Trip

381 34 3
                                    



"Apa?! Kenapa mendadak? Dan kenapa ada yang hanya berdua?" tanya Jin selaku yang paling tua. "Tenanglah, hyung! Lagipula kita akan diawasi" ucap pemuda berlesung pipi dari BTS. "Tapi, Apa tidak masalah? Kita akan pergi ke empat tempat yang berbeda dan itu tidak di Korea," tanya Joshua dengan tenang walau terselip nada khawatir. "Tidak! Seperti kata Namjoon-hyung tadi, tetap akan ada yang mengawasi" tegas S.coups. "BigHit dan Pledis sengaja bekerja sama untuk memberikan liburan kepada kita sekaligus mempererat tali persahabatan," jelas Jeonghan. Mereka pun mengangguk setuju. Lagipula, sudah lama mereka tidak liburan. Mengingat jadwal yang cukup padat, membuat para member terlalu fokus pada pekerjaan dan melupakan hal-hal lain. Dunia idol cukup mengekang kalau boleh mereka jujur.

Kelompok ditentukan dengan undian yang sudah dibuat dan ditentukkan oleh para staff. Kelompok pertama dengan tujuan Jepang adalah S.coups, Mingyu, Hoshi, Dk, Jungkook, dan Jin. Kelompok kedua dengan tujuan Indonesia adalah Rap Monster, Jimin, Seungkwan, Wonwoo, Joshua, Dino. Kelompok ketiga dengan tujuan Hongkong adalah Jeonghan, Jun, The8, Vernon, V, dan J-hope. Kelompok terakhir dengan tujuan Singapura adalah Suga dan Woozi. "Kita akan berangkat besok!" ucap RM. "Jangan sampai terlambat dan jangan ada barang yang tertinggal" S.coups memperingatkan. "Mengapa hanya berdua?" tanya yang terpendek di sana ragu-ragu. Seketika rasa takut itu kembali muncul saat mengingat kejadian tadi. "Aku akan menjagamu!" menyadari ketakutan itu, pemuda bekulit pucat lainnya berseru singkat. Seluruh anggota di sana menoleh kaget ke arahnya. Tatapan-tatapan itu menuntut penjelasan. "Bukankah kalian tidak pernah akur?" tanya Seungkwan curiga. Suga hanya mengedikan bahu acuh.

Flashback On...

Seorang pemuda sedang berkutat dengan komputernya. Ia mencari melodi yang tepat untuk comeback grupnya bulan depan. Entah mengapa, dua hari ini belum ada satu pun lagu yang bisa ia ciptakan. Bahkan ide untuk membuat lirik pun tidak ada. "Jihoon hyung... Jisoo hyung mencarimu..." teriak seorang namja dengan mata sipit dari depan pintu. "Tunggu Minghao!" Ia langsung beranjak pergi.

Di ruang tamu, Jisoo alias Joshua sudah menunggu. "Ada apa hyung?" tanya Woozi yang sudah berada di depannya. "Tolong belanja untuk keperluan mingguan! Sekalian kau mencari inspirasi untuk lagumu" ujar pemuda berwajah kalem itu sambil memberi daftar belanjaan dan sebuah credit card. Sebuah anggukan sebagai jawaban yang diterimanya. Produser muda itu juga sudah merasa suntuk berada di sana. Sudah dua hari ia tidak keluar dari ruangan itu. Untuk makan pun ia sudah menyimpan ramen dan kopi. Hal itu membuat teman-teman se-grupnya khawatir. Hal itu pula yang memberi Joshua ide untuk menyuruhnya berbelanja. Ia bergegas mengambil jaket dan sepatunya. Tanpa sengaja matanya menangkap sebuah pesan yang berada di bagian bawah daftar belanjaan itu. "Ps: Jangan pulang sebelum kau makan!". Ujung bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyum kecil terukir di wajah datar itu.

