudah sampai ibu kota atau tidak, Kítrino membuka tudungnya.

Para penjaga gerbang langsung salah tingkah ketika Kítrino membuka tudungnya. Melihat Zurgré saja mereka sudah takut, apalagi melihat Kítrino di depan gerbang. Mereka langsung membungkuk dan meminta maaf dan mempersilahkan kami lewat. Beberapa orang sedikit pangling dengan Kítrino karena rambutnya yang sekarang pendek. Setelah menyadari kalau itu Kítrino, mereka langsung tersenyum ramah dan menyapanya. Kítrino membalas setiap senyuman yang ditujukan untuknya.

Ibu kota ini sendiri jauh lebih besar dari kota Aéra yang menurutku saja sudah besar. Dengan banyak bangunan tinggi dan besar yang berjejer disepanjang jalan menuju jalan utama. Aku hanya terpana betapa berbedanya ibu kota ini dengan kota - kota lainnya. Begitu banyak kereta kuda yang berlalu - lalang di hampir setiap jalan besar. Semakin dekat kami menuju alun - alun kota, semakin banyak orang yang mengenali Kítrino. Mereka terus menebarkan senyum ramah kepada Kítrino.

Aku masih bingung kenapa Kítrino masih bisa menebar senyum setelah menempuh perjalanan jauh seperti itu.

Tepat sebelum kami sampai ke alun - alun kota, sekelompok pasukan berkuda datang kearah kami. Seorang berambut hitam pekat yang dipotong cepak khas tentara dengan mata coklat hangat terlihat memimpin pasukan dengan menggunakan seragam putih bergaris biru dan emas. Mungkin dia yang namanya Néir.

Dia datang dengan wajah sedikit kesal bercampur lega. Sementara Kítrino sudah memasang senyum meminta maaf sejak melihat orang yang kemungkinan besar Néir itu dari ujung jalan. Kelompok pasukan itu langsung turun dari kuda - kuda mereka dan membungkuk di hadapan Kítrino segera setelah jarak mereka dengan Kítrino hanya terpaut 10 meter. Mereka membungkuk sekitar 15 detik lalu kembali menegakkan tubuh mereka.

Tanpa suara prajurit - prajurit pengawal berseragam putih bergaris biru itu menaiki kuda - kuda mereka dan berjalan mengelilingi kami. Hanya si pemimpin pasukan yang masih diam ditempatnya. Setelah dia memastikan seluruh anak buahnya sudah pada tempatnya, dia segera berbalik dan memimpin jalan menuju istana yang berada di utara kota. Semakin dekat dengan istana, semakin sering aku melihat anak - anak yang menggunakan tudung berwarna hijau. Terkadang mereka bersama seseorang yang menggunakan tudung berwarna ungu. Tidakkah mereka merasa aneh?

Aku terlalu tertarik untuk melihat sekelilingku sampai aku tidak sadar kalau sekarang kami sudah berada di depan tembok pelindung kota utara. Gerbang kayu ganda tertutup dengan rapat. Dua menara mengapit gerbang kayu itu dengan penjaga yang siap memanah di tiap – tiap jendela yang tersedia.

Seorang penjaga berseragam biru muda keluar dari menara. Dia segera membukakan pintu gerbang kayu coklat itu. Sebuah jembatan besar berada tepat di depan kami. Pintu gerbang utara dan kastil Estell terpisahkan jurang sejauh 100 meter dengan kedalaman sekitar 50 meter. Ditengah jembatan, terdapat gerbang yang terbuka lengkap dengan lubang – lubang pemanah.

Kastil utama Estell sudah terlihat. Kastil utama itu terlindung dengan susunan batu berwarna putih gading dengan banyak jendela berbentuk persegi panjang yang terlindungi bingkai besi dan beratapkan segitiga berwarna biru langit. Ada 4 menara raksasa berbentuk pentagon yang menjadi tiang – tiang pasak tembok luar kastil yang dibangun diatas batu – batu jurang yang kelewat besar sebagai pondasinya.

Elemetal ForéaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu