REVENGE-DEAL (Story of Richardson Alexander & Tanya Dominic) - Part 2

603 47 0
                                    

Detak jantungnya berdebar kencang dan kuat, sampai-sampai dia yakin Richard dapat mendengarnya. Pria itu hanya tersenyum miring, memberikan tatapan aneh yang membuatnya merasa jengah. Mereka sedang berada di rumah lelaki ini, jaraknya hampir satu jam lebih 30 menit dari kantornya. Rumah danau. Tidak tepat disebut rumah juga, lebih seperti pondok tapi pondok super lengkap dan super besar dengan perapian besar di ruang keluarga yang menghangatkan di kala dingin. Dibelakang pondok ini terdapat danau indah yang berseberangan dengan hutan pinus. Tanya awalnya tidak percaya bahwa orang semenyeramkan Richardson akan tinggal di rumah yang terkesan... hangat?

"Santai saja, Kau ingin minum?" Richard menoleh padanya, pria itu sedang menuangkan wine ke dalam dua buah gelas.

Tanya mencoba merilekskan dirinya, ia bersandar di badan sofa kemudian mulai menghitung terbalik dari seratus ke satu. 100 99 98 97.... 72 71...

"Sedang menghitung terbalik huh?" Tanya melotot tak percaya pada Richard yang entah sudah kapan duduk dengan kaki bersilang – kaki kirinya berada di atas kaki kanan- bagaimana bisa lelaki ini tahu?

Richard tersenyum miring melihat raut wajah perempuan di sampingnya ini, ia menyerhkan segelas wine padanya, "Minumlah." Pintanya yang terdengar seperti perintah. Lelaki itu menyesap anggurnya sambil menatap Tanya yang mau tidak mau menyesap anggurnya dari balik gelas. Matanya tajam memperhatikan leher wanita itu yang meneguk wine tersebut.

Tanpa sadar jemari Richard sudah singgah di leher putih sehalus sutra milik Tanya, membuat wanita itu tersedak anggur, wajahnya memerah menerima tatapan penuh gairah dari Richard yang seolah ingin memangsanya.

"Kulitmu sehalus sutra." Bisiknya, mata pria itu memperhatikan jemarinya yang terlihat gelap bila harus disandingkan dengan kulit seputih salju milik Tanya. Ia menggerakkan telunjuknya naik turun dengan lembut. Tanya tersedak nafasnya sendiri, ia merasakan gelenyar di bagian tubuh bagian bawahnya. Ia merapatkan pahanya, mencoba mengenyahkan gelenyar tersebut, hal itu tidak luput dari perhatian Richard, ia menarik sudut bibirnya ke atas.

"Apa kau sudah bergairah?" tanya Richard langsung, pria itu melarikan jemarinya ke arah tengkuk Tanya, memerangkap rambut wanita tersebut alam kungkungan jemarinya yang mengetat, membuat Tanya mendongakkan kepalanya,tak mampu menjawab pertanyaan retoris Richard. Nafas wanita itu memburu cepat saat lelaki itu mendekatkan wajahnya.

Richard meniupkan nafasnya ke mulut Tanya yang terbuka kecil, jemari kaki Tanya menekuk, kedua matanya menutup. Ia merasakan kecupan kecil bermain-main di pelipis dan kemudian di sekitar telinganya membuat perempuan itu menutup matanya semakin rapat. Jemarinya bahkan tidak mampu memegang gelas wine dengan benar sehingga ia menumpahkan isinya yang ia sesap hanya sedikit tadi.

Richard mengambil alih gelas wanita itu, meletakkannya di atas meja berdampingan dengan gelasnya. Bibirnya menjelajah wajah Tanya, menghidu aroma khas wanita itu. Lalu tanpa disangka, pria itu menggendong tubuh mungil Tanya, membopongnya lalu membawa Tanya menuju perapian besar yang menyala hangat. Richard membaringkan tubuh Tanya di karpet bulu domba yang membelai tubuh wanita itu dengan lembut, membawa kenyamanan yang ia butuhkan. Richard berdiri memperhatikan Tanya yang terbaring, membuka matanya sayu, terlihat sangat menggoda bagi dirinya. Ia membuka kemeja, melemparnya asal, kemudian membuka gasper celananya, membiarkan kancingnya terbuka, miliknya yang tampak mengeras masih terlindungi oleh tipisnya celana dalam pria itu. Tatapan Tanya mengikuti gerakan yang dilakukan pria itu, berhenti di gundukan tidak tahu malu yang terlihat angkuh bahkan ketika masih terbungkus, persis pemiliknya.

Richard menundukkan tubuhnya, mengungkung tubuh Tanya. Jemarinya bermain-main di rambut hitam wanita itu. Bibirnya mulai menjelajah lagi, membuat Tanya mendesah. Lidah pria itu menggoda bibir Tanya yang tertutup, sesekali giginya menggigit bibir wanita itu, yang pada akhirnya membiarkan lidah nakal Richard masuk dan menggoda lidahnya. Tangan Tanya menggapai leher Richard, mendorong pria itu untuk menciumnya lebih dalam yang dilaksanakan dengan senang hati oleh Richard. Menarik bibirnya dari manisnya bibir Tanya, Richard menatap gelap wajah Tanya yang memerah karena gairah. Wanita ini sudah ditangannya. Ia akan menikmati surga yang ditawarkan oleh wanita ini.

