I'm with the Monster (A Story About a Stranger Footbaler)

Prologue : The Fresh Debut Player Named Masaki

Who am I ? (Puisi karya Masaki)

Seperti apa dunia itu ?

Seperti apa keluargaku ?

Seperti apa sahabat itu ?

Dan seperti apa aku sekarang ini ?

Akankah ada yang berubah atau tidak sama seperti dulu ?

Sudah berapa lama aku tinggalkan Jepang ?

Yang paling aku penasaran, dimana aku ?

Dan siapakah yang menemaniku ?

Aku... aku ini siapa?

Dan dimana aku berasal ?

Hanya Tuhan yang bisa menjawabnya.

Saitama, 15 Mei 2015; M.J.

° ° ° °

29 Agustus 2015; Hari Debut di Tim Senior.

Aku mulai menutup buku catatan yang sudah aku tulis lalu kusimpan di dalam tas dan berjalan menuju bus tim yang aku tumpangi ke Saitama Stadium, dimana hari ini aku menjalani debut internasional di tim nasional senior setelah penampilanku dipuji manajer Teguramori saat aku membela tim U-23. Tidak lupa aku membawa kunci rumah lamaku yang kujadikan sebagai bandul kalung di leherku sejak aku diberikan ini oleh opsir Iketani waktu aku mulai balik ke Inggris setelah masa peminjamanku habis di Urawa Reds supaya tidak hilang pas dibawa. Ini adalah satu-satunya harta penginggalan keluargaku, yang pada hari itu tewas tertembak oleh pamanku yang ternyata adalah seorang pembunuh tidak tahu diri dan tanpa rasa bersalah. Aku terus mengenggam kunci dengan kedua tanganku sambil berdoa kepada Tuhan agar aku bisa tampil maksimal pada pertandingan kali ini, aku juga berdoa pada orang tuaku, kak Shun, dan juga keluargaku agar aku bisa tenangkan diriku untuk fokus pada pertandingan di debutku nanti.

Aku jadi ingat tentang kejadian pada tahun lalu, dimana semua rahasia yang disembunyikan dari paman perlahan-lahan mulai terungkap. Padahal saat itu aku bermain untuk tim Urawa Reds Diamonds dan berusaha semampuku untuk menemukan performaku yang selama 2 musim ini mulai menurun. Dan sesaat setelah pelatih Teguramori membongkar rahasia yang selama ini ditutupi rapat-rapat oleh pamanku, dan aku tidak menyangka dia akan berbuat seperti itu pada keluargaku. Duniaku seakan-akan terbatasi oleh paman Yusuke karena selalu menghindariku untuk berteman dengan teman - teman sekelas dari sekolah dasar sampai sekarang, bahkan rekan - rekan setimku di klub pun juga aku tidak terlalu dekat dengan mereka. Namun sekarang, semuanya telah berubah 360 derajat berkat temanku yang telah lama tidak bertemu, Genki, dan rekan setimku di Urawa Reds. dan tentunya pelatih Teguramori serta opsir Iketani yang telah menyelamatkanku dari kesengsaraan paman Yusuke yang sekarang masih menunggu untuk sidang berikutnya bulan depan. Dia dituntut seumur hidup oleh hakim dan aku tidak merasa ini terlalu kecil untuk tuntutan seorang pembunuh kelas kakap saja. Tetapi aku yakin, paman Yusuke akan baik - baik saja saat pembacaan vonis nanti karena aku masih berada di Jerman jadi aku tidak bisa balik lagi sebelum paruh musim kompetisi liga.

Begitu bus memasuki area stadion Saitama, tampak banyak fans yang menunggu dari luar stadion untuk mendukung kami yang berusaha menang kali ini, kata salah satu staff tim kami tiket pertandingan persahabatan sudah sold out dalam waktu hampir dua jam. Aku jadi gugup akankah aku memulai debutku dengan baik, lalu aku menengok ke belakang dan melihat Genki kelihatan cemas karenaku, padahal dia pernah melakukan debutnya dan berhasil mencetak gol, sekarang adalah giliranku untuk mempersiapkan diri menghadapi Piala Asia U-23 di Qatar Desember mendatang, dia mungkin aku yang akan melakukan debut dengan mulus. Aku berbalik ke jendela bus yang mulai memasuki lorong masuk utama stadion. Aku berharap ini adalah pertama kalinya aku merasakan kebebasan yang sepenuhnya setelah aku mengalami penderitaan berat antara aku dan paman Yusuke selama aku dibawa ke Inggris. Mungkin ceritaku agak sedikit menyedihkan tapi ini menjadi pembelajaran bagi kita untuk lakukan apa yang kalian impikan dan kejarlah selagi bisa meraihnya.

To be continue