REVENGE - DEAL (Story of Richardson Alexander & Tanya Dominic) - Part 1

1.8K 101 5
                                    

Tatapan matanya yang setajam elang membuat perempuan yang berdiri di hadapannya merasa risih dan bergerak gelisah. Kaki perempuan itu ia ketukkan dua kali untuk mengurangi rasa gugup yang melanda dirinya. Tarik nafas, hembuskan. Dia lakukan itu berulang kali dan hal tersebut tidak luput dari perhatian sang pria yang tampak begitu menikmati rasa gugup sang wanita. Ia bahkan menyunggingkan senyuman samar yang terlewat oleh perempuan itu karena sibuk menenangkan debaran jantungnya.

"Apa kau akan berdiri saja di sana?" suara beratnya mengalun membuat perempuan itu tersentak dan mengedipkan mata terkejut.

Ah, manis sekali. Polos dan rapuh. Pikir si pria.

"Maaf..." bisikan lirih itu membuat rambut di belakang sang pria berdiri, meremangkan gairah yang tiba-tiba tersulut.

"Duduklah." Ucapnya dengan suara yang semakin parau, ia menunjuk sebuah sofa panjang kemudian bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan menuju sofa yang ia tunjuk tadi.

"Apa yang kau tunggu?" Ia bertanya ketika perempuan tersebut masih berdiri bagai patung cantik.

Bergegas perempuan tersebut mengambil tempat di ujung sofa yang di tempati oleh sang pria, tidak ingin menyulut amarahnya.

"Sampai kapan aku harus menunggumu menyatakan maksud dan tujuanmu datang menemuiku, Nyonya Tanya Dominic? Atau haruskah ku panggil Ny. Tanya Clark?" sang pria mulai kesal dengan diamnya perempuan itu.

Perempuan yang dipanggil Tanya tersebut mendongakkan kepalanya, menatap tepat di manik coklat gelap yang balas menatap manik abu-abunya dalam. Ia memikirkan kembali alasannya menemui pria arogan ini, menimbang apakah ia melakukan hal yang tepat atau malah sebaliknya. Pria ini sungguh luar biasa menakutkan. Bukan, dia bukan pria dengan tampang mengerikan, sebaliknya ia sangat tampan, rambut pirang gelapnya disisir rapi ke belakang, manik coklatnya akan sangat indah bila ia tidak memberikan tatapan tajam seperti yang selalu ia lakukan, rambut-rambut di sekitar rahang dan dagunya membuat tampilannya semakin maskulin. Dia adalah lelaki paling tampan yang pernah seorang Tanya lihat. Namun, aura mengintimidasi yang menguar kuat dari tubuh sang pria tersebut membuatnya menjadi sosok paling menakutkan yang pernah ia temui. Lelaki ini kuat dan tak terkalahkan, ayahnya dulu pernah bilang bahwa Richardson Alexander merupakan salah satu orang yang dihormatinya walau pria tersebut jauh lebih muda dari ayahnya, dia hebat dalam bisnisnya dan tidak ada yang berani berbuat macam-macam padanya, karena ia tidak akan segan-segan mengahabisi mereka. Kala itu Tanya bergidik ngeri mendengar nada bangga pada suara ayahnya. Mengerikan, Ia tidak akan mau berurusan dengan pria itu, walau hanya secuil pikirnya. Tetapi lihatlah dia sekarang, duduk bagai kucing kecil basah yang menggigil di depan pria itu, menggigil dan butuh pertolongannya. Sekarang atau tidak sama sekali...

"Aku membutuhkan bantuan darimu Mr.Richardson." ucapnya dalam satu tarikan nafas sebelum keberaniannya menghilang.

Richard menaikkan salah satu alisnya, meneliti wajah cantik di hadapannya. Tanya Dominic, cantik dan mungil, bola matanya yang berwarna abu-abu merupakan daya tarik yang memikatnya sejak awal ia melihat wanita ini dua tahun yang lalu. Tubuhnya yang mungil meneriakkan kata rapuh, namun mata perempuan ini menyisipkan rasa tak kenal takut dan keberanian yang kuat. Tapi lihat saat ini mata tersebut tidak menyiratkan percaya diri, ia takut... akan dirinyakah?

