Lelaki Hidung Belang

31 3 1
                                    

Lirikan matanya membuat semua orang terpana. Gadis kampungan berambut pirang ini menyihir seluruh karyawan kantor. Penampilanya sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Dia datang membawa tas merah yang ditenteng sambil berjalan menuju singgasananya. Belum lama ini gadis kampungan yang bernama lengkap Sheila Rahmawati diangkat menjadi Supervisor Marketing. Wajahnya tampak bersemangat untuk memulai seluruh aktivitas pekerjaan yang akan dia lakukan.

Terlihat tumpukan kertas menggunung di atas meja. Setiap hari Sheila harus mendata para rentenir jalanan. Merekalah yang menjadi tonggak utama dalam bisnis ini. Semakin banyak relasi yang dia dapatkan, maka semakin banyak pula keuntunganya. Terkadang Sheila harus menyelesaikan pekerjaanya sampai larut malam. Kini wajah kampunganya sudah berubah. Setiap hari Sheila memakai make-up dengan harga yang cukup mahal. Semenjak dia diangkat menjadi Supervisor Marketing, perilaku Sheila sedikit ada yang berubah. Saat itu gue gak sengaja ketemu Sheila di sebuah Cafetaria. Mata gue terbelalak melihat penampilanya. Baru kali ini Sheila memakai pakaian seketat ini. Seluruh lekuk tubuhnya kelihatan dengan jelas. Gue sebagai alumni pondok pesantren merasa jijik kalau melihatnya terus-terusan.

Gue langsung menyapanya sambil berjabat tangan. Sheila memberikan senyuman termanisnya kepada gue. Jantung gue tiba-tiba berdegup kencang. Pandangan mata Sheila terlihat kabur ketika asap putih mengepuli wajahnya. Seorang laki-laki bertubuh kekar menghampirinya. Pertemuan gue dengan Sheila berlangsung sangat singkat. Gue duduk di sudut cafe paling pojok sambil melihat Sheila yang tengah sibuk berduaan dengan laki-laki tadi.

Gue hanya bisa memandang Sheila dari kejauhan. Terlihat laki-laki ini tanpa ada rasa malu memeluk tubuh Sheila. Melihat kejadian ini hatiku seakan hancur berkeping-keping. Raut wajah Sheila tampak tidak nyaman dengan perbuatan laki-laki ini. Gue semakin penasaran dengan laki-laki ini. Setelah sampai di rumah gue langsung menelpon Sheila.

"Siapa laki-laki yang memeluk kamu, Shel?" tanya gue tanpa basa-basi

"Laki-laki yang mana, Mas Tosa?" Sheila balik bertanya

"Laki-laki yang duduk sama kamu di Cafetaria."

"Ouh, Dia itu Bos gue, Mas."

"Kurang ajar Bos kamu!"

"Biarin aja, Mas. Gue sebenarnya sudah gak betah kerja disitu."

Andai saja laki-laki itu bukan Bosnya Sheila. Mungkin sudah gue tonjok semalem. Gak tahu kenapa tiba-tiba perasaan gue sedikit ada yang mengganjal. Setahu gue, Sheila itu orangnya baik dan alim. Tapi, kenapa penampilanya sekarang sudah berubah. Apakah semua yang dia lakukan karena disuruh oleh Bosnya?. Sebenarnya sejak kemarin gue pingin bicara empat mata kepadanya. Tapi, sayang Sheila terlalu sibuk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 31, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gembel BerdasiWhere stories live. Discover now