Bagian 2

12K 1.7K 254
                                    

"Tuan, jam 7 ini jangan lupa untuk bertemu dengan tuan Min Yoongi, tadi tunangan anda menelepon, saya sudah sampaikan kalau anda tidak bisa menemani nona Risu makan malam hari ini. Selesai makan malam, tuan diminta tuan besar untuk pulang ke rumah membahas kontrak" Luhan membacakan agenda Jimin. "Anda harus datang langsung ke rumah, tuan besar menunggu." Luhan menutup buku agenda hitam ditangannya dan tersenyum seperti meminta tanggapan Jimin.

"Ne..." jawab Jimin tanpa minat.

"Oh, pesan tuan besar, tolong berdandan seformal mungkin, tuan. Anda harus pulang ke apartemen jam 5 ini dan bersiap. Jangan sampai tuan Min membatalkan kontrak karena melihat penampilan anda yang tidak professional" tegas Luhan.

"Oke, apa lagi pesan Appa-ku?"

"Sampai sekarang masih itu saja." Luhan mengangguk puas karena Jimin seperti mengerti ucapannya. "Oh, Nona Risu bilang, tolong aktifkan nomer anda tuan" sambung Luhan.

"Kau tahu aku sibuk, kan? Itu gunanya kau jadi asistenku. Tolong urus Risu untukku" pesan Jimin.

"Maaf tuan, tapi di kontrak kerja, saya hanya bertugas mengurus keperluan anda, bukan calon istri anda" tegas Luhan.

Jimin mendengus dan tersenyum. Begitulah Luhan yang dikenalnya. Langsung pada intinya, tidak bertele-tele. Iya, maka iya, tidak, maka tidak.

"Kalau dia menghubungimu lagi, bilang aku masih bekerja" ucap Jimin.

"Ada lagi?" Luhan mencatat dibuku agenda.

"Itu saja. Terimakasih" ucap Jimin.

.

.

.

And then I met You

.

.

.

Jimin mematut dirinya dikaca sekali lagi, memastikan penampilannya terlihat formal dan professional. Diatas meja dekat kaca, sebuah map berwarna hitam dengan lambing perusahan sudah terletak, kontrak kerja yang akan Jimin bahas dengan Min Yoongi.

Saat Jimin mengingat lagi pertemuan dengan namja pucat itu, Jimin merasa dadanya sedikit berdebar aneh dan Jimin tidak bisa bohong kalau dia merasa gugup. Entah karena bisa saja Yoongi berubah pikiran dan tidak jadi menjalin kerja sama, atau karena dia terlalu excited saat menyadari dia akan bertemu lagi dengan namja pucat itu.

Jimin menggeleng, bukan saatnya untuk tidak bersikap professional. Dia menemui Yoongi untuk urusan bisnis, bukan makan malam romantic yang sering dilakukannya dengan Risu.

Jimin melirik ponselnya yang tidak menyala sejak semalam, diam-diam menghela nafas dan merampas ponsel dan map diatas meja, berlalu dari kamar.

Jimin sudah sampai di restoran yang berada di lantai teratas salah satu hotel ternama. Tidak sia-sia Jimin berdadan formal karena restoran yang di datangi Jimin adalah restoran kelas atas yang bahkan sebelum masuk kedalamnya harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Jimin melirik ke kiri dan kanan, saat matanya melihat Yoongi yang sedang menatap kearah kaca gedung, Jimin sedikit tergugup. Bahkan dari samping, pria pucat itu sangat menarik.

"Maaf aku terlambat tuan" Jimin membungkuk di depan Yoongi.

"Sudah aku bilang kalau aku akan menunggu, kan? Silahkan duduk" Yoongi mempersialhkan, sedikit senyum kecil tersungging dibibirnya.

"Terimakasih" Jimin menarik kursi didepan Yoongi, mendudukan diri senyaman mungkin dan sesekali melirik Yoongi yang lagi-lagi sudah memandangnya terang-terangan.

and then I met YouWhere stories live. Discover now