"Aku pikir kau sudah tahu apa yang terjadi pada keluargaku?" lanjut Tanya, ia menatap gugup Richard yang tak menampilkan reaksi apa pun saat dia meminta pertolongannya.

"Hm."

"Aku tidak tahu harus datang kepada siapa, kemudian aku teringat ketika di rumah sakit kau pernah bilang aku bisa datang padamu jika perlu... aku tidak bisa seperti ini Mr. Richardson, aku harus membalas mereka! Dan merebut apa yang mereka curi dari kami!"

Richard tersenyum sekilas, itu dia! tatapan mata itu muncul walau sedikit. Perempuan ini ternyata tidak banyak berubah.

"Aku tidak memberikan bantuan secara Cuma-Cuma, tidak ada yang gratis di dunia ini."

Tanya menatap bingung Richard, "Aku akan membayarnya bila perusahaan ayahku sudah kembali, kalau perlu semuanya untukmu juga tidak masalah bagiku."

Richard terkekeh kecil, kekehan yang menakutkan membuat Tanya mengerut.

"Aku tidak butuh uangmu, yang aku inginkan adalah pelayanan darimu." Suara pria itu terdengar santai, namun tatapan matanya tidak bisa menutupi bara gairah yang menggeliat.

"Apa maksudmu? Kau ingin aku menjadi pelayanmu?" Tanya semakin bingung. Ia tidak ingin menduga-duga.

Richard tertawa sumbang kemudian berkata dengan nada berat, "Terserah kau menyebutnya apa, pelayan atau yang lain, bukan masalah bagiku. Tapi layanan yang aku maksud bukanlah layanan bersih-bersih. Aku menginginkan dirimu untuk memuaskan hasrat dan gairahku dimana pun aku menginginkannya."

Tanya menatap tidak percaya, percikan amarah terlihat jelas di matanya, membuat Richard terseyum miring. Apa pria itu mengejeknya?!

"Saya bukan wanita murahan! Saya wanita terhormat dari keluarga baik-baik!"

"Terserah, itu harga yang kutawarkan. You can take it or leave it." Balas pria itu sambil bersedekap, tidak tersulut suara tinggi Tanya.

Tanya menggigit bibir bawahnya kuat, menahan teriakan makian yang ingin ia lontarkan untuk pria arogan yang duduk bersandar dengan santainya di hadapannya ini. Tanya mengepalkan erat jemarinya. Pria ini tidak akan menolongnya, ucapannya kala itu hanya omong kosong! Bedebah! Pria berengsek!!

Tanya berdiri kemudian menatap Richard yang menaikkan pandangannya menatap manik abu milik Tanya yang berkilat. Menaikkan dagunya, ia berkata, "Aku tidak akan menjual diri padamu, aku bukan wanita murahan!" dengan masih menaikkan dagunya, ia berjalan meninggalkan pria ini.

"Hanya aku yang bisa menolongmu, kau datang padaku karena merasa sangat putus asa bukan? Aku akan membalas apa yang mereka lakukan padamu dan ayahmu, membuat mereka menyesal telah lahir ke dunia ini."

Tanya berhenti, tubuhya menegang mendengar untaian kata Richard yang mengalun di telinganya.

"Ingat apa yang telah mereka lakukan padamu, bagaimana mereka menghancurkan dirimu, ayahmu, keluargamu. Ingatlah apa yang dilakukan ibu tiri dan suamimu kepadamu... Aku akan membalas mereka untuk dirimu, Tanya..."

Jemari Tanya menggenggam erat gagang pintu, bayangan apa yang terjadi dalam hidupnya membuat dadanya sesak oleh rasa sakit. Suami dan Ibu tirinya. Tanya menarik nafas dalam mencoba menahan sesak yang ia rasakan.

"Datanglah padaku dan dendammu akan terbalas..."

Tanya menolehkan kepalanya, menatap Richard yang sudah berdiri tidak jauh darinya, menatap dirinya penuh arti. Keraguan masih bercokol di kepalanya, kemudian pria itu mengulurkan jemarinya kepada Tanya.

"Aku akan membalas rasa sakitmu..."

Satu tetes air matanya mengalir turun, ia meraih jemari Richardson Alexander.

.

.

.

.

.


tbc...

Sneak Peek Of D'FamilyWhere stories live. Discover now