Jemarinya dengan lihai melepaskan dress putih sepanjang lutut yang dipakai Tanya, menyisakan pakaian dalam berwarna putih. Richard tersenyum mengejek, putih. Apakah wanita ini sepolos itu? Telunjuk pria itu menekan putingnya yang mengeras, membuat dirinya melenguh pelan, mengeluarkan gelora gairah yang menggebu di dalam tubuhnya. Ia melepas dengan perlahan bra putih yang dikenakan Tanya.

Richard ingin bermain sedikit lebih lama sebelum ia memakan hidangan utamanya. Jemarinya yang terasa kasar di kulit sehalus sutra milik Tanya, menjelajah turun, menangkup segitiga privat wanita itu. Sentakan itu membuat Tanya menggelinjang tidak nyaman, matanya semakin terpejam erat. Ia sungguh tidak tahan. Bagaimana bisa tubuhnya bereaksi seperti seorang pelacur? Bergairah akan sentuhan pria yang bukan suaminya. Apakah ia sama buruknya dengan John,suaminya, dan Elisabeth, ibu tirinya itu? Dapat melemparkan tubuh kepada siapa saja? Pikiran itu membuatnya merasa rendah diri dan malu. Tubuhnya menegang. Richard mengangkat kepalanya dari dua payudara yang tadi ia cium dan hidu aromanya.

"Apa yang kau pikirkan?" suaranya serak akan gairah, ia tidak menyukai bila wanita ini memikirkan hal lain saat bersamanya, saat ia sedang menikmati tubuhnya.

Tanya membuka matanya, menatap manik coklat yang berkabut itu. "Aku... John..." bisikannya yang acak membuat Richard mengeraskan rahangnya.

"Jangan pikirkan dia saat kau bersamaku. Kau harus membayar jasaku dengan melayani dan menyenangkan aku. Aku tidak suka kau memikirkan lelaki lain." suara Richard terdengar dingin, meremangkan rambut-rambut halus di sekitar lengan wanita itu.

"Atau kau ingin tahu seberapa hebat diriku? Sekali kau merasakanku, kau tidak akan mengingat bedebah itu lagi." Belum sepenuhnya paham akan maksud Richard, Tanya sudah dibuat terkesiap saat lelaki itu menuruni tubuhnya, tangannya merobek kasar celana dalam putih polos miliknya, helaan nafas hangatnya menerpa Tanya di bawah sana.

"Apa yang kau lakukan? Ahh! " lirihnya tercekat, matanya memejam erat tatkala merasakan jilatan rakus lidah Richard. Tanpa sadar jemarinya merangkum rambut lebat lelaki itu, meremasnya kuat.

Richard semakin menjadi, lidahnya mengobrak-abrik pertahanan Tanya, satu jarinya ikut memasuki relung panas tersebut, kemudian dua, dan satu jari lagi menyusul kemudian, keluar masuk dan memompa milik Tanya intens.

"Ya Tuhan!! Ohh!!" jerit Tanya ketika pelepasannya tiba. Matanya terbuka dan menatap tidak focus, nafasnya tersenggal-senggal. Sungguh puncak yang luar biasa, hanya dengan mulut dan jemari. Ia menundukkan tatapannya, beradu dengan sepasang manik yang membalasnya nyalang. Richard memberikan kecupan ringan di milik Tanya membuat wanita itu tanpa sadar menaikkan pinggulnya menyambut kecupan Richard.

"Apa dia tidak pernah menciummu di sini?" satu kecupan ia sematkan sekali lagi di segitiga privat milik Tanya, refleks perempuan itu menggeleng, menjawab pertanyaan Richard.

"Ah... sayang sekali." Kekehnya penuh ironi, "Kau terasa sangat nikmat, dasar lelaki bodoh." Richard menaikkan tubuhnya sejajar dengan Tanya, melingkupi tubuh polos perempuan itu. Nafas Tanya kembali menderu kencang, detak jantungnya yang memompa kuat memukul rongga dadanya hingga terasa oleh dada telanjang Richard.

Richard mengelus salah satu sisi wajah Tanya, jemarinya mengelus permukaan bibir Tanya yang membengkak, "Aku akan memberimu kenikmatan yang tak pernah kau duga sebelumnya, dan aku juga akan mengajarimu bagaimana caranya memuaskan diriku entah itu dengan jemari halusmu, bibir dan mulut mungilmu, payudaramu atau... milikmu yang berkedut basah di bawah sana." Bisiknya parau akan gairah. Tanya memerah mendengar ucapan vulgar Richard tapi anehnya, miliknya malah terasa berkedut seolah menyetujui pernyataan Richard.

"Kita mulai dari mana huh?"

Tanya menatap tak mengerti pada Richard.

"Answer me, which one first?"

"My mouth." Richard tersenyum miring menatap Tanya yang terkejut dengan ucapannya sendiri.

.

.

.

.

.

wanna know more? Tunggu tanggal mainnya. hahaha.. betewe ini sneak peek yooo~ don't wish too much ...

xoxo

Sneak Peek Of D'FamilyWhere stories live. Discover now