✧17-end✧

1.7K 237 7
                                    

Hey, Mark.

Gue tau ini alay pake surat-suratan segala. Tapi gue bikin beginian karena gue gak sanggup ngomong langsung sama lo. Dan ponsel lo masih rusak gara-gara kemaren kehujanan bareng kan?

Maaf, belum bisa bales pertanyaan dengan jawaban 'iya'. Gue gamau ngecewain mama. Gue mau fokus belajar dulu, dan akhir-akhir ini gue harus serius buat lomba. Lo harusnya juga gitu kan biar bisa ngalahin gue?

Honestly there's a feel same like you felt. Tapi gue gak bisa ngungkapin ini ke lo. Gak keren banget ya gue.

Untuk sementara ini pendam dulu perasaan kita masing-masing. Toh, hidup bukan cuma buat cinta-pacaran doang kan? Kita juga harus mikirin masa depan. Ntar kalo udah gede baru boleh anu wkwkwk.

Niatnya pengen serius jatuhnya malah gini haduh.

Maaf bikin mata lo pusing karena baca surat yang panjang pake banget dari gue.

Satu hal lagi, habis lomba renang nanti, gue gak bisa sering ketemu lo lagi. Gue bakalan pindah sekolah ke luar negeri, karena papa gue yang awalnya tugas luar kota dan pulang dua minggu sekali. Sekarang papa ada tugas ke sana. Nanti kalo sempet lo bisa ngomong sama papa alias calon mertua ehe.

Entah mama masih gak terima ada lo di hidup gue. Sabar aja ya gue juga bingung mau gimana lagi.

Pesan gue, baik-baik sama Koeun. Kenali dia seperti biasanya. Juga jangan jealous or envy sama Guanlin. Karena dia cuma temen gue.

Lo juga temen gue, tapi beda pokonya.

'Cause you'll be someone special on my life and my heart.

Ps: jangan lupa kaos merah lo masih ada di gue.

Sincerely, Jany.

🏊🏊🏊

AUTHOR POV

"Mark!" panggil Somi pada cowok jangkung di seberang kelasnya.

Yang merasa namanya dipanggil menoleh. "Ada apa?"

"Ini surat dari Jany buat lo," ujarnya sambil menyodorkan sepucuk surat berwarna hijau  pastel ke arah Mark.

"Sebenernya surat ini udah lama. Tapi baru disampein sekarang. Gue kelupaan naruh ini dimana, dan baru ketemu. Maaf," lanjutnya dengan nada bersalah.

Seminggu pasca lomba renang usai diadakan. Jany tidak pernah terlihat lagi batang hidungnya. Semenjak waktu lomba pun begitu, hanya diam tanpa banyak bicara. Sesekali melempar senyum meski terlihat canggung.

Mark merobek ujung amplop surat, lalu membacanya perlahan.

Sedetik usai membaca isi surat, dia mulai memahami apa yang terjadi belakangan ini. Jany sudah pergi keluar negeri. Meski telah pamit, namun tentu saja Mark tidak mengetahuinya.

Dia, telah terlambat.

Bahkan belum ada salam perpisahan untuknya. Tak ada obrolan sampah di akhir pertemuan mereka.

Masalah lomba sekarang tidak penting lagi untuk saat ini. Tetapi asal kalian tahu, Mark rela mengalah demi Jany memenangkan lomba.

Hanya semata-mata untuk itu.

Ponsel Jany tak pernah aktif lagi setelah kejadian pasca usai lomba. Tak ada komunikasi yang jelas antara mereka berdua.

Sekarang yang hanya bisa Mark lakukan adalah menunggu sampai gadis yang tanpa sengaja memakai kaos merahnya, kembali.

THE END ⊱

a/n:
alay anjir knp endingnya jadi gini haduh

¡t-shirt。mark lee! ☑Where stories live. Discover now