chapter 1

12.3K 664 91
                                        





Gelap, hening, kosong…

Begitu yang ia rasakan saat malam mulai memeluk tubuhnya…

Menjalani hidup dengan bayangan ketakutan, teriakan mencekam tanpa sumber yang nyata. Hanya sebuah kenangan pahit sebagai sisa memori di masa lalu yang sukses mendominasi hampir sebagian pikirannya.

jauhi mereka, jangan terlibat dengan mereka, dan kau akan selamat dalam menjalani kehidupan ini

Seuntai kalimat samar, sebagai pesan terakhir dari satu-satunya sandaran hidup, dijadikan prinsip… mencoba menelan duka, dan memicingkan mata untuk gemerlapnya dunia.

 

Ini kali keseribunya jaehyun mengeluh. Apa-apaan ini? dosen macam apa Kim sonsengnim itu sampai dengan suka hati memberinya hukuman membuat essay 100 lembar. Alih-alih dia ketik dengan komputer, ini tidak. Jaehyun harus mengandalkan tangannya sendiri untuk menggenggam pena dan menyalin huruf-demi huruf di lembar yang ke 78 ini.

Hari sudah semakin sore, dan waktu yang diberikan Kim sonsengnim padanya untuk menyelesaikan essay ini tinggal setengah jam lagi. Tahu begini, jaehyun tidak akan menyepelekan tugas dari dosennya itu, hingga dia satu-satunya Mahasiswa yang diberikan “hadiah” berupa siksaan ini.

Perputskaan juga sudah mulai sepi. Dan dia lihat penjaga perpusatakaan sudah gelisah dari tadi, menatapnya dengan tajam sebagai isyarat terpendam agar jaehyun angkat kaki dari tempat ini.

Tapi tidak, dibandingkan dengan penjaga perpustakaan, jaehyun lebih takut pada Kim sonsengnim. Jaehyun tidak mungkin mencari masalah di tahun ketiganya di kampus ini.

“Seamat pagi Park sonsengnim...” jaehyun mendengar suara lembut dan sangat halus dari arah belakangnya, tepatnya di meja penjaga perpustakaan.

Tidak bermaksud mengabaikan tugasnya, jaehyun hanya penasaran dengan pendengarannya, bagaimana mungkin ada suara selembut itu mengalahkan suara semut.

Baiklah, jaehyun hanya bercanda, dia tidak pernah mendengar suara semut, siapapun pasti belum pernah. Ini karena dia tidak punya objek perbandingan yang lain.

“mari kita lihat, siapa yang akan mengunjungi perpustakaan saat tempat ini sudah betul-betul sepi, kalau bukan Doyoung-shii, kau ingin mengembalikan buku?”balas si nona penjaga perpustakaan itu. Suaranya yang melengking sungguh berbanding 180 derajat dengan sosok yang berdiri membelakangi jaehyun itu.

“ya, sonseng-nim”ucap laki-laki yang dipanggil Doyoung oleh nona penjaga perpustakaan. Pendengaran jaehyun tidak salah, mungkin laki-laki ini terlalu sayang dengan pita suaranya sampai ia menghemat suara indahnya.

“kembalikan saja di rak semula”

“baik sonsengnim”

Jaehyun menantikan saat-saat di mana laki-laki itu menoleh. Sayangnya, saat kesempatan itu tiba, jaehyun bahkan tidak sepenuhnya melihat wajahnya. Syal yang ia kenakan begitu tebal, menutupi hingga puncak hidungnya, belum lagi poninya yang panjang menutupi sebagian wajahnya, dan terakhir, ia menunduk. Dan satu-satunya cara agar Jaehyun bisa melihat wajahnya adalah dengan melompat dan tiarap di kakinya. Atau Jaehyun akan mengambil resiko dikatai laki-laki mesum dengan cara menarik syalnya hingga terlepas, memegang kedua pipinya agar jaehyun bisa melihat wajahnya.

Cukup… Jaehyun yakin Kim sonsengnim akan memenggal kepalanya saat dia mengabaikan tugas yang diberikannya untuk jaehyun.

Baru menulis 5 huruf, jaehyun dikejutkan dengan suara buku-buku berjatuhan. Awalnya dia berniat tidak peduli, tapi… suara itu terdengar dari rak ujung tempat laki-laki aneh tadi mengatur buku.

Another chance (JAEDO Ver.)Where stories live. Discover now