Cukup berputar mencari semua yang diperlukan. Tinggal satu benda lagi yang merupakan kebutuhan pribadinya. Parfum. Setelah beberapa menit berkelana, akhirnya parfum itu ditemukan. Saat hampir menyentuh botol parfum itu, ada tangan yang lebih dulu merebutnya. Orang itu memilki kulit putih pucat seperti dirinya, wajahnya pun bisa dikatakan sedikit mirip. Hanya saja Woozi lebih pendek 12 cm. "Hey! Aku yang menemukannya duluan!" protesnya tak terima. Itu adalah stok terakhir yang ada di sana. "Tapi, aku yang mengambilnya duluan!" jawab yang lainnya santai dan menurunkan masker yang dikenakannya ke dagu. "Yoongi-sunbae..." gumam Woozi tak percaya jika orang yang berada di depannya adalah salah satu seniornya. "Ini pertama kali ada junior yang memanggilku Yoongi!" jawabnya datar. Sebenarnya wajah mereka sama-sama datar. Hanya saja tertutup oleh masker dan topi yang mereka kenakan. "Maafkan aku, Suga-sunbae..." ucapnya sambil membungkukkan badan 90°. "Yoongi-Hyung! Panggil nama asliku" jelas Suga singkat. "Apa dia hanya punya sedikit kosa kata saja?" rutuk pemuda mungil itu dalam hati, tidak sadar bahwa dirinya tak jauh berbeda. Jika sampai ada fans yang melihat maka mereka berdua akan habis menjadi bahan pembicaraan. "Bolehkah aku meminta parfum itu, Hyung? Stokku sudah benar-benar habis" pinta yang lebih muda dengan sopan. Tidak mungkin ia menunjukan rasa ketidaksukaannya secara gamblang. Itu hanya akan membuat citranya jelek. "Tidak!" tolak Suga santai. Jawaban itu membuat kesabarannya menipis. Wajah putihnya sudah memerah menahan amarah. Tanpa aba-aba ia pun berusaha merebut parfum itu. Suga yang tidak terima mencoba menariknya kembali. Terjadilah aksi rebut merebut sebotol parfum. Sepertinya takdir tak berpihak pada siapapun. Tanpa sengaja, benda itu terlepas dan jatuh ke lantai. Semua mata langsung tertuju pada mereka. Mengetahui siapa yang ada di sana, para pengunjung langsung memfoto dan mengerumuni kedua idol tersebut. "Bukankah itu Suga dan Woozi?", "Sedang apa mereka?", "Apakah mereka bertengkar?". Kira-kira itulah bisikan-bisikan yang dapat mereka tangkap. Melihat keadaan yang mulai memburuk, Rapper dari BTS itu merangkul Woozi sambil mencoba mengalihkan perhatian, "Mianhae Jihoon-ah... Ayo kita ke kasir! Aku akan menggantinya". Kedua produser itu beranjak menuju kasir dan membayar ganti rugi sekaligus barang belanjaan mereka.

Tanpa disadari mereka pergi bersama ke sebuah café yang agak sepi di dekat sana. Setelah memesan makanan, dua pasang mata tajam itu bertemu. Baik Suga maupun Woozi baru sadar bahwa mereka duduk di satu meja. "Mengapa kau duduk di sini?" tanya Suga sinis. "Bukankah hyung yang menarikku?" jawabnya tak kalah sinis. Tak lama pesanan kedua pemuda itu tiba, dan ternyata merupakan menu yang sama. "Kenapa kau selalu mengikutiku?" ucap Woozi sembari memutar bola matanya malas. "Bukan aku tapi kau!" ia menunjuk wajah Woozi. Tak ingin berdebat terlalu lama, mereka pun makan dalam diam. Meja itu diselimuti aura dingin dan mencekam.

Setelah hari itu, entah mengapa, mereka menjadi lebih sering bertemu. Namun, tak ada satupun yang mau memulai pembicaraan. Ketika berbicara pun, hanya ada pertengkaran dan kalimat-kalimat sinis yang dikeluarkan. Selebihnya mereka hanya akan membuang muka dan memberikan tatapan sinis.

Flashback Off

Keesokan paginya, semua anggota berangkat sesuai jadwal yang ditentukan. Woozi dan Suga berangkat paling terakhir. Saat ini mereka tengah berada di ruang tunggu bandara. Tiba-tiba seorang pria yang memakai jaket serta topi hitam lewat di depan mereka. Seakan trauma dengan kejadian sebelumnya, leader dari vocal team Seventeen ini langsung bergetar ketakutan. Ia memeluk lengan partner perjalanannya dan menyembunyikan wajahnya di sana. "Kau kenapa?" tanya Suga menyadari jika tubuh pemuda yang lebih muda tiga tahun darinya itu bergetar ketakutan. Bukannya menjawab, ia malah menutup matanya dan makin bersembunyi di balik tubuh Suga. "Diberitahukan kepada seluruh penumpang pesawat **** dengan tujuan Singapura, diharapkan untuk segera naik ke pesawat sekarang juga," suara itu langsung menyadarkan pemuda mungil itu. "Ayo!" ajak yang lebih kecil tergesa-gesa. Sebenarnya ia masih bingung dengan perubahan sikap Woozi, namun ia menghiraukannya dan langsung menuju pintu masuk pesawat.

Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka tiba di sebuah hotel yang sudah disiapkan oleh staff yang bertugas sebelumnya. Suga dan Woozi merapikan barang bawaan mereka dan juga membersihkan diri. Kini keduanya tengah berada di kasur masing-masing. Perasaan gusar masih mengganggu pelantun lagu Simple itu. "Kemana staff yang harusnya mengawasi kita?" tanya Woozi. "Entahlah!" jawabnya tak peduli. Pemuda dengan senyum gusi itu sudah terlalu lelah dengan perjalanan yang mereka tempuh. "Ayo tidur!" Suga sudah memejamkan matanya. Mau tak mau ia pun ikut menyusul ke alam mimpi. Mencoba menghilangkan kecamuk dalam hatinya.

Ada yang aneh pagi ini...


To be continued...

Sorry for all the mistakes...

We Are FamilyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora