13 - Slowly Giving Up

18.3K 3.6K 17
                                    

Dalam peringkat hari-hari sialnya, mungkin hari ini bukanlah yang terburuk. Namun Arum merasa tak pernah senelangsa ini. Duduk sendiri di pojok sebuah gerai restoran waralaba yang menyajikan masakan Jepang, memandang gerombolan-gerombolan orang yang sedang menikmati makan siang sambil bercanda bersama teman-temannya. Bahkan Arum memandang penuh iri pada sekelompok remaja, atau mungkin mahasiswa, yang heboh memilih menu paket hemat, berdebat resek memperkarakan perbedaan harga yang tidak seberapa.

Uang di saku mereka mungkin tidak banyak, sehingga mereka harus berpikir keras dalam menentukan apakah memilih paket A atau B. Tetapi paling tidak mereka bahagia karena memiliki orang lain untuk berbagi. Seru-seruan bersama, juga gokil bersama. Arum menggelengkan kepalanya keras-keras, mengusir semua hal negatif yang hinggap di kepalanya. Beberapa kali dia menengok penanda waktu di layar HP-nya, menghitung-hitung dan mengira-ngira seberapa lama dia harus berada di luar toko. Arum tidak mau ketika kembali ke sana, Yusra masih bersama Hetty. Meskipun kemungkinan Yusra akan ingat padanya sangat kecil. Saat ini Arum membayangkan kalau semua perhatian Yusra hanya akan tercurah pada Hetty.

Namun selama-lamanya dia berada di tempat makan itu, ternyata hanya berlangsung selama tiga puluh menit. Merasa kelebihan waktu, Arum pun memilih mengitari mall itu. Memasuki toko demi toko, membeli beberapa produk tidak penting, hingga akhirnya dia memasuki toko buku. Cukup lama Arum menghabiskan waktu di antara buku-buku itu, sebelum akhirnya menenggelamkan diri pada rak khusus buku-buku fantasi. Arum mungkin memiliki selera yang cukup random pada bahan bacaan. Namun dia tak pernah menolak cerita fantasi yang cukup bagus.

Setelah merasa dia berada cukup lama di toko itu, Arum pun memutuskan ini saatnya kembali ke tempat kerja. Dengan gontai perempuan itu berjalan keluar. Ketika dia membuka HP untuk memesan taksi online, saat itulah dia mendapati kalau benda itu mati. Seketika Arum bengong dan mati gaya. Karena di zaman seperti sekarang, hidup sudah tidak mungkin terpisah dengan alat komunikasi satu ini. Bagaimana dia balik ke toko kalau dia tidak bisa order alat transportasi? Karena kalaupun ada taksi konvensional, Arum juga tidak tahu lagi bagaimana cara ordernya, dan di mana. Karena di sekeliling mall yang dia datangi ini sama sekali tidak terlihat mobil-mobil armada taksi yang biasanya dicat warna yang khas itu.

Akhirnya, dengan penuh emosi, Arum pun mencari angkutan umum. Dan Arum sudah tidak mau lagi kembali ke toko. Arum memilih jalur yang menuju ke komplek rumahnya. Saat ini tidak ada yang lebih baik selain pulang. Nanti dia akan bisa menghubungi toko melalui ponsel ibunya.

Persetan! Nelangsa itu pasti. Apalagi di saat seperti ini. Sepertinya terjadi persekongkolan besar menyangkut kesialannya hari ini sehingga kompak datang bersamaan. Menjalani hubungan pahit dengan Fares bahkan rasanya tidak sesakit ini. Lord! It happened again. Pretty bad this time ...

Ibunya tentu saja terkejut melihat kedatangan Arum di jam yang tidak biasanya.

"Kamu kenapa Rum?" tanya ibunya melihat wajah anaknya yang muram.

"Nggak enak body, Ma," jawab Arum asal.

"Tadi pulang sama siapa?" ibunya masih mengejarnya.

"Sendiri. Tadi Arum dari makan siang sama teman kuliah," dustanya. "Trus Arum nggak enak bodi. Mau balik ke toko udah males aja. Pas juga HP Arum habis batere. Mama bisa kan bantu teleponin toko, bilang kalau Arum gak balik ke toko dulu. Mau istirahat."

Biarin deh bohong, karena memang kondisi perasannya bener-bener tak karuan. Ibunya terlalu khawatir untuk menangkap sinyal dusta dari putri tunggalnya, sehingga mengiyakan tanpa bertanya-tanya lagi. Ibunya bahkan menyuruh Arum untuk segera beristirahat. Ha!

Ketika Arum muncul untuk makan malam bersama ayah ibunya, barulah dia bertanya. "Tadi Mama sudah telepon toko kan?"

"Sudah. Mama telepon langsung sama Yusra," jawab ibunya yang masih sibuk meladeni ayahnya.

Patissier & Chocolatier (TAMAT)Where stories live. Discover now